BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization) dan GATT (General Agreement On Tariffs And Trade) yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang keselamatan kerja pasal 164, upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Salah satu upaya Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah memelihara faktor – faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Para tenaga medis khususnya perawat mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
1
2
optimal bagi pasien dan keluarga dengan tetap memperhatikan keselamatan diri dalam bekerja. Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja rumah sakit banyak terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerjanya (Depkes, 2003 dalam Hestya, 2012). Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang banyak terdapat di rumah sakit. Dalam melaksanakan pelayan kesehatan, perawat sering kali tidak memperhatikan hal-hal penting yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan akibat kerja. Kelelahan yang dirasakan dapat berpengaruh pada kualitas kerja dari perawat itu sendiri. Kelelahan kerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan psikologis. Kerja fisik terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu reaksi dan perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 2010). Kelelahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rotasi shift kerja, faktor individu (kesehatan/ penyakit, jenis kelamin, umur, pendidikan, beban kerja, masa kerja dan status gizi) dan faktor lingkungan fisik (kebisingan, penerangan, suhu dan tekanan panas, vibrasi dan ventilasi) (Hestya, 2012).
3
Kelelahan kerja di rumah sakit antara lain kelelahan yang disebabkan faktor fisik seperti suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan, circardian rhythms (terutama pada perawat shift malam), serta kelelahan akibat kesalahan posisi/postur tubuh didalam bekerja. Sedangkan kelelahan non fisik disebabkan oleh faktor psikososial baik ditempat kerja maupun dirumah atau masyarakat sekeliling (Hestya,2012). Salah satu kelelahan kerja yang dikeluhkan oleh perawat, salah satunya ketika melakukan tindakan memandikan pasien. Tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur merupakan salah satu tindakan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat, yaitu suatu tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di tempat tidur dengan menggunakan air bersih, sabun atau larutan antiseptik. Tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk membersihkan diri dari kotoran dan bau badan, memberikan kesegaran fisik sehingga memberikan rasa nyaman bagi pasien, untuk memelihara integritas kulit dan mencegah infeksi, serta merangsang peredaran darah dan merelaksasikan otot-otot pasien. Kelelahan dirasakan oleh perawat, terutama bagi perawat yang melakukan tindakan memandikan lebih dari satu pasien dalam sehari. Dalam melaksanakan tindakan memandikan manual handling merupakan hal yang biasa dilakukan oleh perawat. Manual handling adalah segala aktivitas yang membutuhkan tenaga dan dilakukan oleh perawat untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, memindahkan, memegang dan menahan pasien (Nurses Association and
4
Workcover dalam Adi W, 2008). Oleh karena itu tindakan memandikan dapat dikatakan sebagai aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan pada perawat. Kelelahan dari tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur dapat terjadi akibat kurangnya pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip ergonomi. Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan 2010, ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan. Ergonomi dapat dikatakan sebagai ergonomik yaitu penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh untuk menurunkan stres yang akan dihadapi, misalnya menyesuaikan tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak kelelahan sesuai dengan kondisi tubuh. Ergonomi digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan standar fisiologis tubuh. Kelelahan akibat tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur memang sering dikeluhkan oleh perawat, meskipun data mengenai keluhan kelelahan perawat dalam tindakan tersebut memang belum dilaporkan secara resmi. Secara umum posisi yang tidak ergonomis ketika melakukan tindakan memandikan pasien antara lain posisi tempat tidur pasien yang terlalu rendah, posisi kerja perawat yang kurang baik misalnya terlalu lama membungkuk dan menundukkan kepala saat memandikan. Keluhan ini akan lebih sering dirasakan oleh perawat di ruang intensif, mengingat ruang intensif memiliki tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Ruang intensif merupakan unit perawatan khusus bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf dan perlengkapan khusus. Ruang intensif ditujukan
5
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2010). Aktivitas kerja yang dilakukan oleh perawat di ruang intensif dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaboratif. Tindakan memandikan di ruang ICU RSUP Sanglah dilakukan oleh perawat dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 08.00 pagi dan pukul 16.00 sore. Tindakan memandikan merupakan salah satu kegiatan yang dapat memicu kelelahan pada diri perawat. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan kepada delapan perawat di ruang ICU, lima orang perawat mengeluh lelah setelah melakukan tindakan memandikan, terutama setelah memandikan pasien yang menggunakan alat ventilator. Saat memandikan perawat juga melakukan tindakan mobilisasi pasien sehingga mengeluarkan tenaga yang lebih banyak, waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan memandikan di ruang ICU juga relatif lebih lama sekitar 30-45 menit per pasien. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kelelahan perawat. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja (Nurmianto, 1996). Dampak kelelahan juga dapat berakibat serius bagi kesehatan seseorang. Kelelahan dapat berhubungan dengan gangguan pencernaan, gangguan sistem jantung, serta penurunan kesadaran. Dalam penelitian ini peneliti menganalisa posisi kerja perawat saat melakukan tindakan rutin yang dilakukan dan memiliki risiko
6
kelelahan yang cukup tinggi yaitu tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas adapun rumusan masalah yang diambil oleh peneliti yaitu: “Apakah ada hubungan posisi kerja pada tindakan memandikan pasien dengan tingkat kelelahan perawat setelah memandikan di ruang ICU RSUP Sanglah.”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan posisi kerja pada tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur dengan tingkat kelelahan perawat setelah memandikan pasien di ruang ICU RSUP Sanglah. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui posisi kerja perawat saat melakukan tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur. 2. Mengetahui tingkat kelelahan perawat setelah tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur. 3. Menganalisis hubungan posisi kerja pada tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur dengan tingkat kelelahan perawat setelah memandikan pasien di ruang ICU RSUP Sanglah.
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Secara Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam melakukan tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur. 2. Meningkatkan kesadaran perawat mengenai posisi dalam tindakan memandikan, agar dapat mengurangi kelelahan setelah melakukan tindakan memandikan pasien.
1.4.2 Manfaat Secara Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan
menambah
informasi
khususnya
di
bidang
keperawatan tentang posisi kerja perawat pada tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur sehingga dapat mengurangi kelelahan perawat setelah melakukan tindakan. 2. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, khususnya tentang hubungan antara posisi kerja pada tindakan memandikan pasien yang terbaring di tempat tidur dengan tingkat kelelahan perawat setelah memandikan pasien.