BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (langue) adalah sistem simbol yang mengungkapkan maksud pikiran. Sistem simbol ini ada yang merupakan simbol lisan dan ada yang merupakan simbol tertulis. Bahasa dan tulisan merupakan dua sistem simbol yang jelas berbeda. Sistem simbol tulisan baru bisa dikatakan ada untuk mengkortografikan (menulis) bahasa (Saussure dalam Sheddy, 2004:64). Bloomfield dalam Sheddy (2004:65) menyebut huruf kanji bahasa Cina sebagai ‘logographic writing’ yang merupakan ‘symbol of linguistic form’ atas dasar huruf tersebut melambangkan sesuatu acuan bahasa. Jenis huruf lain yang merupakan ‘symbol of phonetic form’ disebutnya sebagai phonogram atas dasar huruf tersebut melambangkan ucapan. Phonogram diidentifikasikan olehnya menjadi dua jenis yaitu, syllabic writing (huruf suku kata) seperti huruf hiragana dan huruf katana dalam bahasa Jepang dan phonemic / alphabetic writing (huruf bunyi tunggal) seperti huruf Yunani dan Latin. Berikut ini adalah 3 jenis huruf yang digunakan masyarakat di dunia ini (Hamzon, 2007:3) : 1. Tanonmoji, yaitu huruf yang mengutarakan potongan bunyi terkecil, huruf ini dapat menuliskan muatan sebuah bunyi vokal maupun konsonan secara berdiri sendiri. Atau sebuah huruf adalah sebagai gambaran sebuah konsonan atau vokal tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf romawi. 2. Onsensetsumoji, yaitu huruf yang menggambarkan potongan bunyi suara, huruf itu dapat menuliskan muatan bunyi vokal, tetapi untuk bunyi konsonan biasanya diucapkan bersamaan dengan bunyi vokal. Huruf ini tidak menggambarkan bunyi
Universitas Sumatera Utara
konsonan berdiri sendiri. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf hiragana dan katakana. 3. Hyoimoji, yaitu huruf yang menggambarkan sebuah arti, dalam huruf ini lebih dipentingkan mengutarakan muatan arti atau makna dari pada bunyi bacaannya. Dalam jenis huruf ini sebuah huruf mempunyai satu arti atau makna. Tetapi kadangkadang sebuah huruf mempunyai cara baca yang lebih dari satu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf kanji. Dari pendapat tokoh-tokoh itu dapat disimpulkan bahwa tulisan adalah simbol-simbol yang dapat ditangkap dengan indra mata dengan bentuk baku yang sudah mengalami proses ketetapan secara konvensional di masyarakat; melambangkan bunyi bahasa atau ide bahasa (buah pikiran yang hendak disampaikan kepada lawan bicara) secara langsung maupun tidak langsung. Sistem tulisan terdiri dari seperangkat grafem beserta ciri-ciri penggunaannya. Setiap grafem dapat memiliki satu alograf atau lebih. Kedudukan grafem dan alograf dalam sistem tulisan sama dengan kedudukan fonem dan alofon dalam fonologi. Begitu pula hubungan grafem dan alograf serupa dengan hubungan fonem dan alofon. Pada umumnya setiap grafem mewakili sebagian struktur bahasa lisan. Tulisan pada awalnya terdapat pada batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awal lambang tulisan berupa gambar atau diagram. Lambang-lambang tulisan tersebut apabila menunjukkan arti khusus secara taat asas, disebut pictogram. Misalnya, lambang ☼ yang digunakan untuk memberikan pesan ‘matahari’. Kemudian lama-kelamaan, lambang tersebut menjadi lambang yang lebih mapan, misalnya lambang О, yang digunakan untuk makna ‘panas’, ‘siang hari’, dan juga ‘matahari’. Jenis lambang itu dipandang sebagai bagian dari suatu sistem tulisan ide yang disebut ideogram.
Universitas Sumatera Utara
Tahap-tahap perkembangan tulisan ada tiga (Bambang, 1995 : 21), yaitu: 1. Logogram atau tulisan kata 2. Tulisan silabis atau persukuan 3. Tulisan bunyi Logogram atau tulisan kata merupakan tulisan dimana setiap lambang mewakili sebuah kata. Sistem tulisan yang didasarkan pada pengguanaan logogram adalah sistem tulisan bahasa Cina. Tahap perkembanagan tulisan yang kedua yaitu, tulisan silabis atau tulisan persukuan. Misalnya, bahasa Jepang modern yang memiliki sejumlah besar lambang yang menunjukkan suku kata bahasa lisan. Silabogram atau kelompok bunyi bahasa Jepang pada hakekatnya merupakan pungutan aksara sistem tulisan bahasa Cina (Gleason dalam Bambang, 1995:29). Dalam perkembangan bahasa Jepang, aksara-aksara bahasa Cina dipungut untuk menuliskan kata-kata pungutan dari bahasa Cina. Namun, proses penyesuaian itu tidaklah sederhana, karena struktur gramatika bahasa Jepang sangat berbeda dengan bahasa Cina. Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang mengalami infleksi dan afiksasi yang kompleks. Sebaliknya, kebanyakan morfem bahasa Cina ialah kata dasar dengan tidak banyak afiksasi, sehingga ditemukan banyak morfem yang tidak memiliki padanan dalam bahasa Cina. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibuatlah penyesuaian-penyesuaian dalam menuliskan aksara Cina ke dalam bahasa Jepang. Pertama, diciptakan lambang-lambang morfemik untuk afiks yang tidak ada padanannya dalam sistem tulisan bahasa Cina. Kedua, ditambahkan tanda-tanda yang beracuan fonemik. Ternyata alternatif yang kedualah yang dilakukan dan hasilnya ialah silabogram bahasa Jepang yang memiliki pola yang berbeda dengan sistem tulisan bahasa Cina. Silabogram bahasa Jepang pada dasarnya merupakan perkembangan aksara bahasa Cina dalam struktur bahasa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam struktur bahasa Jepang, kata dasar pada umumnya ditulis dalam aksara Cina yang disebut Kanji, sedangkan afiks-afiksnya ditulis dalam hiragana atau katakana (Bambang, 1995:21). Tahap perkembangan tulisan yang ketiga yaitu, tulisan bunyi. Yang termasuk ke dalam tulisan bunyi adalah tulisan alfabetis dan tulisan fonemik. Alphabet adalah seperangkat lambang tertulis yang tiap lambang mewakili bunyi tertentu. Tulisan fonemik merupakan kesesuaian sempurna antara abjad dan bunyi fonemik yang menunjukkan satu lambang huruf mewakili satu dan hanya satu bunyi fonemik. Tentang relasi antara bunyi bahasa dan tulisan, Jimbo dalam Sheddy (2004:69-70) mengemukakan bunyi yang digunakan pada bahasa baik yang di dengar oleh pendengar maupun yang diujarkan oleh penutur kedua-duanya berdasarkan bunyi yang abstrak. Bagian abstrak yang ditemukan dalam bunyi kongkrit yang dihasilkan tiap-tiap orang pada tiap-tiap kasus akan disebut sebagai ‘unsur baku’ dari bunyi itu. Jenis bunyi kongkrit boleh dikatakan tak terbatas jumlahnya dan jumlah itu tidak mungkin bisa dihitung. Tetapi, bunyi yang abstrak jenis maupun jumlahnya bisa diungkapkan. Berbicara tentang bahasa, sekaligus perlu juga memikirkan tulisan. Hakekat dari tulisan terletak pada fungsinya untuk mengekspresikan bahasa lisan. Di bagian bunyi bahasa, telah dibicarakan bahwa bunyi bahasa ada yang kongkrit dan ada yang abstrak. Hal yang sama juga ditemukan dalam tulisan. Tulisan yang ditulis oleh seseorang pada suatu waktu dan di suatu tempat adalah huruf kongkrit. Huruf kongkrit bila diamati, bagian yang mirip diambil dan bagian yang berlainan dibuang, maka dalam benak kita akan timbul bayangan atau ide tentang huruf yang abstrak. Misalnya seorang ahli bahasa yang membahas huruf 山 (yama) (gunung), dia bukan membicarakan hasil penulisan dari seorang kaligrafi, melainkan mempersoalkan sifat permanen yang merupakan ciri bersama dari sejumlah huruf 山 (yama) yang ditulis oleh orang banyak dalam bermacam-macam kondisi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tahap-tahap perkembangan tulisan di atas, memungkinkan manusia memakai lebih dari satu jenis tulisan. Salah satu jenis tulisan tersebut adalah tulisan kanji Jepang yang berbeda dengan huruf asalnya yaitu kanji Cina, walaupun sebenarnya kanji Jepang diadopsi dari kanji Cina. Sebab dalam bahasa Cina, satu kanji mempunyai satu ucapan (perkataan), sedangkan dalam bahasa Jepang dapat diucapkan beraneka ragam (Sayidiman dalam Yusuf 2008:3). Misalnya kanji 大きい. Kanji tersebut bisa dibaca tai atau dai (secara on-yomi) dan dibaca ookii (secara kun-yomi). Orang Jepang sendiri bisa saja salah membaca satu kalimat bahasa Jepang bila Ia belum hafal betul. Karena itu, seringkali satu kanji yang memungkinkan salah baca, dibubuhi hiragana (furigana). Dengan demikian, bangsa Jepang memiliki sistem tulisan yang sangat kompleks. Menurut Sudjianto dan Ahmad Dahidi (2004:55), selain hyou-i moji atau huruf yang melambangkan makna sekaligus melambangkan bunyi pengucapannya (kanji), juga digunakan hyou-on moji yang terdiri dari onsetsu moji (hiragana dan katakana yang melambangkan bunyi silabel) dan tan-on moji (romaji / huruf Latin, yang melambangkan sebuah fonem). Selain itu, dipakai juga suuji moji
(numeralia, yang melambangkan
bilangan). Suuji moji yang dipakai ada dua, yaitu san-you suuji atau Arabia suuji yang merupakan lambang bilangan yang bisa dipakai untuk menuliskan sistem peghitungan dan kansuuji, yaitu lambang bilangan yang ditulis dengan kanji. Karena sistem tulisan Jepang yang sangat kompleks ini, menjadi salah satu alasan sulitnya mempelajari bahasa Jepang. Kanji merupakan hyou-i moji dan sebuah kanji bisa menyatakan arti tertentu. Hal ini dapat memberikan arti bahwa hampir semua benda yang ada di dunia dapat ditulis dengan kanji. Sehingga dapat dibayangkan kalau jumlah kanji hampir sama dengan jumlah benda yang ada di dunia. Dalam Daikawa Jiten atau kamus terbesar yang disusun di Jepang terdapat kira-kira 50.000 kanji (Ishida dalam Sudjianto, 2004:57). Namun pada tahun 1990, Monbusho (Departemen Kependidikan Jepang) menetapkan 1200
Universitas Sumatera Utara
kanji yang harus dipelajari di Sekolah Dasar. Pada tahun 1981 ditetapkan daftar Jouyou Kanji yang memuat 1945 kanji. Seperti kita ketahui bahwa huruf kanji terbentuk dari beberapa garis atau coretan. Garis-garis atau coretan-coretan tersebut membentuk bagian-bagian kanji, lalu bagian-bagian tersebut pada akhirnya membentuk sebuah huruf kanji secara utuh. Dengan adanya bagianbagian pada sebuah kanji ini maka timbul istilah yang disebut bushu. Bushu merupakan bagian yang terpenting dari suatu huruf kanji yang dapat menyatakan arti kanji secara umum. Bushu ini biasa disebut juga dengan karakter dasar kanji (Nandi, 2000:7). Sedangkan menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:59), bushu merupakan istilah yang berhubungan dengan bagianbagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar pengklasifikasian huruf kanji. Dengan kata lain, bushu ialah sebuah istilah yang berkenaan dengan bagianbagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Manfaat lain dengan adanya ketentuan bushu ini ialah dapat diperoleh kemudahan-kemudahan ketika mencari (arti) suatu kanji pada sebuah kamus baik kamus kanji, Kokugo jiten, atau kamus-kamus lainnya. Oleh karena itu, dalam kamus-kamus tersebut, terutama yang diterbitkan di Jepang, selalu dilengkapi dengan daftar bushu untuk mempermudah cara pemakainnya. Terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya pada suatu kanji yakni : a. Hen, yaitu bushu yang berada pada bagian kiri sebuah kanji. b. Tskuri, yaitu bushu yang berada pada bagian kanan pada sebuah kanji. c. Kanmuri, yaitu bushu yang berada pada bagian atas sebuah kanji. d. Ashi, yaitu bushu yang berada pada bagian bawah sebuah kanji. e. Tare, yaitu bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas ke bagian kiri. f. Nyoo, yaitu bushu yang membentuk siku-siku dari bagian kiri ke bagian bawah sebelah kanan.
Universitas Sumatera Utara
g. Kamae, yaitu bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian kanji lainnya. Misalnya, karakter dasar Take Kanmuri (karakter dasar bambu yang terletak di bagian atas sebuah kanji), yaitu kanji yang memiliki kaitan makna dengan suatu hal yang berhubungan dengan bambu. Contohnya kanji 簇 (zoku / muragaru) yang berarti kumpulan atau kelompok. Karakter dasar take atau bambu jika digabungkan dengan karakter dasar lainnya dapat membentuk makna yang baru. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang karakter dasar take kanmuri, maka penulis akan membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Interpretasi Makna Kanji Berbushu (Bekarakter Dasar) Take Kanmuri”.
1.2 Perumusan Masalah Bushu merupakan salah satu unsur pembentuk kanji. Bushu sebagai salah satu unsur pembentuk kanji terbagi menjadi tujuh jenis, diantaranya adalah kanmuri. Kanmuri merupakan karakter dasar yang berada di bagian atas sebuah kanji. Salah satunya adalah take kanmuri. Kanji take menunjukkan makna yang berkaitan dengan bambu, kanji ini baik sebagai karakter dasar maupun ketika digabungkan dengan karakter dasar lainnya, maknanya tetap sesuatu yang berhubungan dengan bambu. Tetapi, untuk memahami kanji berkarakter dasar take (take kanmuri) terdapat bermacam-macam interpretasi yang berbeda, di antaranya dapat dilihat dari hubungan makna unsur-unsur pembentuknya. Contohnya kanji 算 (kazoeru). Kanji ini terdiri dari tiga karakter yaitu, karakter dasar 竹 (take kanmuri) yang menunjukkan makna bambu, karakter 目 (me) yang berarti mata, dan karakter dasar 廾 (nijū-ashi) yang menunjukkan makna kaki dua puluh. Apabila ketiga karakter ini digabungkan, akan memiliki pengertian melihat dua puluh bambu. Hubungan makna ketiga karakter ini jika dianalisis, akan memiliki pengertian bahwa, pada saat kita melihat dua puluh bambu (banyak bambu), maka secara otomatis kita akan menghitung
Universitas Sumatera Utara
bambu tersebut untuk mengetahui dan memastikan berapa jumlahnya. Jadi, kanji 算 (kazoeru) memiliki makna menghitung. Sehubungan dengan masalah tersebut, untuk meminimalisasi kesulitan dalam mempelajari kanji, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik bambu ? 2. Bagaimanakah makna simbolik kanji yang memiliki karakter dasar take kanmuri berdasarkan hubungan makna dengan karakter pembentuk kanji lainnya ?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Dalam penelitian ini ruang lingkup pembahasannya meliputi analisis makna kanji berkarakter dasar take kanmuri yang dihubungkan dengan karakter-karakter kanji pembentuknya yang lain berdasarkan pada hubungan makna. Kanji-kanji yang akan dianalisis diambil dari kamus kanji modern Jepang Indonesia. Di dalam kamus kanji modern Jepang Indonesia, terdapat 105 huruf kanji yang memiliki karakter dasar take-kanmuri. Dari jumlah tersebut, penulis akan mengkategorikannya menjadi tiga kelompok yaitu : kanji take kanmuri pada kata benda, kanji take kanmuri pada kata kerja, dan kanji take kanmuri pada kata sifat. Dimana dari tiap kelompok tersebut akan dianalisis minimal satu huruf kanji. Jumlah keseluruhan kanji yang akan dianalisis adalah 35 huruf kanji. Untuk mendukung pembahasannya, terlebih dahulu akan dijelaskan gambaran umum tentang kanji yang meliputi: sejarah kanji, cara baca kanji, asal-usul huruf kanji, jenis-jenis karakter dasar atau bushu, karakteristik bambu, dan kanji-kanji yang berkarakter dasar take kanmuri.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Bahasa memiliki suatu tanda / lambang (kigou) dan tanda / lambang tersebut memiliki makna (Dedi, 2003:4). Demikian halnya dengan kanji yang merupakan lambang bahasa yang berupa tulisan. Kanji merupakan tulisan yang berasal dari Cina. Secara harfiah, ‘Kan’ merupakan nama dinasti Tiongkok Kuno, yaitu dinasti Han (dalam bahasa Jepang dilafalkan Kan) dan ‘Ji’ yang berarti tulisan huruf (Yuddi dalam Yusuf, 2008:7). Jadi, kanji adalah tulisan atau huruf yang berasal dari Cina. Menurut Takebe Yoshiaki dalam Nandi (2003:4) kanji bukanlah huruf, tetapi kanji adalah gambar. Pendapat ini juga ditegaskan oleh Todo Akiyasu dalam Nandi (2003:4) yang menyatakan kanji adalah gambar atau lambang tulisan yang mempunyai arti. Tetapi, kemudian Takebe dalam Nandi (2003:4) mengemukakan, “文字を分類して表音文字と表意文字とし、ローマ字や仮名文字は表音文字だ とする。そして、漢字は表意文字だとするから、漢字も文字の一種になる。 “Kalau mengelompokkan huruf menjadi hyou-on moji dan hyou-i moji, maka huruf romaji dan huruf kana merupakan hyou-on moji. Kemudian, karena kanji merupakan hyou-i moji, maka kanjipun menjadi salah satu huruf “. Karena kanji merupakan lambang tulisan yang mempunyai makna. Maka kanjipun merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam bahasa Jepang untuk menyampaiakan maksud tertentu dari pembicara terhadap lawan bicara terutama dalam bentuk tulisan. Dalam mempelajari kanji terdapat tiga unsur penting yang dikenal dengan istilah keion-gi, yaitu : bentuk, cara baca, dan arti (Takebe dalam Nandi, 2003:5). Sehingga dalam mempelajari kanji maka pembelajar akan belajar tentang bentuk (cara menulis), cara baca, dan juga arti dari kanji kanji tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memahami makna kanji, salah satu caranya adalah dengan mengenal unsurunsur atau karakter pembentuknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tae Moriyama dalam Nandi (2000:3) yang menyatakan bahwa kanji pada umumnya berupa kombinasi dari bermacam-macam unsur. Salah satu cara agar mendapat semangat dalam proses mempelajarinya ialah dengan mengenal unsur-unsurnya. Salah satu unsur pembentuk kanji adalah bushu. Menurut arti katanya, ‘Bu’ artinya bagian dan ‘shu’ artinya kepala. Jadi, bushu adalah unsur atau karakter dasar yang terdapat dalam suatu huruf kanji (Yuddi dalam Yusuf, 2008:8). Sebutan bushu untuk pertama kalinya muncul tiga abad yang lalu di Cina yang dikembangkan melalui sistem penggabungan karakter-karakter sehingga mencapai jumlah 214 unsur / karakter dasar. Sistem ini masih digunakan sampai sekarang, baik dalam kamus-kamus Cina maupun dalam kamus Jepang (Nandi, 2000:7). Sesuai dengan letaknya, bushu dikelompokkan menjadi tujuh macam, salah satu diantaranya adalah bushu kanmuri. Bushu kamnuri yaitu bushu yang terletak di bagian atas sebuah kanji. Take kanmuri merupakan salah satu contoh dari bushu kanmuri. Bushu ini menyatakan bambu dan bagian susunan kanji ini memiliki arti yang berhubungan dengan bambu, (Nandi, 2000:25).
1.4.2 Kerangka Teori Untuk menganalisis makna simbolik kanji berkarakter dasar take kanmuri dibutuhkan teori semantik dan semiotik. Semantik merupakan studi tentang makna. Makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (Grice dan Bolinger dalam Aminuddin, 2001:53). Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok yaitu : a. Makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar. b. Penentuan hubungan terjadi disebabkan adanya kesepakatan para pemakai bahasa.
Universitas Sumatera Utara
c. Perwujudan makna dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti. Semiotik merupakan studi tentang tanda. Menurut Paul Cobley dan Litza Janz dalam Nyoman (2004:97) semiotik berasal dari kata seme, bahasa Yunani, yang berarti penafsir tanda. Sedangkan menurut beberapa literatur lain menyebutkan bahwa semiotik berasal dari kata semeion, yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan intrepetasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Dalam kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda proses kehidupan menjadi lebih efisien, manusia dapat saling berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo semioticus. Semiotik dilihat dari segi cara kerjanya maka terdapat : a. Sintaksis semiotik, yaitu studi dengan memberikan intensitas hubungan tanda dengan tanda-tanda yang lain. b. Semantik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan tanda dengan acuannya. c. Pragmatik semiotik, yaitu studi dengan memberikan perhatian pada hubungan antara pengirim dan penerima. Dilihat dari faktor yang menentukan adanya tanda, maka tanda dibedakan : a. Representamen, tanda itu sendiri sebagai perwujudan gejala umum. Tanda sebagai gejala umum dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kualitas, keberadaan aktual atau realitas fisik, dan tanda sebagai hukum. b. Object, yaitu apa yang diacu atau tanda dalam hubungannya dengan objeknya yang berdasarkan pada karakter tanda yang dimilikinya. Objek dapat dibedakan menjadi icon, indeks, dan symbol.
Universitas Sumatera Utara
c. Interpretant, tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin penerima atau tanda dipandang dari interpretan yang mewakilinya sebagai sebuah tanda pikiran. Tanda tersebut dapat dibedakan menjadi tanda sebagai kemungkinan, tanda sebagai fakta, dan tanda sebagai nalar. Di antara representamen, object, dan interpretant, teori yang penulis gunakan adalah teori yang kedua, yaitu object. Object memiliki istilah-istilah yaitu, icon, indeks, dan symbol. Menurut Pierce dalam Rini (2006:11), ikon merupakan tanda yang mengacu kepada suatu objek, dimana hubungan tanda dan objeknya didasarkan atas kesamaan ciri dan sifatnya. Sehingga tanda disebut ikon apabila ada hubungan kemiripan tanda dengan objeknya. Misalnya kanji 山 (yama) merupakan lambang yang ditiru dari bentuk tiga buah gunung. Begitu juga halnya dengan kanji 川 (kawa) yang merupakan lambang yang ditiru dari bentuk aliran air. Istilah kedua yaitu indeks. Indeks merupakan tanda yang mengacu kepada objek, dimana tanda dipengaruhi oleh objek tersebut. Jadi, tanda dikatakan indeks karena adanya kedekatan eksistensinya dengan objek. Misalnya kanji 森 (mori). Kanji in merupakan kanji gabungan dari tiga buah kanji 木 (ki). Dimana kanji 木 (ki) ini memiliki makna pohon, sedangkan kanji 森 (mori) memiliki makna hutan lebat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kanji hutan lebat merupakan gabungan dari tiga buah kanji pohon. Istilah ketiga yaitu symbol. Symbol merupakan tanda yang mengacu kepada objek dimana hubungan antar tanda dan objeknya didasarkan pada suatu aturan, hukum, atau konvensi. Misalnya kanji 仏教 (bukkyou), sebagai aksara yang berdiri sendiri, unsur pertama dalam bukkyou diucapkan butsu atau hotoke, “sang budha”. Bagian kiri kanji ini adalah akar kata nin “orang”. Sebelah kanan kelihatannya melambangkan air yang mengalir dan riak yang mempunyai arti “menghilang”. Kesepakatan ini bersesuaian dengan konsep budha yaitu
Universitas Sumatera Utara
bahwa untuk mencapai pencerahan jiwa seseorang harus membersihkan dirinya dari pikiran yang mementingkan diri sendiri sehingga dirinya akan lenyap menyatu. Penulis menggunakan teori yang kedua karena kanji merupakan tanda, lambang, atau gambar yang mengacu pada objeknya dan segala sesuatu baik tanda, lambang, ataupun gambar dapat dikaitkan dengan sesuatu yang lain sehingga tanda, lambang, maupun gambar dapat dijadikan sebagai bagian dari proses komunikasi.
1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui karakteristik bambu b. Untuk mengetahui makna kanji berkarakter dasar take kanmuri dengan karakter pembentuk kanji lainnya berdasarkan hubungan makna.
1.5.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : a. Menjadi sumber informasi dalam mempelajari kanji b. Mempermudah pelajar bahasa Jepang dalam mengingat dan memahami huruf-huruf kanji berkarakter dasar take kanmuri.
1.6 Metode Penelitian Untuk pembahasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dan metode kepustakaan (library research). Metode deskriptif merupakan metode pemecahan masalah denga cara menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan (Saifuddin, 2004:6). Metode
Universitas Sumatera Utara
kepustakaan merupakan metode yang mengutamakan pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan pembahasan untuk mencapai tujuan penelitian (Mulyadi dalam Rini, 2006:13). Data yang dikumpulkan mengacu pada data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut (Tatang dalam Yusuf, 2008:12). Seperti buku, majalah, jurnal, kamus, ensiklopedia, maupun situs internet sebagai alat utama untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang diperoleh dari kamus kanji modern Jepang Indonesia sebagai salah satu sumber data yang utama, dipilih secara acak dari keseluruhan data yang ada di dalam kamus tersebut, sebagai data yang setelah diinterpretasikan akan dianalisis maknanya pada penelitian ini. Menurut Kaelan (2005:76) interpretasi adalah memperantarai pesan secara eksplisit dan implisit yang termuat dalam realitas. Dalam memperantarai pesan agar dapat dipahami mecakup tiga pengertian, yaitu : a. Interpretasi sebagai metode pengunkapan Interpretasi dalam pengertian suatu proses menunjukkan arti, yaitu mengungkapkan, menuturkan, mengatakan sesuatu yang merupakan esensi raelitas. b. Interpretasi sebagai metode menerangkan Interpretasi dalam pengertian suatu upaya untuk mengungkapkan makna objek dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang berada di luar objek. c. Interpretasi sebagai menerjemahkan Interpretasi dalam pengertian memindahkan arti (menerjemahkan), yaitu mampu menangkap menangkap esensi atau makna yang terkandung dalam objek. Setelah menganalisis data-data tersebut, kemudian dilanjutkan dengan mencari, mengumpulkan dan mengklasifikasikan kanji-kanji yang berbushu take kanmuri. Tahap berikutnya adalah proses merangkum dan menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk
Universitas Sumatera Utara
dikelompokkan dalam setiap bab dan anak bab. Dan yang terakhir berupa penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang telah diteliti, lalu dari kesimpulan yang ada dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang. Penelitian kepustakaan dilakukan pada Perpustakaan USU, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang USU, pencarian di beberapa situs internet, serta koleksi pribadi penulis.
Universitas Sumatera Utara