1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang yang berasal dari Guangzhou, Changzhou, Quanzhou dan kawasan China lain yang telah meninggalkan China dan menetap di pelabuhan-pelabuhan pesisir timur Pulau Jawa terutama Tuban, Gresik, dan Surabaya. Menurut Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya yang berjudul Arus China-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah Atas Peranan Tionghoa Dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Abad XV Dan XVI, orang-orang China yang mendiami pesisir utara Jawa Timur pada awal abad ke-15 tersebut kebanyakan berkehidupan sangat layak serta telah memeluk agama Islam dan taat beribadah. Akibat migrasi dan mobilitas internal, maka para pendatang China tersebut menyebar ke Yogyakarta yang waktu itu masih wilayah kerajaan-kerajaan Jawa Kuno yang dikenal dengan sebutan Mataram. Melihat adanya dua monumen sejarah berupa candi, maka dapat diperkirakan bahwa agama yang berkembang di Kerajaan Mataram adalah agama Hindu dan Budha. Candi-candi tersebut adalah Candi Prambanan dan Candi Borobudur, baru belakangan berkembang agama Islam. Sumanto Al Qurtuby juga menyebutkan bahwa kebanyakan orang Tionghoa yang berada di Yogyakarta sekarang beragama Budha atau
1
2
Nasrani. Tetapi seiring dengan keberagaman (pluralisme) masyarakat yang berkembang sekarang, masyarakat Tionghoa yang beragama Islam di Yogyakarta diindikasikan semakin banyak. Penulis tertarik untuk menulis atau meneliti sejarah agama Islam dari etnis Tionghoa di Yogyakarta.
1.2 Perumusan Masalah Citra masyarakat Tionghoa di wilayah Indonesia identik dengan Buddhisme atau Konfusionisme. Kelenteng sebagai tempat ibadah atau pemujaan Tuhan tersebar dimana-mana, tersebar di seluruh Indonesia. Di Yogyakarta sedikitnya terdapat dua buah kelenteng, yaitu Hok Ling Bo atau Fuk Ling Mian 1 atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kelenteng Berkah Tiada Tara 2 di masa pemerintahan Presiden Soeharto (orde baru) diberi nama Vihara Buddha Prabha yang berada di wilayah Gondomanan dan Kelenteng Kuan Tee Kiong yang berada di Jalan Poncowinatan 16, Jetis, Yogyakarta.. Warga Tionghoa masuk masjid atau sholat, membaca Al-Qur’an, menjadi Da’i atau pendakwah Islam dan beragama Islam dirasakan aneh dan tidak lazim oleh masyarakat. Tetapi mengapa pada kenyataannya hal itu terjadi dan berkembang di Yogyakarta? Oleh karena itu, tulisan ini berusaha menjawab dan mengungkap tentang: 1. Mengapa orang Tionghoa memeluk agama Islam? 1
Berdasarkan leaflet (lembar informasi) yang diterbitkan oleh pengurus klenteng , tanpa tahun, dan wawancara dengan petugas 2 ibid
3
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong orang Tionghoa memeluk agama Islam? 3. Bagaimana ketaatan beribadah orang Tionghoa terhadap agama Islam? 4. Apa manfaat yang dirasakan orang Tionghoa yang memeluk agama Islam? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain: 1. Mengetahui tentang alasan orang Tionghoa memeluk agama Islam 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong orang Tionghoa memeluk agama Islam dan peranan Tionghoa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara pada abad ke-15 dan ke-16, masa kolonial Belanda, masa orde lama, masa orde baru dan masa kini (era reformasi). 3. Mengetahui ketaatan beribadah orang Tionghoa Muslim terhadap agama Islam 4. Mengetahui manfaat yang dirasakan orang Tionghoa yang memeluk agama Islam dan mengetahui tentang penyebaran agama Islam oleh orang Tionghoa di Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penulisan Melalui penulisan ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam ilmu budaya, khususnya ilmu budaya Mandarin (manfaat teoritis).
4
2. Diharapkan hasil yang diperoleh dari penulisan ini dapat dipergunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya untuk untuk meningkatkan apresiasi terhadap masyarakat Tionghoa pada umumnya, dan masyarakat Islam Tionghoa di Yogyakarta pada khususnya. 1.5 Metode Penulisan Metode pengumpulan data untuk penulisan ini adalah gabungan antara metode kepustakaan, pangamatan dan wawancara dengan tokoh atau narasumber. 1.6 Sistematika Laporan penulisan ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika. BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan secara singkat tentang teori-teori mengenai mengapa orang-orang China meninggalkan tanah kelahirannya di Asia Timur, apa motif (alasannya), bagaimana cara melakukan lawatan, kemana atau negeri asing mana yang dituju dan acuan kepustakaan. BAB III. SEJARAH MASUKNYA ISLAM TIONGHOA DI YOGYAKARTA Bab ini menguraikan tentang perjalanan panjang masuknya bangsa China ke negeri Nusantara melalui Syahbandar Kerajaan-kerajaan yang
5
tersebar di Nusantara, khususnya Jawa pada abad ke-15 dan abad ke-16, masa kolonialisme Hindia-Belanda atau VOC dan akhirnya pemerintah Hindia Belanda dan masa kemerdekaan Republik Indonesia BAB IV. MASYARAKAT TIONGHOA DI YOGYAKARTA Bab ini menjelaskan tentang keberadaan (eksistensi) masyarakat Tionghoa pada masa dahulu dan masa sekarang di Yogyakarta. Oleh karena terbatasnya referensi, maka Bab ini lebih mendasarkan diri pada data yang dihimpun berdasarkan wawancara dengan tokoh Tionghoa yang sekarang hidup dan tinggal di Yogyakarta, data atau informasi yang dihimpun dari dua kelenteng yang berada di Yogyakarta dan hasil penulisan dalam rangka meraih derajat sarjana yang diangkat menjadi buku. BAB V. PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan. Sebagai penutup tugas akhir ini akan dibahas empat bab secara singkat yang berisi kesimpulan dari pokok permasalahan yang dijabarkan dalam penulisan laporan ini, serta saran-saran yang bersifat membangun kepada semua pihak yang terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam dari etnis Tionghoa khususnya di Yogyakarta.