BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun non profit banyak memberikan perhatian pada kontribusi dari fungsi masingmasing individu karyawan dalam menjalankan kegiatan organisasi dan mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. Menurut Sopiah (2008) dalam mengelola organisasi seorang pemimpin atau manajer harus memahami perilaku kelompok sebagai landasan untuk mengelola individu yang ada di dalamnya. Masalah perilaku individu maupun kelompok merupakan salah satu masalah yang amat pelik yang selalu dihadapi oleh semua manajer berbagai organisasi. Oleh karena itu, perilaku sumber daya manusia ini perlu dipelajari dan dipahami agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Untuk menjawab tantangan masa depan, karyawan dianggap penting sebagai aset organisasi yang berfungsi dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian fungsi strategis dalam mencapai tujuan organisasi. Gibson, Ivancevich, Donnelly dan Konopaske (2009) mengemukakan tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan potensi yang dimiliki sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang terpuaskan dan memuaskan bagi organisasi. 1
Perbedaan organisasi profit dengan organisasi non profit salah satunya adalah pada tujuannya. Organisasi profit sudah pasti bertujuan untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya dari hasil proses produksinya, sedangkan organisasi non profit tidak bertujuan untuk mencari laba. Non Governmental Organization (NGO) atau di Indonesia sering disebut sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) termasuk dalam kategori organisasi non profit yang dijalankan untuk tidak mencari keuntungan financial, dimiliki secara bersama oleh publik dan keputusan harus berdasarkan pada konsensus. NGO dalam kaitannya dengan karakter dan tujuan programnya, memiliki karakteristik yang unik untuk mewujudkan adanya perubahan pada suatu komunitas. Runtuhnya rezim kepemimpinan Presiden Soeharto pada tahun 1998 yang telah membawa Indonesia bertransisi menuju demokrasi, juga banyak membawa perubahan pada pertumbuhan organisasi masyarakat sipil, termasuk NGO. Atas dasar ditegakkannya kebebasan berekspresi dan berserikat, sektor masyarakat sipil terus berkembang dengan pesat dan intens. Antlov, Ibrahim dan Tuijl (2006) mencatat pada masa sebelum 1998 hanya terdapat 1 organisasi buruh dan 1 organisasi petani yang diketahui dan dikontrol oleh pemerintah. Menjelang tahun 2006, telah berkembang tidak kurang dari 40 organisasi buruh nasional , 300 serikat buruh lokal, 10.000 asosiasi buruh dan ratusan jenis organisasi lain. Dalam konteks Indonesia, kebutuhan akan pentingnya manajemen baik itu manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan manajemen informasi dalam NGO baru dipromosikan dengan sungguh-sungguh sekitar 5-15 tahun terakhir. Sebelumnya, banyak NGO yang menyatakan bahwa mereka tidak 2
memerlukan manajemen, tetapi lama kelamaan sikap ini menghilang karena tekanan dari lembaga donor sebagai bagian dari peningkatan kapasitas NGO. Lembaga donor sebagai salah satu sumber pendanaan NGO memandang 4 area penting yang harus diperhatikan oleh NGO. Pertama, internal governance yang meliputi proses pengambilan keputusan, pemisahan tugas antara eksekutif dan board,terbentuknya mekanisme akuntabilitas, visi, misi dan tujuan yang jelas. Kedua, akuntabilitas terhadap publik dan pemerintah. Dan bukan hanya akuntabel kepada lembaga penyandang dana dalam hal pelaporan narasi dan keuangan suatu projek. Ketiga, NGO harus membangun jaringan bersama dengan NGO lainnya, dengan masyarakat dan penerima manfaat. Keempat adalah manajemen NGO, termasuk perencanaan strategis, pengembangan program,manajemen keuangan dan manajemen sumber daya manusia. (Antlov, Ibrahim & Tuijl, 2006). Fenomena yang terjadi saat ini bahwa sebagian besar organisasi bergantung pada pendanaan dari luar seperti misalnya dana hibah dari suatu yayasan, donasi dari pemerintah dan lainnya yang fungsinya untuk mengatur operasional kegiatan. Banyak lembaga donor yang memandang bahwa kredibilitas suatu lembaga atau organisasi berhubungan erat dengan sosok pemimpin yang terdapat dalam struktur organisasi maupun pemimpin yang menjadi anggota Board atau dewan pengurus organisasi. NGO menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia di NGO menjadi penting untuk dibicarakan. Meskipun banyak pemimpin di NGO 3
menyadari bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung organisasi mencapai tujuannya, tetapi pada kenyataannya mungkin hanya sedikit saja organisasi yang memperhatikan peranan aspek kepemimpinan untuk mendukung program kerja organisasi dan dalam memotivasi karyawannya. Meskipun berbeda karakteristik, pengelolaan manajemen sumber daya manusia di NGO perlu dilakukan secara professional dengan memperhatikan kinerja dan tingkat kepuasan karyawan. Aspek kepemimpinan yang dapat menciptakan integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan perlu diperhatikan guna pencapaian visi dan misi organisasi. Wexley dan Yukl (2005) mengatakan bahwa kepemimpinan yang efektif merupakan persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi. Pemimpin atau manajer yang baik tidak hanya mempengaruhi bawahannya, tetapi ia juga mampu menjamin bahwa bawahannya mencapai pelaksanaan kerjanya yang terbaik. Keberhasilan suatu organisasi sosial yang non profit menurut Sondang (2010), dalam pencapaian tujuannya tergantung pada kepercayaan masyarakat atas manfaat organisasi tersebut serta mutu organisasi secara keseluruhan yang dicerminkan oleh mutu pemimpin dalam organisasi yang bersangkutan. Berdasarkan kepercayaan itulah yang menyebabkan banyak para penyandang dana dengan antusias memberikan dukungan dan bantuan. Bahkan di Indonesia, sosok seorang pemimpin yang sudah dikenal kredibilitasnya dalam suatu organisasi non profit, akan dengan mudah meyakinkan para penyandang dana untuk memberikan kontribusi ke organisasinya. 4
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Peran kepemimpinan apakah yang dipersepsikan mendominasi pada Non Governmental Organization? 2. Peran kepemimpinan
apakah yang dipersepsikan mendominasi
pada Non Governmental Organization yang memiliki sektor kegiatan yang berbeda?
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa tujuan penulisan sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui peta kepemimpinan pada Non Governmental
Organization. 2. Untuk mengetahui peran kepemimpinan pada Non Governmental Organization yang memiliki sektor kegiatan yang berbeda. 3. Untuk mengetahui peta kepemimpinan pada masing-masing Non Governmental Organization yang memiliki sektor kegiatan yang berbeda.
1.4 Manfaat penelitian Memberikan gambaran kepada khalayak umum mengenai peta peran kepemimpinan di Non Governmental Organization di Indonesia. Penelitian ini 5
juga diharapkan dapat membantu organisasi non profit pada umumnya dan NGO pada khususnya sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan aspek kepemimpinan yang baik dalam menumbuhkan kondisi psikologis yang positif dan mampu meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja sehingga dapat tercapai kepuasan kerja. Secara luas lagi penelitian ini diharapkan dapat juga membantu para peneliti lain untuk membandingkan hasil temuannya dan membantu untuk menerapkan solusi terhadap organisasi yang mengalami masalah serupa.
6