BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Era globalisasi pasar bebas dan AFTA (Asean Free Trade Agreement) tahun 2015 memacu terjadinya perubahan disegala bidang industri termasuk dalam bidang fasilitas kesehatan di Indonesia. Perubahan ini terjadi tidak hanya pada penyedia fasilitas kesehatan saja, tetapi juga dari sisi
pelanggan.
meningkatkan
Pihak
mutu
penyedia
pelayanannya
fasilitas supaya
kesehatan mampu
dituntut
untuk
bersaing
untuk
mendapatkan kepercayaan pelanggan. Pihak penyedia fasilitas kesehatan yang dimaksud di atas salah satunya adalah rumah sakit. Selama beberapa dekade, rumah sakit telah berbicara tentang penggantian rekam medis berbasis kertas ke rekam medis elektronik atau RME. Saat ini, RME telah menjadi tren yang berkembang selama 10 tahun terakhir, tetapi secara signifikan telah meluas sejak tahun 2009. Sebuah hasil penelitian oleh Robert Wood Johnson Foundation menemukan bahwa beberapa rumah sakit di Amerika Serikat yang menggunakan beberapa jenis RME telah berkembang lebih maju dan bertambah pasiennya hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sehingga total penggunaan RME meningkat hingga 44% di beberapa rumah sakit di Amerika Serikat (Siemens, 2013). Penyedia fasilitas kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan rekam medis (Permenkes 269, 2008). Sesuai dengan pernyataan tersebut, sudah pasti, rekam medis harus
1
2
dibuat pada setiap rumah sakit sebagai penyedia fasilitas kesehatan. Rekam medis dibuat secara tertulis maupun secara elektronik, asalkan data yang terkumpul lengkap dan jelas. Konsep rekam medis atau rekam kesehatan yang menggunakan format kertas maupun elektronik, menjelaskan bahwa kedua format tersebut merupakan sarana pendokumentasian data/informasi utama di fasilitas kesehatan. Kedua format tersebut juga merupakan alat komunikasi dan penyimpanan informasi kesehatan (Hatta, 2011). Rekam medis elektronik adalah proses komputerisasi isi rekam medis dengan menggunakan sistem yang secara khusus dirancang untuk memudahkan pengguna. RME dilengkapi dengan fasilitas pendukung kelengkapan, akurasi data, memberikan tanda waspada sebagai peringatan, dan otentikasi pengaksesan data (RS Panti Rapih, 2013). Antarmuka pengguna merupakan tampilan dimana pengguna berinteraksi dengan sistem RME. Tujuan dari antarmuka pengguna adalah untuk memungkinkan pengguna menjalankan setiap tugas dalam kebutuhan pengguna (Fatta, 2008). Sesuai dengan pernyataan tersebut, jika RME pada suatu rumah sakit tidak mempunyai tampilan antarmuka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, maka RME tersebut tidak dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas,
profesionalisme,
kinerja,
serta
kemudahan
akses
dalam
menjalankan setiap tugas dalam kebutuhan pengguna di rumah sakit. Berdasar pada hasil wawancara studi pendahuluan pada tanggal 17 November 2014 yang dilakukan di RS Panti Rapih, diketahui bahwa RS Panti Rapih telah menggunakan RME di Instalasi Gawat Darurat (IGD). RME tersebut dimanfaatkan untuk pendaftaran pasien, untuk input data klinis pasien, dan untuk pengolahan pelaporan. Terdapat kendala yang terjadi pada
3
RME yang telah digunakan saat ini, yaitu RME di IGD masih mengadopsi RME yang digunakan di poliklinik RS Panti Rapih, sehingga masih banyak elemen-elemen data yang belum sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Selain itu, di IGD RS Panti Rapih juga masih menerapkan rekam medis manual atau menggunakan kertas dalam pengisian data klinis pasien. Hal ini terjadi karena ada beberapa ketentuan dalam pembuatan visum et repertum yang harus dibuat secara manual oleh dokter yang bertanggung jawab menangani pasien. Keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi alasan IGD RS Panti Rapih masih menerapkan rekam medis manual. Berdasar pada hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Rekam Medis RS Panti Rapih, rencana ke depan pada IGD RS Panti Rapih akan tetap menerapkan elektronisasi dalam pendokumentasian rekam medisnya secara 100%. Berdasar pada permasalahan di atas, maka dirubah sistem rekam medis manual ke dalam sistem RME secara keseluruhan dengan merancang ulang tampilan antarmuka RME di IGD RS Panti Rapih sesuai kebutuhan pengguna.
B. Rumusan Ide Bagaimana rancangan ulang tampilan antarmuka rekam medis elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pengguna di Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rapih Yogyakarta ?
4
C. Tujuan Perancangan 1. Tujuan Khusus Menganalisis sistem RME, menganalisis kebutuhan pengguna dan merancang ulang tampilan antarmuka rekam medis elektronik di Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rapih Yogyakarta. 2. Tujuan Umum a. Menganalisis sistem RME dan menganalisis kebutuhan pengguna di Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rapih Yogyakarta. b. Merancang ulang tampilan antarmuka rekam medis elektronik di Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rapih Yogyakarta. c. Mengevaluasi tampilan antarmuka rekam medis elektronik yang telah dirancang di Instalasi Gawat Darurat RS Panti Rapih Yogyakarta.
D. Batasan Perancangan Perancangan ulang ini dibuat untuk lingkup Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS Panti Rapih yang telah menerapkan sistem rekam medis elektronik dalam mendukung perubahan paradigma rekam medis dari yang berbasis kertas ke rekam medis elektronik tanpa kertas. Penulis sebatas merancang ulang tampilan antarmuka pengguna rekam medis yang sesuai dengan kewenangan ahli madya rekam medis, yaitu merancang struktur isi dan standar data kesehatan, untuk pengelolaan informasi kesehatan.
5
E. Manfaat Perancangan 1. Bagi Rumah Sakit Hasil perancangan ulang ini diharapkan dapat memberi masukan bagi rumah sakit di Instalasi Gawat Darurat dalam pengembangan rekam medis elektroniknya terkait untuk menunjang rekam medis tanpa kertas. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil perancangan ulang ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi bahan kajian dalam pengembangan ilmu pendidikan mengenai rekam medis elektronik dalam menunjang rekam medis tanpa kertas dan antarmuka pengguna yang diterapkan di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Hasil perancangan ulang ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang rekam medis elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan cara merancang tampilan antarmuka pada rekam medis elektronik dalam menunjang rekam medis tanpa kertas dengan baik dan benar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil perancangan ulang ini diharapkan dapat menjadi referensi, masukan, dan bahan evaluasi kepada peneliti selanjutnya agar dapat merancang Rekam Kesehatan Elektronik dalam menunjang rekam medis tanpa kertas yang lebih baik di instalasi yang lainnya.
6
F. Keaslian / Orisinalitas Perancangan ulang tampilan antarmuka rekam medis elektronik di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit belum pernah dibuat, namun demikian ada beberapa perancangan antarmuka serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain : 1.
Romadlona (2013), perancangan dengan judul “Desain Tampilan Antarmuka Sistem
Informasi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta”.
Perbedaan rancangan yang dilakukan oleh Romadlona dengan perancangan ini adalah : a.
Perancangan yang dilakukan Romadlona berfokus pada desain tampilan
antarmuka
dengan
mempertimbangkan
interaksi
kenyamanan pengguna terhadap sistem dan kebutuhan pengguna akan sistem, sedangkan pada penelitian ini, desain tampilan antarmuka dirancang dalam menunjang sistem rekam medis tanpa kertas yang mempertimbangkan interaksi kenyamanan pengguna sesuai dengan kebutuhan penggunanya. b.
Tujuan perancangan desain tampilan antarmuka sistem informasi di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta oleh Romadlona adalah membuat desain tampilan antarmuka sistem informasi RSGM Prof. Soedomo yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna di rumah sakit untuk memaksimalkan sistem agar tercipta pelayanan yang cepat dan tepat.
a.
Persamaan perancangan ini dengan perancangan Romadlona terletak pada manfaat desain tampilan antarmuka pengguna diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi programmer untuk
7
mengetahui kebutuhan pengguna dalam melaksanakan kegiatan pencatatan, pengolahan hingga pelaporan. 2.
Kusumahati (2014), membuat perancangan dengan judul “Analisis dan Desain Ulang Tampilan Antarmuka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Puskesmas Danurejan II Yogyakarta”. Perbedaan perancangan yang dilakukan oleh Kusumahati dengan perancangan ini adalah : a.
Objek dalam perancangan Kusumahati adalah mendesain ulang tampilan antarmuka sistem informasi manajemen puskesmas terkait Laporan Bulanan SP2TP pada LB2, LB4 dan mendesain tampilan antarmuka Laporan PWS KIA dan Laporan Imunisasi. Sedangkan dalam objek perancangan ini, adalah tampilan antarmuka rekam medis elektronik di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit.
b.
Tujuan
perancangan
Kusumahati
adalah
menganalisis
dan
mendesain ulang tampilan antarmuka Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Danurejan
II
Yogyakarta
yang
sesuai
dengan
kebutuhan pengguna di Puskesmas Danurejan II Yogyakarta. c.
Persamaan perancangan ini dengan perancangan Kusumahati adalah mendesain ulang sistem informasi rekam medis pada fasilitas kesehatan.
3.
Ahmad (2014), perancangan dengan judul “Desain Ulang Antarmuka Menu Pendaftaran dan Pelaporan LB 4 pada Sistem Informasi Puskesmas di Puskesmas Pakem Yogyakarta”. Perbedaan rancangan yang dilakukan oleh Ahmad dengan perancangan ini adalah :
8
a. Objek dalam perancangan Ahmad adalah mendesain ulang antarmuka pelaporan LB 4 pada Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sedangkan objek dalam perancangan ini adalah merancang ulang tampilan antarmuka rekam medis elektronik di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit. b.
Tujuan perancangan yang dilakukan Ahmad dalam mendesain ulang
antarmuka
pada
SIMPUS
adalah
untuk
mendukung
terciptanya suatu informasi yang tepat dan akurat, serta mampu memenuhi kebutuhan pengaksesnya secara cepat dan efisien. c.
Persamaan perancangan Ahmad dengan perancangan ini yaitu mendesain ulang tampilan antarmuka sistem informasi manajemen rekam medis pada fasilitas kesehatan.
G. Gambaran Umum Rumah Sakit 1.
Sejarah Rumah Sakit Titik awal berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih di Jalan Cik Di Tiro 30 Yogyakarta, adalah dibentuknya yayasan "Onder de Bogen" atau dalam bahasa Belanda Onder de Bogen Stichting oleh pengurus Gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927. Pembangunan rumah sakit akhirnya dapat diselesaikan pada pertengahan Agustus 1929 dan pada tanggal 24 Agustus 1929 Mgr. A.P.F van Velse, SJ berkenan memberkati bangunan tersebut. Tanggal 14 September 1929 secara resmi rumah sakit dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen".
9
Hari berganti hari, jumlah penderita yang datang semakin meningkat. Fasilitas pun harus ditambah dan dikembangkan untuk mengimbangi kebutuhan pelayanan. Pada tahun 1942 datang bangsa Jepang untuk menjajah Indonesia. Rumah sakit Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah sakit pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang juga menghendaki agar segala sesuatu termasuk bahasa, yang berbau Belanda tidak digunakan di seluruh muka bumi Indonesia. Tidak luput pula nama rumah sakit ini harus diganti nama pribumi. Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, Bapa Uskup pada Keuskupan Semarang berkenan memberikan nama baru "Rumah Sakit Panti Rapih", yang berarti Rumah Penyembuhan. Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh dunia Internasional, maka Rumah Sakit Panti Rapih juga semakin dikenal dan mendapat kepercayaan dari masyarakat. Semakin banyak pula penderita yang datang dan dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih. Untuk mengimbangi hal ini, para pengurus Yayasan dan para Suster merencanakan untuk memperluas
bangunan
dan
menambah
fasilitas
yang
ternyata
membutuhkan dana dan pembiayaan yang tidak sedikit. Atas jasa dan jerih payah Marcus Mangoentijoso, yang menjabat sebagai Pengurus Yayasan pada waktu itu, diperoleh bantuan yang cukup besar dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Yayasan Dana Bantuan, yang dapat dimanfaatkan untuk membangun bangsal Albertus, bangsal Yacinta dan Poliklinik Umum.
10
2.
Visi, Misi, Nilai, dan Motto a. Visi Rumah Sakit Panti Rapih sebagai rumah sakit rujukan yang memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur kepada Tuhan. b. Misi 1)
RS Panti Rapih menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyeluruh secara ramah, adil, profesional, ikhlas, dan hormat dalam naungan iman Katolik yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak kepada yang berkekurangan.
2)
RS Panti Rapih memandang karyawan sebagai mitra karya dengan meberdayakan mereka untuk mendukung kualitas kerja demi
kepuasan
pasien
dan
keluarganya,
dan
dengan
mewajibkan diri menyelenggarakan kesejahteraan karyawan secara terbuka, proporsional, adil, dan merata sesuai dengan perkembangan dan kemampuan. c. Nilai Ramah (Ringan menyapa, tulus tersenyum, dan peka pada harapan/kebutuhan yang dilayani.) Adil (Memberikan layanan kesehatan dan sikap melayani yang sama tanpa memandang strata sosial, pangkat/jabatan, kaya-miskin, asalusul, dan perbedaan lain.)
11
Profesional (Memberikan layanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara optimal setara dengan tersedianya sumber-sumber yang ada.) Ikhlas (Kepada siapapun, memperoleh seberapapun, tidak menjadi halangan untuk terus melayani dan membela kehidupan pasien sampai Tuhan sendiri mengambil keputusan.) Hormat
(Sikap
menghargai
keunikan
sebagai
sumber
yang
mendasari pengabdian kepada setiap orang dan semua makhluk ciptaan Tuhan.) d. Motto “SAHABAT UNTUK HIDUP SEHAT”
3.
Fasilitas Layanan a. Rawat Jalan Rawat jalan Rumah Sakit Panti Rapih didukung oleh beberapa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter sub spesialis. Fasilitas layanan klinik di Instalasi Rawat Jalan adalah : 1) Layanan Klinik a) Akupuntur b) Anak c) Bedah Anak d) Bedah Digesti e) Bedah Plastik f)
Bedah Saraf
g) Bedah Thorax
12
h) Bedah Tulang i)
Bedah Umum
j)
Bedah Urologi
k) Gigi dan Mulut l)
Gizi
m) Kulit n) Kebidanan dan Kandungan o) Mata p) Paru dan Asma q) Penyakit Dalam r) Saluran Cerna s) Penyakit Darah t)
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
u) Psikiatri v) Psikologi w) Radioterapi x) Rehabilitasi Medik y) Saraf z) THT aa) Umum Rawat jalan Rumah Sakit Panti Rapih juga mempunyai fasilitas layanan pemeriksaan penunjang dan kegiatan lainnya, yaitu: 2) Pemeriksaan Penunjang : a)
Audiometri
b)
EEG
13
c)
Spirometri (LFT)
d)
Treadmill
e)
USG
f)
EKG
g)
Densitometri
3) Ganti Verband 4) Medical Check Up 5) Pojok TB DOTS 6) Unit Pelayanan Perempuan 7) Pelayanan VCT (HIV-AIDS) 8) BERA 9) Konsultasi KBA 10) Senam Hamil b. Layanan luar rumah sakit di instalasi rawat jalan 1) Layanan Home Care c. Fasilitas Pendukung Rawat Jalan 1) Gedung Rawat Jalan tersentralisasi 3 lantai 2) Rekam Medis Terkomputerisasi 3) Instalasi Farmasi Rawat Jalan di 3 lantai 4) Instalasi Radiologi 5) Instalasi Laboratorium 6) Ruang Tunggu yang nyaman dan bersih (Rumah Sakit Panti Rapih, 2015)