1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dispepsia
merupakan
kumpulan
gejala
berupa
rasa
nyeri
atau
ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman secara spesifik meliputi rasa cepat kenyang, rasa penuh, rasa terbakar, kembung di perut bagian atas dan mual. Gejala tersebut bersifat umum dan merupakan 30% sampai 40% dari semua keluhan lambung yang disampaikan kepada dokter ahli Gastroenterologi (O’Mahony dkk, 2006 ). Gejala–gejala yang timbul disebabkan berbagai faktor seperti gaya hidup merokok, alkohol, berat badan berlebih, stres, kecemasan, dan depresi yang relevan dengan terjadinya dispepsia (Abdullah & Gunawan, 2012). Berdasarkan penyebab dan keluhan gejala yang timbul maka dispepsia dibagi 2 yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya adanya ulkus peptikum, karsinoma lambung, dan cholelithiasis yang bisa ditemukan secara mudah melalui
pemeriksaan
klinis,
radiologi,
biokimia,
laboratorium,
maupun
gastroentrologi konvensional (endoskopi). Sedangkan dispepsia fungsional apabila penyebabnya tidak diketahui atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan gastroenterologi konvensional atau
tidak ditemukan
adanya
kerusakan organik dan penyakit-penyakit sistemik (Djojoningrat, 2006).
1
2
Interaksi faktor psikis dan emosi seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna melalui mekanisme brain – gut – axis. Adanya stimulasi atau stresor psikis menimbulkan gangguan keseimbangan saraf otonom simpatis dan parasimpatis secara bergantian (vegetatif imbalance). Stimulasi stresor juga mempengaruhi fungsi hormonal, sistem imun ( psiko– neuro-imun-endokrin ), serta HPA Axis melalui pelepasan CRH dari hipotalamus dan menyebabkan penurunan regulasi reseptor CRH hipofisis. Akibatnya hipofisis tidak
berespons
lagi
atau
responnya
terhadap
stresor
menjadi
datar.
Ketidakseimbangan jalur-jalur tersebut secara langsung atau tidak langsung, terpisah atau bersamaan dapat mempengaruhi saluran cerna, yaitu
:
mempengaruhi sekresi asam lambung, motilitas, vaskularisasi dan menurunkan ambang rasa nyeri (Andre dkk, 2013 ). Suatu studi dilakukan kepada 38 pasien dengan dispepsia fungsional, diperoleh sebanyak 26 orang (68%) mengalami kejadian hidup yang tidak diinginkan, 35 orang (92%) mengalami kecemasan, dan sebanyak 38 orang (100%) mengalami depresi. Secara statistik peristiwa hidup yang tidak diinginkan dan depresi tidak berhubungan dengan dispepsia fungsional. Namun kasus kecemasan secara statistik berhubungan dengan dispepsia fungsional (Tack dkk, 2006 ). Prevalensi dispepsia di seluruh dunia cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Populasi orang dewasa di negara barat yang dipengaruhi oleh dispepsia berkisar antara 14-38%. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia 2007, dispepsia rawat inap di rumah sakit tahun 2006 dengan jumlah pasien
3
34.029 atau sekitar sudah menempati peringkat ke-10 untuk kategori penyakit terbanyak pasien 1,59%. Sedangkan insiden kasus dispepsia kategori non-ulcer (dispepsia fungsional ) di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2011 sebanyak 231 orang (Widya dkk, 2015). Dalam penelitian tertutup yang dilakukan di RSCM disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80 % mengalami keluhan dispepsia fungsional (Ambarwati, 2005). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami keluhan dispepsia terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun hal ini disebabkan RSUP Sanglah merupakan rumah sakit negeri kelas A, mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis, sebagai pusat rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat untuk seluruh wilayah kabupaten di Bali, termasuk Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta melayani rujukan bagi peserta BPJS Mandiri dan BPJS Non Mandiri (RSUP Sanglah, 2013). Dispepsia fungsional merupakan penyakit psikosomatis yang erat hubungannya dengan kepribadian seseorang dalam merespon penyakit (Andre dkk, 2013). Suatu studi penelitian oleh Widyasari (2011), tentang hubungan antara kecemasan dan tipe kepribadian introvert dengan dispepsia fungsional menemukan bahwa ada hubungan antara kecemasan dan tipe kepribadian introvert dengan dispepsia fungsional. Kepribadian dalam penelitian ini dilihat berdasarkan the big five personality yang dikembangkan oleh McCrae. Big five personality meliputi extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticsm serta openness to experience (Pervin dkk, 2005).
4
Penelitian tentang pengaruh big five personality dengan dispepsia fungsional belum banyak dijelaskan. Penelitian Grantika (2015), menyebutkan extraversion memiliki pengaruh terhadap nyeri kepala primer sedangkan neuroticism, openness, agreeableness dan conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya nyeri kepala primer, dan traits ini berperan sebagai prediktor penyakit psikosomatis. Data 2014, menunjukan peningkatan pasien rawat jalan yang datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam Rumah Umum Sakit Umum Pusat Sanglah khususnya bagian Gastroenterohepatologi selama periode Januari sampai Desember tahun 2014 yaitu sebesar 647 pasien, dimana 370 pasien yang datang dengan keluhan dispepsia, dan sebanyak 39,21 % yaitu 120 pasien didiagnosis dengan dispepsia fungsional setelah dilakukan pemeriksaan endoskopi, sehingga dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui pengaruh Big Five personality traits dengan dispepsia fungsional terutama pada pasien rawat jalan di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut “apakah ada pengaruh Neuroticism trait, Extraversion trait, Openness trait, Agreeableness trait, dan Conscientiousness trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar?
5
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh Big Five Personality Traits dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh Neuroticism trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. b. Untuk mengetahui pengaruh Extraversion trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. c. Untuk mengetahui pengaruh Openness to Experience trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. d. Untuk mengetahui pengaruh Agreeableness trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. e. Untuk mengetahui pengaruh Conscientiousness trait dengan dispepsia fungsional pada pasien di poliklinik Penyakit Dalam di RSUP Sanglah Denpasar. 1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Akademik Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
6
a. Menambah
pengetahuan
dalam
upaya penatalaksanaan
pasien
dengan
dispepsia fungsional b. Mendapatkan informasi tentang pengaruh Big Five personality traits pada pasien dispepsia fungsional c. Menambah literatur mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dispepsia fungsional 1.4.2. Manfaat Klinis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang aktual tentang pengaruh big five personality dengan dispepsia fungsional sehingga keluhan atau gejala yang muncul serta penatalaksanaannya melibatkan berbagai disiplin khususnya Ilmu Penyakit Dalam, dan Ilmu Kesehatan Jiwa atau yang lebih dikenal dengan CLP (Consultation-Liaison Psychiatry ) yang akan menjembatani ilmu kedokteran medik dengan aspek biopsikososiobudaya dan spiritual dengan tujuan akhir terapi yaitu memulihkan kualitas hidup pasien.
7