BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015 akan segera dihadapi oleh semua negara ASEAN termasuk Indonesia. AEC 2015 merupakan kelanjutan dari kesepakatan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang disepakati tanggal 28 Januari 1992 di Singapura. Pada tahun 2015, kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana masuknya barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan AEC 2015 diantara negara-negara ASEAN. Kesiapan daya saing investasi Indonesia perlu mendapatkan perhatian karena Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia dibanding total FDI ke ASEAN relatif rendah dibandingkan dengan yang mengalir ke Singapura, Thailand dan bahkan Vietnam. Peringkat Doing Business negara ASEAN 2012 menunjukkan Indonesia masih berada dibawah rata-rata negara ASEAN seperti : Singapura, Thailand, Malaysia, Brunei dan Vietnam (Menko Perekonomian RI, 2013). Peringkat daya saing Indonesia semakin membaik setiap tahunnya. Indonesia berada di peringkat 38 dunia dari 144 negara pada Global Competitiveness Index (GCI) 2013-2014 dan peringkat ini lebih baik dibandingkan dengan GCI 2012-2013 berada di peringkat 50 dunia. Dengan
membaiknya peringkat daya saing Indonesia maka Indonesia makin menjadi daya tarik investasi. Investasi berperan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat di Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Bali. Adanya peningkatan ekonomi akibat investasi maka kebutuhan tenaga kerja akan meningkat dalam rangka menghasilkan output yang meningkat. Dengan meningkatnya output akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan nasional sehingga pada akhirnya taraf kemakmuran masyarakat juga meningkat. Pemerintah Indonesia mengundang investor asing berinvestasi di Indonesia terutama berinvestasi di wilayah Jawa dan Bali karena secara garis besar wilayah Jawa-Bali memiliki keunggulan dari sisi kondisi tenaga kerja, keamanan usaha, kinerja ekonomi daerah, dan infrastruktur (Bappenas, 2012). Kondisi wilayah Jawa-Bali secara keseluruhan memiliki potensi yang sangat besar sebagai tempat yang menarik bagi investor asing dengan berbagai sumber daya dan segala penunjang investasi banyak tersedia termasuk keterbukaan masyarakat dalam menerima investasi asing di wilayah Jawa-Bali. Beberapa tujuan pemerintah untuk pengembangan wilayah Jawa-Bali di antaranya : mempertahankan kinerja pembangunan ekonomi wilayah Jawa-Bali sebagai lokomotif pembangunan ekonomi nasional dan meningkatnya standar hidup masyarakat Jawa-Bali (Bappenas RI, 2012). Kontribusi ekonomi wilayah Jawa-Bali terhadap perekonomian nasional pada tahun 2012 sebesar 58,9 persen (Bappenas, 2014). Sektor utama yang
menyumbang perekonomian wilayah Jawa-Bali adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan pertanian (Bappenas, 2014). Pemerintah Indonesia terus mengupayakan terciptanya iklim investasi yang kondusif dan memperluas jaringan perdagangan internasional untuk wilayah Jawa-Bali. Adapun komposisi masuknya penanaman modal asing dibandingkan dengan penanaman modal dalam negeri ke Pulau Jawa dan Pulau Bali dalam kurun waktu tahun 2008 s/d 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Realisasi PMDN dan PMA di Pulau Jawa dan Pulau Bali, serta Indonesia Tahun 2008 s/d 2012 Tahun
Jawa - Bali PMDN PMA
Indonesia PMDN PMA
2008 Realisasi (Rp. Miliar) 12.259,7 124.326,9 Komposisi Realisasi (persen) 9,8 91,2
60,2
91,8
2009 Realisasi (Rp. Miliar) 25.817,3 Komposisi Realisasi (persen) 29,6
68,3
91,8
87.400 70,4
2010 Realisasi (Rp. Miliar) 37.259,6 107.171,6 Komposisi Realisasi (persen) 34,8 65,2
91,8
2011 Realisasi (Rp. Miliar) 37.532,9 116.540 Komposisi Realisasi (persen) 32,2 67,8
91,8
91,8
2012 Realisasi (Rp. Miliar) 55.800,9 128.691,3 Komposisi Realisasi (persen) 43,4 56,4
91,8
91,8
Sumber : Kemenko Bid.Perekonomian RI, 2013 Keterangan: *) Kurs 1 USD = Rp. 9.100 PMA = Penanaman Modal Asing PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri
72,6
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penanaman modal asing yang masuk ke Pulau Jawa dan Bali dari tahun 2008-2012 lebih dominan dibandingkan penanaman modal dalam negeri. Penanaman modal dalam negeri mendapatkan komposisi realisasi kurang dari 50 persen dibandingkan dengan penanaman modal asing. Provinsi di wilayah Pulau Jawa-Bali lebih mendominasi penanaman modal asing dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Dengan banyaknya penanaman modal asing yang masuk di wilayah Pulau Jawa-Bali maka terjadi ketimpangan pembangunan dengan wilayah lainnya di Indonesia seingga wilayah Pulau Jawa-Bali lebih berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya. Investor asing lebih tertarik berinvestasi di wilayah Pulau Jawa dan Bali karena infrastruktur, human capital, keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi jauh lebih baik dibandingkan wilayah daerah lain di Indonesia. Investor lebih senang terhadap infrastruktur jalan, listrik dan air minum di wilayah Jawa dan Bali memiliki kualitas yang lebih baik. Kemajuan pendidikan di wilayah Jawa-Bali membuat kualitas sumber daya manusia lebih baik sehingga investor lebih senang dalam berinvestasi di wilayah ini. Gangguan keamanan lebih kecil terjadi di wilayah Jawa-Bali dan juga masyarakat lebih terbuka untuk menerima kehadiran investor asing sehingga investor merasa nyaman dalam melakukan investasi. Ketimpangan pembangunan antara wilayah Jawa-Bali dengan wilayah lainnya di Indonesia dapat mendorong migrasi penduduk yang dapat berdampak buruk pada aktivitas sosial masyarakat di wilayah Pulau Jawa-Bali. Indonesia berusaha untuk mendorong laju penanaman modal asing dengan mengurangi faktor penghambat investasi asing. Faktor penghambat investasi di
suatu negara dapat diakibatkan oleh kecilnya pasar domestik, kurangnya fasilitas dasar seperti : transport, tenaga dan keperluan umum lainnya, sistem perbankan dan kredit, dan buruh terampil; pembatasan pada pembayaran laba dan repatriasi modal; ancaman pengambilalihan, nasionalisasi, atau pemilikan oleh negara, dan reservasi jenis industri tertentu bagi perusahaan domestik; pengaturan perusahaan asing secara ketat untuk tujuan nasional, pengendalian devisa yang ketat, kekhawatiran diskriminasi pada pengadilan lokal, ketidakstabilan politik dan ekonomi (Jhingan, 2010). Faktor-faktor penghambat melakukan bisnis untuk negara Indonesia adalah birokrasi pemerintahan yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai, ketidakstabilan kebijakan, korupsi, masih rendahnya akses terhadap pembiayaan, peraturan ketenagakerjaan yang dinilai restriktif, regulasi pajak yang masih buruk, inflasi, regulasi valuta asing, terbatasnya tenaga kerja terdidik, rendahnya etika kerja dalam angkatan kerja nasional (Kuncoro, 2010). Pada Gambar 1.1 hasil survey yang dilakukan oleh World Economic Forum Tahun 2013, menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi investor asing dalam menanamkan modalnya di Indonesia adalah pertama, 19,3 persen korupsi; kedua, 15 persen birokrasi pemerintah tidak efisien; ketiga, 9,1 persen infrastruktur; keempat, 6,9 persen akses kepada keuangan, kelima 6,3 persen kebijakan tenaga kerja; keenam, 5,7 persen kebijakan yang tidak stabil, ketujuh, 5,7 persen tenaga kerja rendah etika kerja, dan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Masalah-masalah utama dalam melakukan Bisnis di Indonesia
The most problematic factors for doing business
Sumber : World Economic Forum, 2013.
Berdasarkan berbagai masalah yang diungkapkan oleh World Economic Forum tahun 2013, namun penanaman modal asing tetap masuk ke Indonesia khususnya ke wilayah Jawa-Bali. Data Statistik Perekonomian dari tahun 2008 s/d 2012 pada Kementerian Koordinator Perekonomian menunjukkan bahwa Provinsi Banten memiliki realisasi penanaman modal asing yang lebih besar dibandingkan dengan Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Bali walaupun Provinsi Banten memiliki indeks pembangunan manusia lebih rendah dari Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Bali. Berdasarkan Grafik 1.1, Grafik 1.2 dan data pendukung lainnya maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh stabilitas ekonomi, human capital dan upah terhadap penanaman modal asing; serta pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali.
Data statistik perekonomian Indonesia dari tahun 2008 s/d 2012 pada Kementerian
Koordinator
Perekonomian
menunjukkan
bahwa
Provinsi
Yogyakarta memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali; sedangkan Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008 s/d 2012 memiliki upah minimum regional lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali; sementara Provinsi Yogyakarta memiliki indeks pembangunan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Berdasarkan situasi tersebut, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh stabilitas ekonomi, human capital dan upah tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali. Meningkatnya jumlah investasi di wilayah Jawa-Bali sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.1 diikuti oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang baik dan cenderung stabil. Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa-Bali tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Grafik 1.1. Grafik 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa-Bali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cenderung stabil pada kurun waktu tahun 2008-2012. Jika dibandingkan dengan realisasi penanaman modal asing pada Tabel 1.1 yang semakin bertambah ke wilayah Jawa dan Bali, maka seharusnya pertumbuhan ekonomi di wilayah ini juga meningkat karena bertambahnya realisasi penanaman modal asing dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi terlihat berfluktuasi
disaat realisasi penanaman modal asing semakin meningkat. Ada beberapa Provinsi yang pertumbuhan ekonomi berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dan ada beberapa Provinsi berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.
Persentase (%)
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jawa-Bali Tahun 2008-2012 8 7 6 5 4 3 2 1 0
DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Bali Nasional
2008 6.23 5.77 6.21 5.61 5.03 5.94 5.97 6.01
2009 5.02 4.71 4.19 5.14 4.43 5.01 5.33 4.58
2010 6.5 6.08 6.2 5.84 4.88 6.68 5.83 6.2
2011 6.71 6.43 6.48 6.01 5.16 7.22 6.49 6.46
2012 6.5 6.15 6.21 6.3 5.32 7.27 6.65 6.23
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2013
Stabilitas ekonomi yang baik di wilayah Jawa – Bali dalam kurun waktu 2008-2012, ditunjukkan oleh inflasi yang stabil di wilayah Jawa – Bali. Kondisi inflasi yang cenderung stabil merupakan hal yang sangat diminati oleh investor karena ada peluang meraih keuntungan akibat daya beli masyarakat yang tinggi. Adapun inflasi yang terjadi di wilayah Jawa-Bali dapat dilihat pada Grafik 1.2 berikut ini. Grafik 1.2 Inflasi Wilayah Jawa-Bali Tahun 2008-2012
Persen (%)
14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Jakarta Banten Jabar Jateng Yogya Jatim Bali
2008 11.1 11.5 10.2 9.6 9.9 9.5 9.3
2009 2.3 2.9 2.1 3.3 2.9 3.4 4.4
2010 6.2 6.1 4.5 6.9 7.4 7.1 8.1
2011 4.0 3.5 2.8 2.7 3.9 4.3 3.8
2012 4.5 4.4 4.0 4.2 4.3 4.5 4.7
Sumber : Bank Indonesia, 2008-2013
Grafik 1.2 menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengendalikan inflasi yang cukup tinggi di tahun 2008 menjadi lebih stabil di tahun 2009 hingga 2012. Stabilitas inflasi daerah memiliki arti penting bagi stabilitas ekonomi di wilayah Jawa – Bali. Stabilitas ekonomi daerah dapat menciptakan iklim investasi yang menarik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi. Adanya stabilitas ekonomi daerah memberikan harapan bagi investor untuk dapat meraih peluang mendapatkan laba yang optimal bagi bisnis yang dijalankan.Laba optimal yang di dapatkan oleh investor memungkinkan investor memperbesar bisnis sehingga membuka peluang lapangan pekerjaan sehingga banyak orang lokal maupun pendatang berpeluang terserap pada lapangan pekerjaan baru. Terbukanya lapangan pekerjaan baru mengakibatkan perpindahan penduduk antar provinsi dari luar wilayah Jawa dan Bali ke dalam wilayah Jawa dan Bali akan sangat tinggi. Pada tahun 2005-2010, migrasi penduduk dari luar
wilayah Jawa-Bali yang masuk ke wilayah Jawa-Bali di atas 5 orang per 1000 penduduk untuk laki-laki dan wanita pada penduduk usia kerja di atas 15 tahun (BPS, 2013). Tingkat urbanisasi di wilayah Jawa-Bali yang diproyeksikan tahun 2010-2015 dengan nilai rata-rata Urban Rural Growth Difference (UGRD) sebesar 20,8 persen berkategori sedang. Nilai UGRD tertinggi ada pada Provinsi Banten sebesar 35,12 persen dan disusul oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 34,61 persen, sedangkan UGRD terendah pada Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,44 persen. Tingkat UGRD yang besar memberikan tanda bahwa penduduk pendatang diluar wilayah Jawa-Bali melakukan perpindahan tempat tinggal untuk bekerja di wilayah Jawa-Bali demi merubah hidup menjadi lebih baik. Peningkatan jumlah investasi asing di Pulau Jawa dan Bali seharusnya dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak sehingga mengurangi banyak pengangguran. Tingkat pengangguran di Pulau Jawa dan Bali dapat dilihat dari tingkat pengangguran terbuka pada Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali pada kurun waktu tahun 20082012 dapat dilihat pada Grafik 1.3. Grafik 1.3 menunjukkan terjadinya perubahan tingkat pengangguran terbuka yang terlihat menurun setiap tahunnya dari 2008 s/d 2012 di wilayah Jawa dan Bali. Ada beberapa Provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari nasional namun tingkat pengangguran terbuka juga lebih tinggi dari nasional. Sementara, ada Provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari nasional namun tingkat pengangguran lebih rendah dari nasional. Penanaman modal asing seharusnya
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan pengangguran di wilayah Jawa-Bali.
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Grafik 1.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Wilayah Jawa dan Bali Tahun 2008-2012 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
Jakarta
2008 12.16
2009 12.15
2010 11.05
2011 10.80
2012 9.87
Banten
8.39
7.87
7.14
6.56
6.14
Jabar
12.08
10.96
10.33
9.83
9.08
Jateng
7.35
7.33
6.21
5.93
5.63
Yogyakarta
5.38
6.00
5.69
3.97
3.97
Jatim
6.42
5.08
4.25
4.16
4.12
Bali
3.31
3.13
3.06
2.32
2.04
Nasional
8.39
7.87
7.14
6.56
6.14
Sumber : BPS, 2013
Abdullah (www.kompas.com, 3 Juli 2012) seorang peneliti menilai masalah ketenagakerjaan menyebutkan upah pekerja di Indonesia dapat menghambat laju investasi asing langsung (FDI/Foreign Direct Investment), upah pekerja menjadi faktor dominan dalam FDI. Ketidakpastian upah buruh merupakan salah satu faktor penghambat dalam mendatangkan investasi asing ke Indonesia, padahal upah Indonesia masih sangat murah dibandingkan negara lain seperti Vietnam dan Thailand (Bisnis, 9 Oktober 2012). Ketidakpastian kenaikkan upah akan mempersulit investor dalam melakukan pengendalian biaya untuk mencapai efisiensi dalam bisnis. Untuk wilayah Jawa-Bali, kenaikkan upah setiap tahun tidak sama sebagaimana terlihat pada lampiran 7. Kenaikkan rutin Upah
Minimum Regional (UMR) merupakan persoalan yang dianggap sangat merugikan investor (Khasanah, 2009). Biaya tenaga kerja yang tinggi akan menghasilkan biaya produksi yang lebih tinggi sehingga dapat membatasi arus masuk penanaman modal asing (Vijayakumar, et.al., 2010). Upah tenaga kerja sebagai biaya tenaga kerja menjadi penentu masuknya penanaman modal asing (Demirhan & Masca, 2008). Investor memilih lokasi dengan tingkat upah rendah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja yang tinggi (Odulukwe, 2011). Para investor melihat peluang dari undang-undang ketenagakerjaan yaitu pemakaian tenaga kerja tidak tetap sebagai solusi untuk menekan biaya tenaga kerja. Para peneliti menemukan upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi asing langsung di antaranya ditemukan oleh Nasrin,et.al. (2010) di Bangladesh, Vijayakumar, et.al. (2010) di 5 negara BRIC, Odulukwe (2011) di 5 negara Asia Tenggara, Quyom & Imran (2012) di 32 negara berkembang. Investor asing akan selalu mencari negara yang menawarkan upah pekerja yang murah untuk menekan biaya produksi berdasarkan The Location Hypothesis sehingga pemerintah wajib memberikan kepastian tentang besarnya upah pekerja di Indonesia. Fondasi perekonomian Indonesia yang kuat dan stabil pada periode 20032008 masih belum mampu menarik investor asing seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia (Hamzirwan, 12 Mei 2010). Penanaman modal asing sangat menimbang inflasi sehingga stabilnya inflasi sangat penting untuk menarik investasi (Sugandi, 7 Mei 2012). Inflasi yang tinggi akan membawa penurunan terhadap modal asing yang masuk karena daya beli masyarakat akibat inflasi sehingga sulit investor
mendapatkan laba yang optimal. Hasil penelitian yang menemukan bahwa stabilitas ekonomi berpengaruh positif dan siginifikan terhadap penanaman modal asing ditemukan oleh Udo & Ubiora (2006) di Afrika Barat, Mustapha, et.al. (2008) di MENA Countries, Melek (2013) di OECD. Dilihat dari indek pembangunan manusia, Indonesia berada di peringkat 121 dunia pada tahun 2012 (UNDP, 2013). Untuk indek pembangunan manusia di tingkat negara ASEAN, Indonesia dibawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura (UNDP, 2013). Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, ada empat hal yang harus diperhatikan adalah pertama, pemerataan dalam memperoleh kesempatan, aksesibilitas, keadilan dan kewajaran; kedua, relevansi yaitu pendidikan yang relevan dengan berbagai kebutuhan; ketiga, kualitas atau mutu yaitu bermutu dari segi proses; keempat, efisiensi : bukan hanya biaya melainkan keefektifan atau kualitas hasil (Huntoyungo, 2013). Pemerintah berusaha meningkatkan human capital masyarakat melalui berbagai program pendidikan yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta program jaminan kesehatan masyarakat dari Kementerian Kesehatan. Pemerintah mendorong masyarakat untuk tuntas wajib belajar 9 tahun, mengarahkan masyarakat untuk masuk pendidikan yang lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan, serta meningkatkan proporsional 20 persen anggaran pendidikan di APBN untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Para peneliti menemukan human capital berdampak positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing di antaranya oleh Agiomirgianakis,et.al. (2006) di 20 negara OECD, Rivero (2007) di 17 negara Amerika Latin, Armstrong (2009) di
China, (Talpos & Enache,2010) di 10 negara Uni Eropa baru, Tiwari (2011) di 4 negara Asian, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain. Pemerintah Indonesia selalu mengadakan pembaharuan upah minimum regional (UMR) secara bersama-sama setiap tahunnya pada semua Provinsi di Indonesia yang terlihat pada lampiran 7. Penentuan UMR dilakukan oleh pemerintah, perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat pekerja. Para pengusaha memberikan upah kepada pekerja dengan berpedoman UMR terbaru dan berani memberikan upah yang tinggi apabila pekerja memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Para peneliti menemukan bahwa human capital berdampak positif dan signifikan terhadap upah di antaranya Enrique & Elisabet (2009) di Spanyol, Munch & Rose (2008) di Denmark, Rusty (2010) di Amerika, Anthony (2003) di Kenya. Penanaman modal asing seharusnya menjadi faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran di Pulau Jawa dan Bali. Beberapa peneliti menemukan bahwa penanaman modal asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di antaranya: Amal,et.al (2010) di Amerika Latin, Bruno (2011) di 70 negara, Agrawal & Khan (2011) di China & India, Debab & Mansoor (2011) di Bahrain, Chien et.al. (2012) di Vietnam. Peneliti lain menemukan penanaman modal asing berdampak negatif dan signifikan terhadap pengangguran di antaranya Balcerzak & Żurek (2011) di Polandia, Palát (2011) di Jepang, Shaari,et.al.(2012) di Malaysia, Habib & Sarwar (2013) di Pakistan. Banyak pakar ekonomi yang menyarankan kepada negara
untuk membuat kebijakan yang membangun investasi dari luar negeri agar mendukung pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2009). Kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh tingkat inflasi yang cenderung stabil, dan pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan kecenderungan stabil pada kurun waktu yang sama. Para Peneliti menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, di antaranya : Kasidi & Mwakanemela (2013) di Tanzania, Barro (2013) di 100 negara, Ayyoub, et.al. (2011) di Pakistan. Pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Bali cukup tinggi, yaitu di atas 5 persen, namun tingkat pengangguran terbuka masih menunjukkan penurunan yang lamban pada kurun waktu tahun 2008-2012. Beberapa peneliti menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berdampak negatif dan signifikan terhadap pengangguran, di antaranya: Maqbool, et.al.(2013) di Pakistan, Ozel,et.al. (2013) di 7 negara industri pada G7. Upah minimum tenaga kerja yang kecenderungan naik, namun diikuti oleh tingkat pengangguran yang kecenderungan menurun dalam kurun waktu yang sama. Peneliti menemukan bahwa upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran, di antaranya: Akpansung (2014) di Nigeria, Fialová & Martina (2009) di Czech.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penentu penanaman modal asing yaitu upah tenaga kerja, stabilitas ekonomi, dan human
capital, sejauh mana variabel penanaman modal asing mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pengangguran; serta sejauh mana variabel human capital mempengaruhi upah. Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah ada perbedaan signifikasi antara penelitian empiris dengan teori penanaman modal asing pada setiap variabelnya. Adanya perbedaan teori The Location Hypothesis dengan hasil penelitian empiris yang menemukan upah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing yang ditemukan di antaranya oleh Janicki & Wunnava (2004) di 14 negara, Wan (2008) di Meksiko, Sapienza (2009) di 10 negara, Dauti (2009) di Macedonia, Mutascu & Fleischer (2010) di Romania, Liu & Qiu (2010) di 114 negara, Severiano (2011) di Portugal, Seetanah & Rojid (2011) di Mauritius. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain. Ada perbedaan teori Country Risk dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa stabilitas ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masuknya penanaman modal asing ditemukan oleh Vijayakumar (2010) di BRICS Countries, stabilitas ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penanaman modal asing ditemukan oleh Debab & Mansoor (2011) di Bahrain. Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain.
Ada perbedaan teori The Differential Rates of Return Hypothesis dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa human capital tidak berpengaruh secara signifikan terhadap masuk penanaman modal asing ditemukan oleh Checchi et al.(2007) di 147 negara. Variabel ini akan diujikan di wilayah JawaBali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain. Adanya perbedaan antara teori pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, teori akselerasi dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa penanaman modal asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ditemukan oleh Tiwari (2011) di 4 negara; penanaman modal tidak berpengaruh signifikan terhadap pembangunan ekonomi di 3 wilayah : Amerika Latin & Carribean, America & Middle East, Asia oleh Nunnenkamp & Spatz (2003). Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain. Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, di antaranya: Chimobi (2010) di Nigeria. Adanya perbedaan antara teori akumulasi modal Jhingan, Doktrin Pertumbuhan Berimbang dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa penanaman modal asing tidak berpengaruh terhadap pengurangan pengangguran di Nigeria oleh Salami & Oyewale (2013), di Srilanka oleh Velnampy, et.al.(2013). Variabel ini akan diujikan di wilayah Jawa-Bali untuk dapat
memastikan bahwa variabel ini sama atau tidak dengan variabel yang diterapkan di negara lain. Adanya perbedaan teori Hukum Okun dengan hasil empiris yang menemukan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
tidak
berpengaruh
terhadap
pengangguran di Jordan oleh Fuad (2011), di Nigeria oleh Oloni (2013). Ada perbedaan antara teori kurva Philip dengan hasil penelitian empiris yang menemukan bahwa upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran, di antaranya: Zavodny (2000) di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang berbeda tersebut, maka ketiga variabel penentu masuknya penanaman modal asing, yakni upah tenaga kerja, stabilitas ekonomi, dan human capital; pengaruh human capital terhadap upah tenaga kerja; dampak penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran, serta dampak pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran diteliti kembali untuk mengetahui determinan penanaman modal asing, dampak human capital terhadap upah tenaga kerja; dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran; serta dampak pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Wilayah Jawa-Bali. Batasan – batasan dalam penelitian ini meliputi : (1). Fokus penelitian ini adalah daya tarik penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan memakai hanya 6 variabel penelitian dimana 4 variabel penelitian terdapat gap research. Penelitian ini untuk menguji kebenaran dari teori The Location Hypothesis, teori Contry Risk, teori The Diffrential Rates of Return Hypothesis; teori lingkaran setan kemiskinan dari Nurkse, teori pertumbuhan Harrod Domar, teori pertumbuhan
Solow, teori pertumbuhan terikat Romer, Doktrin Pertumbuhan Berimbang, teori akselerasi, teori pembangunan ekonomi daerah, teori Akumulasi Modal dari Jhingan, teori Hukum Okun, teori Kurva Philip. (2). Pemilihan subyek penelitian penanaman modal asing karena wilayah Jawa-Bali merupakan daerah yang banyak mendapatkan masuknya penanaman modal asing, (3). Yang dimaksud dengan penanaman modal asing dalam penelitian ini adalah modal yang bukan dimiliki oleh warga negara Indonesia yang digunakan untuk membangun suatu usaha (4). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumbernya langsung yakni investor asing yang ada khusus di wilayah Jawa-Bali. Data sekunder adalah data yang telah diolah yang diambil dari sumber terpercaya seperti : Badan Pusat Statistik. Konsep penelitian ini adalah deduktif normative, yakni konsep penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism (Sugiyono, 2004), bertujuan untuk menguji teori berdasarkan fenomena yang ditemukan dilapangan. Konsep penelitian ini bermula dari permasalahan yang diteliti, selanjutnya dicarikan dasar teori yang relevan dengan permasalahan (teoritical frame work) untuk membuktikan kebenaran ilmiah atas permasalahan yang diteliti. Berdasarkan batasan dan alasan-alasan tersebut selanjutnya dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali?
2) Bagaimanakah pengaruh stabilitas ekonomi, human capital, upah tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali? 3) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali? 4) Bagaimanakah pengaruh upah tenaga kerja, penanaman modal asing, pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Wilayah Jawa-Bali? 5) Bagaimanakah pengaruh human capital terhadap penanaman modal asing melalui upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali? 6) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali? 7) Bagaimanakah pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja, penanaman modal asing terhadap pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital terhadap upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali
2) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh stabilitas ekonomi, human capital, upah tenaga kerja terhadap penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali 3) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali 4) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh upah tenaga kerja, penanaman
modal
asing,
pertumbuhan
ekonomi
terhadap
pengangguran di Wilayah Jawa-Bali 5) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh human capital terhadap penanaman modal asing melalui upah tenaga kerja di Wilayah Jawa-Bali 6) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali 7) Mengkaji yang lebih dalam mengenai pengaruh kestabilan ekonomi yang dicerminkan oleh inflasi, human capital, upah tenaga kerja, penanaman modal asing terhadap pengangguran melalui pertumbuhan ekonomi di Wilayah Jawa-Bali
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1) Manfaat akademik, yakni temuan penelitian ini bermanfaat bagi sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, khususnya temuan-temuan baru yang belum ditentukan dalam penelitian sebelumnya 2) Manfaat praktis, hasil-hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk memberikan rekomendasi pengambilan kebijakan pembangunan bagi instansi terkait, khususnya dalam peningkatan penanaman modal asing di Wilayah Jawa-Bali