BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita sering mendengar tentang pentingnya pendidikan karakter, sehingga banyak diadakan forum diskusi dan seminar tentang pendidikan karakter itu.Hal itu sebenarnya bukanlah sebuah bualan semata, karena pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk membentuk manusia yang berkarakter.Islam mengartikan pendidikan sebagai upaya secara sadar untuk membentuk peserta didik menjadi insan mulia yaitu insan yang berkarakter Islam. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik adalah inidividu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan terhadap setiap akibat dari keputusan yang ia buat. Dan Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Israa’ 36 : “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”1 Dengan begitu pendidikan karakter adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk insan yang mampu memiliki nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
1
Departemen Agama R.I,Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnanya,Bandung : PT. Sygma ExamediaArkanleema,2010, h.285.
1
2
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Aspek moral dalam pendidikan tidak dapat dilupakan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi semakin harus disinergikan dalam pendidikan. Di dalam Al-Qur’an dan hadits tersebar sifat dan sikap yang harus ditanamkan untuk menjadi insan yang berkarakter, misalnya; tersenyum adalah shadaqah, berlaku jujur, bersabar, pemaaf, suka bermusyawarah, mengucapkan salam dan lain-lain. Inilah contoh-contoh karakter dalam Islam. Pembentukan karakter juga menjadi tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang-UndangNomor
20
tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional(UU Sisdiknas) pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa :Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlakmulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara2. Sedangkan dalam pasal 3 menyatakan
bahwa:
Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Pendidikan tidak hanya membentuk manusia Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akanlahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Tentulah bukan hanya institusi sekolah saja yang harus melaksanakan pendidikan karakter, tetapi juga tiga pilar pendidikan lain harus saling terkait 2
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Himpunan Perundang-undangan RI tentang SISDIKNAS, Jakarta : Nuansa Aulia, jl. Permai 28 No 99, 2008, h.9. 3 Ibid.,h.12.
3
dan bergotong royong untuk mencapai tujuan mulia ini. Empat pilar pendidikan
tersebut
bila
dirinci
adalah
;
pendidikan
formal
(sekolah),pendidikan informal (keluarga), non formal (masyarakat) dan tempat ibadah (masjid).4 Penanaman karakter dilaksanakan bersama oleh stakeholder di sekolah dandi semua mata pelajaran.Dalam silabus pendidikan karakter sudah ditetapkan bahwa setiap mata pelajaran dalam SK-KD harus terdapat nilainilai karakter yang disebut Nilai Karakter Bangsa (NKB). Ada 18 NKB yang dapat dipilih sebagai indikator yang harus dicapai yaitu: religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, toleransi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Dari 18 NKB, religius ditempatkan pada urutan pertama karena kita adalah sebagai insan yang beragama. Hal ini dapat dilihat juga dari Dasar Negara kita Pancasila sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.Dengan Ketuhanan Yang Maha Esa (religius) kita diharapkan dan harus wajib dengan segala sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan yang berdasarkan hukum, tata krama dan adat istiadat harus berlandaskan norma-norma agama. Jika semua itu berlandaskan agama, pastilah kita akan
hidup dengan penuh
kedamaian dan kesejahteraan. Karena Allah SWT telah berjanji bahwa akan memberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kepada kita semua jika kita mendahulukan urusan agama (akhirat). Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Asy Syuura ayat 20 : “Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”5
4
Sutanto, Pentingnya Pendidikan Karakter, “Mimbar Islam” Jateng Pos, (Semarang), 25 Desember 2013, h.11.kol.2. 5 Departemen Agama R.I,Op.Cit., h.485.
4
Akan tetapi keadaan sekarang ini sungguh jauh berbeda, anak-anak dan remaja lebih memilih bersenang-senang daripada belajar dan beribadah. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game dan browsing internet dan lain sebagainya. Yang juga memprihatinkan dari mereka adalah mereka merasa tidak nyaman dan bahkan tidak senang jika sering diberi nasehat. Mereka tidak ingat bahwa Allah SWT telah memberi peringatan melalui firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-Ashr : “demi masa(1)Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian(2)kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran(3)6 Jadi, begitulah pentingnya pendidikan karakter. Seorang aktivis Hak Asasi
Manusia
keturunan
Afrika-Amerika,
Dr.
Martin
Luther
Kingmengatakan : “Intelligence plus character….that is the goal of true education( kecerdasan yang berkarakter….itulah tujuan pendidikan yang sebenarnya
)”.
Pendidikan
karakter
di
lembaga
pendidikan
dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan seharihari.Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Lingkungan masyarakat menjadi sangat penting dalam penentuan keberhasilan pendidikan karakter. Jika di dalam keluarga dan sekolah telah dibina dengan sedemikian berhati-hati tetapi jika peran masyarakat kurang atau bahkan tidak ikut mendukung terciptanya lingkungan yang berkarakter maka akan menjadi hambatan sekaligus tantangan yang berat. Salah satu cara untuk menghindarkan anak dari kontaminasi karakter negatif setelah berinteraksi adalah dengan kontrol dan pendampingan hingga ia mampu membedakan dan memilih sikap karakter mana yang boleh ditiru dan yang
6
Ibid.,hal.601.
5
harus dijauhi. Jika antar jalur pendidikan ini dapat bersinergi maka pendidikan akan bisa efektif. Kesuksesan pendidikan karakter adalah kesuksesan dan kebahagiaan kita bersama. Siapa lagi yang akan merubah menjadi kehidupan yang lebih baik jika tidak kita sendiri yang mau merubahnya. Firman Allah SWT melalui Q.S Ar Ra’d ayat 11 : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”7 Wacana tentang pendidikan karakter yang dikenal oleh dunia telah digagas oleh Dr. Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University
pada
tahun
1991.Namun
menurut
penulis,
penggagas
pembangunan karakter pertama kali adalah Rasulullah SAW.Pembentukan watak yang secara langsung dicontohkan Nabi Muhammad SAW merupakan wujud esensial dari aplikasi karakter yang diinginkan oleh setiap generasi.Secara asumtif bahwa keteladanan yang ada pada diri Nabi menjadi acuan perilaku bagi para sahabat, tabi'in dan umatnya.Namun, sampai abad 15 sejak Islam menjadi agama yang diakui universal ajarannya, penerapan pendidikan karakter justru dipelopori oleh negara-negara yang penduduknya minoritas muslim. Dalam Al-Qur'an, teks yang membicarakan tentang keteladanan telah mengingatkan kita yang mengakui diri sebagai muslim dan memiliki akal untuk berpikir sejak 15 abad silam.Namun, untuk mewujudkan generasi Qur'ani sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah bukan pekerjaan yang mudah.Ia harus diusahakan secara teratur dan berkelanjutan baik melalui pendidikan informal seperti dalam keluarga, pendidikan formal atau melalui pendidikan non formal (masyarakat). Generasi Qur'ani tidak lahir dengan
7
Ibid., h.250.
6
sendirinya, tetapi ia dimulai dari pembiasaan dan pendidikan dalam keluarga, misalnya menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sebagaimana hadits Nabi :
مروا أوالدكم بالصالة وهم أبناء سبع سنني وأضربوا هم عليها وهم أبناء عشر حديث حسن رواه أبوا داود.وفرقوا بينهم ىف املضاجع "Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat, lantaran ia sudah berumur 7 tahun, pukullah mereka setelah mereka berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidurmu dan tempat tidur mereka" (HR. Abu Dawud) 8. Dalam kaitan ini, maka nilai-nilai akhlak mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga melalui
pembudayaan
dan
pembiasaan.Kebiasaan
itu
kemudian
dikembangkan dan diaplikasikan dalam pergaulan hidup di masyarakat.Di sini diperlukan kepeloporan para pemuka agama serta lembaga-lembaga keagamaan yang dapat mengambil peran terdepan dalam membina akhlak mulia di kalangan umat.Oleh karena itu, terlepas dari perbedaan makna karakter, moral dan akhlak, ketiganya memiliki kesamaan tujuan dalam pencapaian keberhasilan dunia pendidikan. Sedangkan penerapan pendidikannya dilakukan dengan peningkatan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia adalah manifestasi dari keimanan yang diyakini setiap orang. Oleh karena itu, keimanan dan ketaqwaan yang menyatu pada seseorang akan menghindarkan dari perbuatanperbuatan yang bersifat merusak, fitnah, dan membahayakan masyarakat serta sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan masa depan bangsa. 9 Dalam Islam ada banyak sekali tokoh yang patut dijadikan sebagai teladan baik itu dari para Nabi atau Rasul Allah, sahabat, tabi’in dan para ulama. Para ulama telah menyusun dan mengarang kitab baik yang berupa tafsir, kumpulan haditsatau bahkan buah pemikirannya.Dari sekian banyak 8
Amdjad AH, Sistem Pendidikan Menurut Al Quran, Semarang : Kilat Press, 2009,h.30. 9 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h.3.
7
kitab, peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang bagaimana konsep pendidikan karakter dalam perspektif kitab Arbain Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi. Hadits Arbain Nawawiyyah adalah kumpulan 42 hadits Nabi SAW yang dikumpulkan oleh Imam An-Nawawi ra dan merupakan kitab yang tidak asing bagi kita umat Islam, bukan hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Umat Islam mengenalnya dan akrab dengannyakarena dibahas oleh para ulama dan menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin berkaitan dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah dan syariah. Kenapa harus kitab Arbain Nawawiyyah ? Paling tidak ada beberapa alasan tentang pentingnya kitab Arbain Nawawiyyah,antara lain : 1. Karena mencakup segala urusan dan kebutuhan umat Islam di dunia dan di akhirat baik dari aqidah, hukum, syariah, muamalah dan akhlaq. 2. Merupakan kumpulan hadits-hadits nabi pilihan dan merupakan jawami’ul kalim yang memiliki keutamaan dalam pembahasan yang singkat dan padat. 3. Hadits-haditsnya merupakan satu kesatuan yang menjadi cakupan ajaran
Islam,
baik
setengahnya
atau
sepertiganya
atau
seperempatnya. 4. Banyak digunakan oleh para ulama untuk kepada umat Islam bahkan menjadi sandaran utama dalam memberikan pemahaman ajaran Islam sehingga para ulama konsen dengan hadits-hadits ini lalu mensyarahnya dengan lebih rinci. Ada yang menyebutkan tidak kurang 51 kitab mensyarah hadits Al Arbain Nawawiyyah. Oleh karena itu dari uraian diatas peneliti ingin mengangkat tema skripsi dengan judul “ Pendidikan Karakter Kitab Arba’in Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi ( dalam Perspektif KH. Bisri Mustofa )”. Dalam skripsi ini nantinya akan dijelaskan tentang pokok-pokok pemikiran Imam An-
8
Nawawi dalam kitab Arba’in Nawawiyyah yang berhubungan dengan pendidikan karakter yang sedang menjadi topik pembicaraan saat ini.
B. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendasari penliti dalam pembuatan judul skripsi “Pendidikan Karakter Kitab Arba’in Nawawiyyah Karya Imam An-Nawawi (Dalam Perspektif KH. Bisri Mustofa )“, antara lain : 1. Dari konsep pendidikan secara nasional, pendidikan karakter saat ini emban olehbeberapa mata pelajaran, yaitu Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pancasila. Akan tetapi menurut penulismata pelajaran tersebut masih dirasa kurang dalam mengakomodir pendidikan karakter. Untuk itu penulis berusaha untuk menyajikan pendidikan karakter perspektif Kitab Arba’in Nawawiyyah, karena kitab tersebut sudah dipelajari dari zaman dahulu hingga sekarang terutama di lingkungan pendidikan Islam dan terbukti mampu menjadikan generasi yang beriman kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlaq mulia. 2. Pendidikan
karakter
merupakan
topik
yang
sedang
hangat
diperbincangkan saat ini. Hal ini muncul karena adanya kemerosotan moral generasi bangsa terutama anak muda atau usia sekolah. Padahal pada usia ini merupakan saat yang paling tepat untuk menanamkan nilainilai keimanan dan akhlak agar nantinya mereka dapat menjadi pemimpin bangsa yang baik di masa mendatang. Pemerintah dari tahun ke tahun telah mengadakan dan menerapkan berbagi macam kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan zaman. Pendidikan karakter dirasa
mampu mengembalikan keadaan generasi muda saat ini, dimana menitikberatkan pada pendidikan akhlak. 3. Firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Alla”10 10
Departemen Agama R.I, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnanya,Bandung : PT. Sygma ExamediaArkanleema,2010, h.420.
9
Menurut kandungan ayat tersebut jelaslah bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai Rosul dan Nabi yang terakhir adalah pribadi yang patut dijadikan tauladan untuk diikuti dan dijadikan panutan.Beliau adalah obor dunia yang tidak ada tandingannya; beliau bertekun dimasjid untuk beribadah, beliau sibuk ditengah-tengah masyarakat untuk melaksanakan amalan negara, melaksanakan segala kemaslahatanumat, menegakkan urusan sosial, menengok orang sakit dan sebagainya.11 Dalam hal ini apa saja yang menjadi perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad adalah sebagai sumber utama dalam membangun manusia yang berakhlak dan berkarakter. 4. Imam An-Nawawi adalah seorang ahli hadits yang sangat masyhur di zamannya. Beliau telah menyusun berbagai kitab tentang hadits dan fiqih. Salah satu yang menjadi masterpiecedari karya beliau adalah kitab Arbain Nawawiyyah yang sangat populer di dunia pendidikan Islam khususnya pesantren. Dalam kitab ini berisi kumpulan hadits-hadits Nabi SAW yang sebagian besar membicarakan tentang aqidah dan akhlaq.
C. Telaah Pustaka Dalam penulisan skripsi ini diperlukan telaah pustaka guna menghindari persamaan isi dan sudut pandang dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya. Ada beberapa karya ilmiah yang telah ditulis untuk menjelaskan tentang pendidikan karakter, antara lain : Pertama, Skripsi “ Pendidikan Karakter dalam Perspektif Surat AshShaff ayat 2-3 “ yang ditulis oleh Junardi (073111099), mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang pada tahun 2011. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwanilai pendidikan karakter yang ada dalam Surat Ash-Shaff ayat 2-3adalah konsistensi dan keterpaduan antara perkataan
11
Amdjad, Al-Hadist Al-Tarbawi, Bahan Perkuliahan Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim, Jurusan Fakultas Agama Islam, Semarang, h.20.
10
dan perbuatanseseorang, jujur, berani berjuang, bertanggungjawab serta menghindarisifat munafik yang merupakan salah satu sifat yang terceladan sangat berbahaya bagi pribadi pelakunya, dan bahkan berdampakburuk kepada orang lain. Kedua, Skripsi dengan judul “Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Fiqih Tasawufi Dalam Kitab
Bidayatul Hidayah Bagi Pendidikan
Karakter”yang ditulis oleh Ali Mundhofir (086011996), Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tahun 2012.Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa Imam Al-Ghazali telah meletakkan dasar-dasar penyusunan kurikulum pendidikan karakter yang harus disampaikan oleh guru kepada murid haruslah secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak untuk mencapai derajat yang tinggi, baik didunia maupun diakhirat. Ketiga, Tulisan dalam blog Prof. Dr. Tobroni, M.Si yang di postkan pada tanggal 24 Nopember 2010 dengan judul “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam”,dalam halaman tersebut menyimpulkan bahwa untuk menjadi bangsa yang makmur dan maju sangat diperlukan penguasaan sains dan teknologi, dan untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan berkeadaban diperlukan karakter bangsa yang didasari iman, taqwa dan akhlak budi pekerti yang mulia. Ada persamaan dan perbedaan dari skripsi yang penulis buat dengan beberapa skripsi atau buku yang tersebut di atas. Persamaannya yaitu samasama membahas dan mendalami tentang segala hal yang berkaitan dengan topik pendidikan karakter yang sedang digalakkan pelaksanaannya di Indonesia sekarang ini. Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, penulis mencoba meneliti tentang pendidikan karakter dari sudut pandang seorang ulama ahli hadis yang sangat masyhur dengan karya-karyanya. Tokoh tersebut adalah Imam Muhyiddin An-Nawawi yang telah menghasilkan karya yang sangat bermanfaat bagi dunia Islam.Salah satu yang menjadi masterpiece adalah kitab Arba’in Nawawiyyah yang sangat dikenal luas di kalangan pesantren di
11
Indonesia.Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang pemikiran beliau dalam kitab tersebut terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter.
D. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan upaya pemusatan pokok penelitian untuk mengetahui secara mendalamhal-hal apa saja yang ingin dibahas dalam suatu penelitian. Maka yang menjadi fokus penelitiandalam penelitian ini adalah: 1. Pelaksanaan pendidikan karakter yang sedang dilaksanakan di Indonesia 2. Pemikiran Imam An-Nawawidalam kitab Arba’in Nawawiyyah tentang pendidikan karakter 3. Relevansi
nilai-nilai
pokok
dalam
kitab
Arba’in
Nawawiyyahterhadapnilai-nilai pendidikan karakter
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahan persepsi atau interpretasi dalam memahami judul serta untuk mendapatkan gambaran apa yang akan dibahas, maka penting kiranya penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang digunakan atau perlu adanya pembatasan makna dari masing-masing istilah pada judul diatas : 1. Pendidikan Pendidikan secara etimologi berasal dari kata didik yang berarti “proses mengubah tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan.” 12 2. Karakter Dalam kamus ilmiah populer lengkap, karakter artinya watak; tabiat; pembawaan;kebiasaan.13 12
Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, 1990, h. 204.
12
3. Perspektif Kata perspektif memiliki beberapa arti: a. cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya). b.
sudut pandang; pandangan14
4. Kitab Arba’in Nawawiyyah Kitab
artinya:
Buku,
Risalah,
Surat.15.Kitab
Arba’in
Nawawiyyahyang penulis gunakan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini adalah kitab yang dicetak oleh penerbit Menara Kudus pada tahun 1375 H dan ditulis oleh KH.Bisri Mustofa dengan judul Al Azwadul Musthofawiyyah fi tarjamah Al Arbain Nawawiyyah. 5. Imam An-Nawawi. Imamdalam Kamus Bahasa Indonesia artinya:1pemimpin pada waktu shalat berjamaah; 2 kepala (negeri); 3 gelar yang berarti pemimpin; penghulu.16 An-Nawawi, Beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husein bin Jam’ah Al-Haazi Muhyiddin Abu Zakariya An.-Nawawi Asy Syafi’i A1-’Allamah, Syaikhul Madzhab dan termasuk fuqaha’ senior.Beliau lahir di Nawa, sebuah desa di selatan Damsyiq pada tahun 631 H. Beliau tumbuh dan melihat lailatul qadar tatkala berumur tujuh tahun dan tanda-tanda kebagusannya telah nampak pada din beliau semenjak kecil.Nama An-Nawawi dinisbatkan pada tempat kelahirannya.
13
Risa Agustin, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Sera Jaya, Surabaya. www.artikata.com/arti-344964-perspektif.html diakses tanggal 21 Desember 2013 15 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 2002, h.1187. 16 Dendy Sugono, Op. Cit., h. 546. 14
13
Dengan demikian yang dimaksud dengan judul “ Pendidikan Karakter dalam Perspektif Kitab Arba’in Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi” adalah bagaimana pendidikan karakter dilihat dari
sudut pandang Kitab
Arba’in Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi.
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini:
a. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. b. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pendidikan karakter dalam perspektif Kitab Arba’in Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi. c. Untuk mengetahuirelevansi nilai-nilai pokok kitab Arba’in Nawawiyyah terhadap pendidikan karaktersaat ini. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1) Memperkaya khazanah tentang apresiasi karya dari berbagai sisi dan pendekatan, terutama dari sisi pendidikan Islam. 2) Sebagai bahan kajian pendahuluan untuk untuk meresepsi karya-karya besar Imam An-Nawawi yang dikenal sebagai ahli hadis. 3) Sebagai bahan untuk memperkaya kajian nilai-nilai pendidikan aqidah, syariah, tasawuf dan akhlak yang terdapat dalam kitab Arba’in Nawawiyyah karya Imam An- Nawawi. b. Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti, sebagai pengalaman penelitian dan memenuhi salah satu dari sebagian syarat menyelesaikan jenjang strata satu pada prodi PAI UNWAHAS Semarang. 2) Bagi UNWAHAS, menjadi kajian akademis untuk menambah referensi kepustakaan yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan akhlaq
14
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian yang peneliti kemukakan di atas, maka jenis dari penelitian ini adalah Library Research dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian
yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang-orang (obyek itu sendiri).17Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambaran-gambaran, dan kebanyakan bukan berbentuk angka-angka. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dilakukan dengan cara pengumpulan data kepustakaan secara penuh, yaitu dengan jalan melakukan peneitian terhadap sumber-sumber tertulis. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah : 1)Sumber data primer Sumber data primer adalah data otentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang diungkapkan.Secara sederhana data ini disebut juga data asli.18 Sumber data primer yang menjadi acuan pokok dari studi ini yaitu kitab Arba’in Nawawiyyah karya Imam An-Nawawi. 2) Sumber data sekunder
17
Arif Furhan,Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, 1992,h.
21. 18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta :Rineka Cipta, 1996, h. 80.
15
Sumber data sekunder adalah data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber kedua dan ketiga.19 Data sekunder untuk skripsi ini diperoleh dari buku-buku, sebagai penunjang dari data primer, seperti tulisan-tulisan tentang biografi Imam An-Nawawi, Al-Qur’an, hadits, maupun kitabkitab lain. 3. Metode Analisis Data a. Metode Historis Metode
ini
adalah
prosedur
pemecahan
masalah
dengan
menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. 20Metode ini penulis gunakan untuk menggambarkan pemikiran seorang tokoh secara sistematis, tokoh
yang dimaksud di
sini
adalah
Imam
An-
Nawawidengan syarah haditsnya dalam kitab Arba’in Nawawiyyahyang berkaitan dengan pendidikan karakter. b. Content Analysis Untuk mengetahui isi kandungan secara mendalam dari suatu sumber data diperlukan adanya analisis isi (content analysis). Menurut Barcus, content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.21 Maka di sini akan dianalisis isi dari pokok pemikiran Imam An-Nawawidalam kitab Arba’in Nawawiyyahyang berhubungan dengan pendidikan karakter. 19
Ibid.
20
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1990, h. 79. 21
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996, h. 49.
16
4. Penyajian Data Teknik penyajian data ( display data ) yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah deskriptif induktif yaitu penyajian data dengan menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).
H. Sistematika Penyusunan Skripsi Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca dapat memahami
tentang isi skripsi
ini, Peneliti memberikan
sistematika penyusunan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari :
1. Bagian muka Dalam bagian ini memuat mengenai Sampul judul, nota pembimbing, pengesahan, motto, kata pengantar, pedoman transliterasi dan daftar isi. 2. Bagian isi Bagian ini merupakan hasil penelitian yang akan disistematikakan dalam lima bab. Bab Satu :Pendahuluan ; dalam bab ini akan diuraikan: latar belakang, alasan pemilihan judul, penegasan istilah, telaah pustaka, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika skripsi. Bab Dua :Pendidikan Karakter di Indonesia ; dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian pendidikan karakter, urgensi pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter dan pendidikan karakter di sekolah Bab Tiga: Pemikiran Imam An-Nawawi Dalam Kitab Arba’in Nawawiyyah ; dalam bab ini akan diuraikan biografi Imam An-Nawawi,
17
karya-karya
Imam
An-Nawawi,
Isi
pokokdalam
kitab
Arba’in
Nawawiyyah Bab Empat : Analisis Pemikiran An-Nawawi dalam Kitab Arba’in Nawawiyyah dan Relevansinya dengan Pendidikan karakter ; dalam bab ini akan diuraikan tentang analisis pendidikan karakter, analisis pemikiran Imam An-Nawawidan Relevansi hasil pemikiran Imam AnNawawidengan pendidikan karakter Bab Lima :Penutup; dalam bab ini berisi simpulan, saran-saran dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Bagian akhir dari skripsi ini berisi lampiran daftar pustaka.