BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam melaksanakan strategi yang telah ditetapkan, perlu melakukan pengukuran kinerja beserta evaluasi. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi yang bersifat profit oriented atau non profit oriented (Fahmi, 2011:2). Pengukuran kinerja organisasi adalah bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi sebagai dasar pengambilan keputusan serta pembuatan strategi organisasi pada masa berikutnya (Sembiring 2012:88). Penilaian kinerja perusahaan merupakan hal yang sangat penting karena mampu memberikan informasi yang dapat digunakan dalam mengevaluasi dan mengembangkan kinerja. Tanpa adanya penilaian kinerja yang kompleks, sulit untuk menilai apakah perusahaan telah mencapai tujuannya dan mengalami peningkatan kinerja dari segala aspek setiap tahunnya. Saat ini, menurut Aditiyo (2012) penilaian kinerja perusahaan di Indonesia masih didominasi oleh penilaian kinerja secara konvensional, yakni hanya berfokus pada perspektif keuangan semata tanpa memperhitungkan perspektif-perspektif lainnya di dalam perusahaan. Roseman dan Wise (1999) dalam banyak kasus menilai kinerja perusahaan hanya menggunakan perspektif keuangan saja tidak cukup untuk menganalisis perkembangan suatu perusahaan.
1
2
Kinerja organisasi yang hanya dinilai dari sisi keuangan tidaklah cukup. Kaplan dan Norton (2000:8) menyebutkan bahwa penilaian kinerja yang hanya berfokus pada finansial saja belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu organisasi sudah baik atau belum, karena pengukuran kinerja yang berdasarkan pada aspek keuangan saja mengakibatkan orientasi organisasi hanya mengarah kepada kepentingan jangka pendek saja tanpa memerhatikan kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang. Sistem pengukuran kinerja yang dirancang oleh Kaplan dan Norton, merupakan sistem pengukuran kinerja yang diciptakan untuk melengkapi pengukuran kinerja tradisional yang meliputi: perspektif keuangan, perspektif nasabah, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang disebut dengan Balance Scorecard. Perspektif nasabah penting untuk diperhatikan sebab nasabah mendukung kelangsungan LPD Kecamatan Buleleng. Perspektif proses bisnis internal penting diperhatikan agar LPD mampu untuk menyusun perencanaan sumber daya internal untuk memenuhi tuntutan pelayanan yang dibutuhkan oleh nasabah. Pentingnya menanamkan investasi pada sumber daya manusia yang dimiliki mendorong terwujudnya kinerja yang baik untuk itu penting bagi LPD memperhatikan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Melalui perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal, perspektif nasabah serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
manajemen mampu
menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang kompleks
3
terhadap visi, misi dan strategi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Balanced Scorecard telah dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif pada kinerja keuangan dan non keuangan, pada kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjangnya (Moehoriono, 2012:159). Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan penggunaan Balanced Scorecard seperti penelitian yang dilakukan oleh Krisnadewi dan Pramesti Sukma (2013), Philib (2011), Reid (2011), Panicker dan Seshadri (2013), Trian dan Ridiyah (2015), Darmiyati (2013), Normasari, dkk (2013). Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan Lembaga Perkreditan Desa yang berada di desa pakraman dalam wilayah Provinsi Bali yang diatur oleh Peraturan Desa (Perda) yang diakui dan dikukuhkan dalam status hukum sebagai suatu bentuk badan usaha keuangan, yang bersifat khusus, karena hanya akan menyelenggarakan kegiatan usaha dalam wilayah desa (Nuratni, 2013:7). Bidang usaha LPD meliputi perkreditan, memungut tabungan dan disalurkan melalui kredit yang efektif dan terarah, agar mampu membantu masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah. Perkembangan LPD setiap tahunnya begitu pesat dan semakin tumbuh, hampir setiap Desa Adat/Pakraman di Bali. Perkembangan
tersebut sudah
sepantasnya LPD dikelola secara profesional agar kinerja semakin meningkat, baik dari segi sumber daya manusia maupun manajemen, sehingga para pengelola LPD mampu bersaing pada tingkat yang lebih tinggi dan memberi dampak terhadap Desa
4
Adat pada khususnya dan Bali pada umumnya terjadi pertumbuhan perekonomian dipedesaaan. Penelitian ini dilakukan di LPD karena lembaga ini memiliki keunikan dibandingkan
dengan
lembaga
keuangan
pada
umumnya.
LPD
hanya
diperbolehkan menghimpun tabungan dari para masyarakat di desa pakraman tersebut, namun boleh menerima kredit dari lembaga keuangan manapun (Izin Bank Indonesia 17 Februari 1999). Undang-undang LPD mengatur tentang landasan hukum adat yang disebut dengan awig-awig. Jadi konstitusi LPD diakui, diberi ruang hidup, dan budaya masyarakat adat yang memperkaya khasanah budaya, cerminan dari kearifan lokal masyarakat adat itu (Nurjaya, dkk, 2011:32). Pendirian LPD tidak semata-mata hanya untuk sosial ekonomi yang cenderung dikaitkan dengan profit tetapi terdapat misi untuk menjaga kehidupan budaya, dihubungkan lagi dengan persoalan dimensi hubungan manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana) (Nurjaya, dkk, 2011:25). Pengukuran kinerja LPD penting untuk dilakukan dalam empat perspektif Balanced Scorecard agar LPD mampu untuk bersaing tidak hanya dari perspektif keuangannya saja, namun dapat mempertahankan nasabah yang dimiliki, mengetahui keinginan dari nasabah,
melakukan inovasi baik dalam bidang
teknologi yang diberikan oleh pihak LPD. Pengukuran kinerja LPD dari perspektif keuangan akan diukur dengan menggunakan ROA, BOPO, LDR, NPL dan CAR. Pengukuran kinerja dari perspektif proses bisnis internal, perspektif nasabah, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan diukur dengan menggunakan kuisioner. Dimensi yang digunakan untuk mengukur perspektif proses bisnis
5
internal adalah bekerja sesuai dengan prosedur, kepuasan terhadap sarana dan prasarana yang digunakan dan perencanaan yang sistematis. Pengukuran kinerja dari perspektif nasabah akan diukur menggunakan dimensi dari kualitas layanan yang diberikan, dan pengukuran kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran akan diukur dengan menggunakan dimensi komitmen, pendidikan dan pelatihan, dan penghargaan. Lokasi penelitian ini adalah LPD Kecamatan Buleleng yang terdaftar di LPLPD. Kecamatan Buleleng memiliki lima belas LPD yang sehat, memiliki permodalan yang cukup hal ini dapat dilihat dari total aset dan laba yang dihasilkan oleh LPD selama periode 2013-2014 sebagai berikut. Tabel 1.1 Total Aset dan ROA LPD Kecamatan Buleleng Periode 2013-2014 Nama LPD
EAT (2013)
EAT (2014)
Total Aktiva (2013)
Total Aktiva (2014)
Alapsari 82,099 85,324 3,952,365 5,029,256 Anturan 3,228,336 4,274,405 99,190,409 117,602,503 Bangkang 6,219 6,412 187,667 186,943 Banyuning 761,823 1,154,293 24,018,676 27,202,619 Buleleng 26,304 26,501 375,465 435,682 Galiran 15,296 13,153 620,840 573,942 Kalibukbuk 815,585 1,188,746 22,574,958 28,054,241 Nagesepeha 182,735 248,272 3,873,358 5,018,237 Padang Keling 25,458 49,192 1,187,813 1,307,637 Pemaron 374,655 405,313 9,614,864 9,667,206 Penarukan 428,296 471,633 7,413,54 8,368,145 Pengelatan 1,043,178 1,394,683 22,658,441 27,056,839 Petandakan 165,890 215,048 4,029,605 4,367,730 Poh Bergong 162,197 234,182 3,893,140 4,463,481 Sari Mekar 151,100 192,351 3,017,609 3,606,995 Tukad Mungga 3,633,103 4,131,548 114,226,234 133,109,417 Sumber: Laporan Keuangan LPLPD 2013-2014
ROA ROA (2013) (2014) 2.08 3.25 3.31 3.17 7.01 2.46 3.61 4.72 2.14 3.90 5.78 4.60 4.12 4.17 5.01 3.18
1.70 3.63 3.43 4.24 6.08 2.29 4.24 4.95 3.76 4.19 5.64 5.15 4.92 5.25 5.33 3.10
6
LPD Kecamatan Buleleng dalam menilai kinerjanya hanya menitikberatkan pada perspektif keuangan saja yaitu mengacu pada Surat Keputusan (SK) Direksi Bank Pembangunan Daerah Bali No. 0303.102.10.2004.2 tanggal 5 Agustus 2004 tentang Sistem Penilaian terhadap Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Beberapa kelemahan dari pengukuran kinerja apabila hanya dilihat dari perspektif keuangan saja diantaranya tidak melibatkan peran karyawan, berorientasi jangka pendek dan hanya memperhitungkan aset yang terlihat (Prihadi, 2013). Kondisi ini merupakan alasan mengukur kinerja LPD menggunakan Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard diperlukan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan maupun non keuangan. Balanced Scorecard melengkapi ukuran keuangan masa lalu dengan ukuran pemicu kinerja masa depan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan utama dari LPD Kecamatan Buleleng yang sehat serta laba yang meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Lembaga Perkreditan Desa Berbasis Balanced Scorecard di Kecamatan Buleleng”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif keuangan?
7
2) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif proses bisnis internal? 3) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif nasabah? 4) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng dilihat dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan? 5) Bagaimana kinerja LPD Kecamatan Buleleng secara komprehensif?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif keuangan. 2) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif nasabah. 3) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif proses bisnis internal. 4) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 5) Untuk mengetahui kinerja LPD Kecamatan Buleleng secara komprehensif.
8
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kajian empiris terhadap ilmu manajemen tentang penerapan dari Balanced Scorecard dalam penilaian kinerja LPD Kecamatan Buleleng. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi LPD dalam memecahkan masalah yang ada di lapangan guna meningkatkan kinerja karyawannya dan profitabilitas LPD. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan informasi bagi manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan pada LPD Kecamatan Buleleng.
9