1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Secara keseluruhan lebih dari 10% dari populasi orang dewasa di dunia menderita obesitas, dan hampir 300 juta adalah wanita (WHO,2013). Di Indonesia, angka obesitas terus meningkat. Berdasarkan Riskesdas (2013), pada laki-laki dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi 19,7 % pada tahun 2013. Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim mencapai 18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013 (Riskesdas,2013). Obesitas memiliki etiologi multifaktorial yang melibatkan genetic, metabolisme, budaya, factor psikosoial dan perubahan gaya hidup yang mengakibatkan peningkatan asupan makanan dan berkurangnya pengeluaran energy (Fontaine et al,2003; Sebastian, 2012) sehingga mengakibatkan akumulasi kelebihan lemak tubuh (PHE,2014). Obesitas (PHE,2013) yang
berkaitan
erat
dengan
penyakit
kardiovaskuler
merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia
.Laporan dari American Heart Association (AHA), pada tahun 2008 prevalensi penyakit kardiovaskular pada laki-laki mencapai 39,9 juta orang dengan angka mortalitas mencapai 392.200 orang. Sedangkan prevalensi pada wanita mencapai 42,7 juta orang dengan angka mortalitas mencapai 419.700 orang (Veronique et
1
Universitas Sumatera Utara
2
al,2012). Penyakit kardiovaskular juga merupakan 29,7% penyebab kematian wanita di Canada pada tahun 2008 (Heart and Stroke Foundation,2011). Hampir 37% penyebab kematian perempuan di Amerika disebabkan oleh penyakit kardiovaskular termasuk stroke, penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit kardiovaskular lainnya dimana pada usia ≥ 40 tahun, 23 % akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah serangan jantung, lebih tinggi bila dibandingkan persentase pada laki-laki yaitu 18% (Ryan,2013). Sedangkan di Indonesia, prevalensinya mencapai 31,7 % (Riskesdas,2013). Obesitas berhubungan dengan resistensi leptin yang didukung dengan adanya hyperleptinemia. Leptin merupakan hormon sel adipose yang pertama diketahui memiliki sinyal penanda kenyang (Sherwood,2013) yang terutama di sintesis dan disekresikan oleh sel subcutaneous white adipose sehingga level serum leptin proporsional dengan massa jaringan adiposit (Considine et al, 1996; Lembo G et al,2000; Vessichone, 2002; Schuattle ,2012). Leptin memiliki peran sentral dalam homeostasis energy (Oral et al,2002). Temuan ini memberikan terobosan baru dalam pemahaman keterkaitan berbagai sinyal kimiawi yang mengatur asupan makanan dan obesitas (Sherwood, 2013). Leptin bekerja terutama di nucleus arkuatus. Pengaruh leptin dilakukan dengan merangsang pengeluaran sinyal melanocortin (penekan nafsu makan) oleh neuron proopiomelanocortin / cocain and amphetamine-regulated transcript (POMC/CART) dan pada saat bersamaan menghambat sinyal neuropeptida Y (NPY) di hipotalamus
sehingga menekan nafsu makan dan meningkatkan
pengeluaran energy ( Friedman & Hallas,1998; Sherwood,2013).
Universitas Sumatera Utara
3
Ketika level leptin dalam sirkulasi tinggi, neuron di hipotalamus menafsirkan status energi tinggi dan dengan demikian menghambat asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Namun, ketika sinyal leptin terganggu, seperti resistensi leptin atau berkurangnya reseptor leptin, pengaturan homeostasis energi menerima sinyal keseimbangan energy negative dan memulai berbagai perilaku dan respons fisiologis, terlepas dari cadangan energi tubuh yang sebenarnya (lemak). Hewan dan manusia dengan
gangguan sinyal leptin
mengalami hiperphagia dan gangguan pemanfaatan energy yang ekstrim (Gao & Horvad,2008) Pada pasien obesitas, ditemukan konsentrasi leptin yang tinggi (hiperleptinemia), dimana konsentrasi leptin ini berkorelasi kuat dengan BMI dan persentase lemak tubuh (Shah & Braverman,2012). Studi pada wanita dan pria menunjukkan tingginya kadar leptin pada wanita dibanding pria (Kon Koh et al,2008; Oldstad et al,2011 ) dimana mekanisme yang melatarbelakangi hal ini belum sepenuhnya dipahami (Schutle AE, 2012). Sebuah penelitian telah melaporkan adanya bukti kuat yang menunjukkan peran estrogen dalam metabolisme lipid dalam jaringan adipose. Massa lemak meningkat pada tikus jantan
dengan inaktivasi homozigot baik
reseptor estrogen maupun gen aromatase dan replacemen estrogen mampu mengembalikan kondisi ini pada model tersebut (Misso et al,2003). Di tingkat molekuler, telah ditunjukkan estrogen menekan akumulasi
lemak dan
mempengaruhi lipoprotein lipase (LPL, enzim kunci yang mengatur metabolisme energi, katabolisme trigliserida plasma menjadi asam lemak bebas dan gliserol) (Mammy C et al,2011).
Universitas Sumatera Utara
4
Seperti leptin, hormon estrogen mengurangi asupan makanan dan adipositas tubuh serta meningkatkan pengeluaran energi pada hewan dan manusia dari kedua jenis kelamin melalui mekanisme hipotalamus (Gao & Horvad,2008). Penelitian pada hewan coba menunjukkan terjadi penekanan akumulasi lemak oleh reseptor estrogen melalui mekanisme penurunan aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) (Homma et al,2000). Pada wanita dewasa, estrogen dalam sirkulasi terutama diproduksi di ovarium dalam bentuk estradiol (Weigt, 2012). Pada awal siklus ovulasi, produksi estradiol akan menurun sampai titik terendah , yang kemudian naik karena pengaruh FSH. (Aron & Findling, 1997; Anwar, 2006) .Testosteron dan androstenedion dapat dikonversi menjadi estradiol oleh enzim sitokrom P - 450 aromatase (P450aro) (Lephard ED,1996; Gao & Horvad,2008). Estradiol (E2) juga memainkan peran penting dalam metabolisme energi dan pengendalian berat badan. Pada wanita pascamenopause atau tikus diovariektomi, defisiensi estradiol berhubungan dengan peningkatan obesitas dan diabetes type tipe 2 (Carr MC, 2003). Pemberian estradiol pada hewan diovariektomi menekan perkembangan obesitas dengan mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi (Gao Q et al,2007) . Peran estradiol pada pada metabolisme lipid diantaranya adalah meningkatkan HDL-C dan menurunkan LDL-C (Saltiki & Alivizaki,2007). Penelitian klinik dan epidemiologik telah secara konsisten menunjukkan hubungan timbal balik antara kadar HDL-C dan resiko kardiovaskular (Koh Ono,2012). Penelitian
Gupta et al (2010) menunjukkan korelasi negatif yang
signifikan antara leptin dengan profil lipid pada wanita obese dengan metabolic
Universitas Sumatera Utara
5
sindrom namun penelitian kohort selama 4 tahun oleh Beduliscu et al (2013) pada orang Africa -Amerika menunjukkan hubungan yang tidak signifikan . Di Kota Banda Aceh, prevalensi obesitas terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi wanita obese di Propinsi Aceh terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun dan pada tahun 2013 berada diatas prevalensi nasional.
Gambar 1.1
Proporsi Perempuan Obese berdasarkan IMT (Riskesdas, 2013)
usia > 18 tahun
Berdasarkan lingkar pinggang, juga terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun.
Gambar 1.2. Prevalensi obesitas sentral usia > 15 Tahun (Riskesdas, 2013)
Universitas Sumatera Utara
6
Dari hasil penelitian diatas, diketahui bahwa peran estradiol, leptin dan profil lipid pada obesitas masih bervariasi. Penelitian yang menganalisa korelasi antara kadar estradiol , leptin dan profil lipid pada wanita obesitas belum pernah dilakukan khususnya di Kota Banda Aceh. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui secara jelas keterkaitan antara kadar estradiol , leptin dan profil lipid pada wanita dengan obesitas, overweight dan berat badan normal.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah korelasi kadar estradiol dan kadar leptin dengan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-C dan trigliserida) pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal?
1.3 Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum Mengetahui korelasi kadar estradiol dan kadar leptin dengan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-C dan trigliserida) pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal. B. Tujuan Khusus 1.
Mengetahui distribusi frekuensi obesitas, overweight dan berat badan normal berdasarkan BMI, lingkar pinggang dan lemak subcutan pada wanita di Kota Banda aceh
Universitas Sumatera Utara
7
2.
Mengetahui kadar estradiol pada kelompok wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
3.
Mengetahui kadar leptin pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
4.
Mengetahui kadar total kolesterol pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
5.
Mengetahui kadar HDL-C pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
6.
Mengetahui kadar LDL-C pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
7.
Mengetahui kadar trigliserida pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
8.
Mengetahui perbedaan kadar estradiol pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
9.
Mengetahui perbedaan kadar leptin pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
10. Mengetahui perbedaan profil lipid ( total cholesterol, HDL-C, LDL-C dan Trigliserida) pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal. 11. Mengetahui korelasi kadar estradiol dengan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-C dan trigliserida) pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal
Universitas Sumatera Utara
8
12. Mengetahui korelasi kadar leptin dengan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-C dan trigliserida) pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal. 13. Mengetahui korelasi kadar estradiol dengan kadar leptin pada wanita obesitas, overweight dan berat badan normal.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Sebagai informasi ilmiah mengenai gambaran estradiol, leptin dan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-Cdan trigliserida) pada obesitas, overweight dan berat badan normal.
1.4.2
Sebagai informasi ilmiah mengenai peran estradiol, leptin dan profil lipid (total cholesterol (TC), HDL-C, LDL-Cdan trigliserida) sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskular pada wanita obesitas .
1.4.3
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh obesitas terhadap
kesehatan
khususnya
peningkatan
resiko
penyakit
kardiovaskular. 1.4.4
Sebagai referensi lanjutan untuk penelitian tentang peran estradiol, leptin dan lipid profil pada obesitas maupun penelitian terkait lainnya.
1.5 Hipotesa Penelitian 1.5.1 Kadar leptin wanita obesitas lebih tinggi dibanding wanita overweight 1.5.2 Kadar leptin wanita overweight lebih tinggi dibanding wanita dengan berat badan normal. 1.5.3 Kadar estradiol wanita obesitas lebih rendah dibanding wanita overweight.
Universitas Sumatera Utara
9
1.5.4 Kadar estradiol wanita overweight lebih rendah dibanding wanita dengan berat badan normal. 1.5.5 Profil lipid wanita obesitas lebih buruk (kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida serta kolesterol HDL yang lebih rendah) dibanding wanita overweight. 1.5.6 Profil lipid wanita overweight lebih buruk dibanding wanita dengan berat badan normal. 1.5.7 Semakin tinggi kadar leptin, maka kadar estradiol semakin rendah 1.5.8 Semakin tinggi kadar leptin maka kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida akan semakin tinggi dan kadar kolesterol HDL semakin rendah. 1.5.9 Semakin rendah kadar estradiol maka kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida akan semakin tinggi dan kadar kolesterol HDL semakin rendah.
Universitas Sumatera Utara