BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam upaya mencapai visi tersebut ditetapkan program-program unggulan salah satunya program keselamatan dan kesehatan kerja (Suma’mur, 1996). Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya kesehatan kerja bagi masyarakat pekerja dimana bentuk program tersebut adalah upaya pelayanan kesehatan kerja, yaitu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pekerja mencakup upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Depkes, 2003). Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul, pencapaian ketenangan dan ketentraman tenaga kerja dengan cara yang aman merupakan kebutuhan yang mendasar, salah satu upayanya adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan tenaga kerja (Suma’mur, 1996). Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur, 1996). Dengan kesehatan yang baik manusia mampu bekerja dan berprestasi, bagi
tenaga kerja kesehatan merupakan modal utama untuk dapat bekerja dengan baik dan 1 Universitas Sumatera Utara
salah satu upaya untuk mencapai kesehatan tenaga kerja adalah dengan menerapkan ergonomi di lingkungan kerja (Wignjosoebroto, 2000). Ergonomi juga mempelajari interaksi antara manusia dengan obyek yang digunakannnya dan terhadap lingkungan tempat manusia bekerja. Penerapan ergonomi yang benar ditempat kerja bertujuan agar pekerja selalu dalam keadaan sehat, aman, nyaman, produktif dan sejahtera. Sebaliknya apabila penerapan ergonomi dilakukan dengan tidak benar dan tidak sesuai dengan aspek didalam ergonomi malah berakibat timbulnya keluhan dan penyakit kerja akibat pekerjaannya (Santoso, 2004). Dengan melakukan sikap kerja yang baik maka pekerja telah menerapkan ergonomi. Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan salah satunya adalah faktor sikap tubuh dalam bekerja, yaitu semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan (Anonim, 2010). Sikap kerja dibutuhkan dalam beberapa jenis pekerjaan tertentu yang kadangkadang cenderung untuk tidak mengenakkan, kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap kerja yang “aneh” dan kadang-kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau mengalami keluhan kesehatan (Anonim, 2010). Misalnya bekerja dengan sikap punggung yang selalu membungkuk akan menimbulkan keluhan sakit pada otot punggung (Notoadmojo, 1997). Kemudian dalam suatu penelitian yang berjudul ”Gambaran Ergonomi Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja Kasir Di Pasar Swalayan Metro
Universitas Sumatera Utara
Medan Plaza Tahun 2004” dimana dikatakan sebanyak 23% kasir mengalami keluhan pada perut. Pada sikap kerja duduk, hal ini biasa terjadi karena dengan sikap duduk, otot-otot perut menjadi lembek dan jika sikap duduk sedikit membungkuk tidak baik bagi alat pencernaan (Laurensia, 2004). Sesuai survei pendahuluan yang peneliti lakukan di desa Aek Pamienke, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara, terdapat perkebunan karet yang merupakan unit perusahaan PT. Socfindo, yang bergerak disub sektor perkebunan bidang formal usaha. Dimana pekerja dalam melakukan pekerjaan pada sikap kerja yang salah dan bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain nyeri dan kelelahan. Perkebunan Aek Pamienke ini bergerak dibidang perkebunan karet dan pabrik pengolahan karet terutama dalam menghasilkan lateks, dan tenaga kerja yang ada bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan, salah satunya adalah pekerja yang bekerja bagian produksi. Dibagian produksi karet lateks ada beberapa kegiatan yang dilakukan, adapun proses kegiatannya yaitu pensortiran, pencampuran (blending) makro, penggilingan dan pencincangan, pembutiran, pengeringan, pengempaan bandela, dan pengemasan. Pada proses pensortiran karet diletakkan ke dalam bulking tank dimana tujuannya untuk mendapatkan mutu penyeragaman yang baik, lateks diaduk minimal selama 5 menit sebelum dialirkan kedalam coagulating pitch dan
selanjutnya
pengadukan diupayakan terus berlangsung selama lateks sedang dialirkan kedalam coagulating pitch dan saat pensortiran pekerja berdiri disamping bak pensortiran selama proses pensortiran karet tersebut terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutya proses pencampuran (blending) makro dimana lateks dimasukkan kedalam coagulating pitch ditambahkan bahan asam cuka larutan 2,5 % dari acid tank melalui pipa acid yang tersedia. Proses koagulasi dibiarkan minimal selama 8 jam dan selanjutnya coagulum diremah pada instalasi berikutnya. Pada saat proses pencampuran (blending) makro posisi pekerja berdiri diatas bak. Dari coagulating pitch karet ditarik kedalam mesin mobile crusher. Pada proses ini posisi pekerja membungkuk dimana penggilingan dan pencincangan karet diambil dengan alat pengait yang disebut ”gancu” oleh salah seorang operator. Selanjutnya bahan dimasukkan kedalam mesin belt conveyor dan digiling untuk persiapan peremahan pada instalasi selanjutnya. Pada proses pembutiran terjadi beberapa proses produksi diantaranya :prebeaker yaitu dilakukan pembutiran produk dengan working diaplate diameter (hole) 30 mm untuk persiapan penyeragaman pada instalasi berikutnya yaitu pada bak blending (blending tank) dimana produk yang telah melalui pembutiran ada prebeaker diseragamkan dengan bantuan sirkulasi dari jetting pump yang tersedia. Lalu memasuki proses fine extruder dilakukan pembutiran produk dengan working plate diameter (hole) 2,5 mm untuk persiapan pengeringan produk pada dryer. Dilanjutkan dengan proses pengeringan dimana setelah produk mengalami proses pembutiran pada fine extruder, produk tersebut diisi kedalam box dryer dan dikirim melalui trolly dyer kedalam dryer untuk dikeringkan. Pada proses pengeringan ini seorang pekerja berdiri untuk mengawasi proses sambil berjalan sesekali untuk melihat proses lateks tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Proses selanjutnya adalah pengempaan bandela pada karet, dimana karet telah dikeringkan lalu dilakukan proses bongkar box lalu melewati proses washing dryer box dimana karet tersebut dicuci. Setelah itu dilakukan penimbangan kemudian diambil untuk dimasukkan kedalam mesin press sehingga karet tersebut menjadi lebih padat dan menyatu dan siap untuk ketahap pengemasan. Pada tahap terakhir yaitu proses pengemasan dengan menggunakan plastik kantongan transparan yang dilakukan oleh pekerja yang berdiri didepan meja pengemasan, setelah selesai karet siap untuk diangkut dan dikemas dalam peti dan siap untuk dikirim ke Belawan. Kegiatan-kegiatan pada proses produksi ini memungkinkan tenaga kerja mengalami gangguan ataupun keluhan kesehatan karena sikap kerja yang salah dikarenakan posisi yang paling dominan dilakukan oleh pekerja tersebut adalah posisi membungkuk dan berdiri. Dari survei pendahuluan ini pekerja mengalami gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang salah. Keluhan yang dialami sangat beragam antara lain sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan penelitian mengenai ”Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Bagian Produksi Lateks PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Tahun 2010”. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti adalah “Bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Tahun 2010”.
Universitas Sumatera Utara
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks PT.Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui gambaran sikap kerja pada pekerja bagian produksi lateks di kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
2.
Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks di kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
1.4
Manfaat Penelitian 1.
Memberikan informasi kepada pihak perusahaan dan pekerja mengenai sikap kerja dan keluhan kesehatan yang terdapat dalam bekerja.
2.
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
3.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sikap kerja dan dampaknya pada kesehatan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara