BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di
era
moderen
ini,
pendidikan
seyogyanya
merupakan
kawah
pembelajaran bagi anak didik, yang diandaikan mampu menjawab tantangan perubahan zaman baik dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Karena pendid ikan merupakan masalah yang penting dalam kehidupan. Bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan itu sama sekali tidak dipisahkan dari kehidupan, baik kehidupan keluarga, bangsa, dan negara. Untuk itu sekolah sebagai lembaga formal pembelajaran dituntut agar lebih inovatif dan sensitif terhadap persoalan-persoalan kekinian. Penambahan fasilitas belajar saja tidaklah cukup, lebih dari itu semua adalah bagaimana membuat anak didik kita mencintai belajar sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Maka pembenahan kurikulum dan manajemen pendidikan merupakan sebuah keniscayaan, begitu juga dengan kegiatan-kegiatan di luar jam belajar yang dilakukan sekolah untuk menunjang visi pembelajaran menjadi penting. Dalam Dictionary Of Education, pendidikan merupakan; a) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, b) proses sosial dimana orang dikontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimal. 1
1
Udin Syaifuddin Sa’ad dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), 6.
1
Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik, secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidikan dari anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. 2 Pendidikan sebagai faktor mendasar terhadap tercapainya kualitas pembangunan disegala bidang sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius dari semua lapisan masyarakat, terutama dari para guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang merupakan suatu lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan pelajaran agama Islam melainkan suatu lembaga secara keseluruhan bernafaskan Islam. Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka. Lebih lanjut lagi, pendidikan akhlak dan jiwa dapat disebut juga pendidikan moral. Dalam hal ini agama mempunyai peranan penting karena nilai-nilai moral yang datang dari agama sifatnya tetap, tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat.
2
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 34.
Dalam
Undang-undang
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional
(UUSISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1, ditegaskan; bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat, antara lain pend idikan agama. Ini berarti setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan disetiap sekolah wajib memberikan pendidikan agama kepada anak didik sesuai dengan agama yang dianutnya. Adapun tujuan pendidikan Islam bukan saja berorientasi pada keakhiratan dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan berakhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangakan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan ilmu dan teknologi, perkembangan budaya, perkembangan masyarakat serta cita -cita Islam itu sendiri, sehinga manusia (peserta didik) tersebut mampu menunaikan tugas hidupnya sebagai khalifah yang sekaligus sebagai insan yang mengabdi kepada Allah SWT. Dalam mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil 'alamin.3 Spektrum di atas, selaras dengan tujuan pendidikan yang diamanatkan dalam UUD 1945, pasal 31 ayat 3, yakni "...meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...," demikian juga tujuan pendidikan yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yakni: "untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
3
H. Usman Abu Bakar dan Su rohimin, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2005), 57 -58.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan Islam tersebut, maka penggunaan strategi dan pendekatan dalam operasional pengajaran dan pendidikan mutlak diperlukan sebagai alternatif pemecahan dalam menjawab fenomena yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa. Adapun salah satu pendekatan yang besar kemungkinannya akan mendukung pengembangan wawasan pengetahuan siswa tentang pengetahuan agama Islam diantaranya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang
telah
dimilikinya
dari
berbagai
bidang
studi. 4
Ekstrakurikuler
di sekolah merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakulikuler. Kegiatan ekstrakurikuler sangat besar manfaatnya bagi siswa dan guru dimana hal tersebut sebagai wujud manifestasi sarana penting dalam penunjang dan menopang tercapainya misi pembangunan yang dilakukan di luar jadwal akademis sekolah. Dan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang menunjang dan menopang pembelajaran pendidikan agama Islam adalah Madrasah Diniyah. Karena Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran agama Islam. 5
4
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setyowati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 22. 5 Departemen Agama RI, Pondok Pe santren Dan Madrasah Diniyah, 23.
Melalui Madrasah Diniyah ini, diharapkan para siswa mempunyai keyakinan bahwa tujuan mendalami ilmu adalah untuk beribadah dan mampu menjadi petunjuk dan cahaya bagi para siswa untuk menghindari kesesatan serta sebagai landasan bagi para siswa untuk berprestasi.6 Dan dengan adanya Madrasah Diniyah ini juga diharapkan para siswa memperoleh ilmu yang dapat mengangkat derajatnya yang tinggi di sisi Allah Ta'ala. Allah berfirman di dalam Al-Qur'an, surat Al-Mujadalah: 11,
(#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª!$# Æìsùö•tƒ (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öNä3ZÏB ª!$#ur 4 ;M»y_u‘yŠ zOù=Ïèø9$# ÇÊÊÈ ×Ž•Î7yz tbqè=yJ÷ès? $yJÎ/ Artinya: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11) Secara umum kegiatan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah itu, memberikan pelajaran agama Islam yang tidak diajarkan di sekolah formal. Dimana kegiatan tersebut sangat membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh MTs. Nurul Huda Leran dalam pengayaan materi pendidikan agama Islam dan memperluas serta mempertebal pemahaman siswa tentang agama Islam, salah satunya dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah. Dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh siswa. Yang dilaksanakan empat kali dalam seminggu pada waktu sore hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar para siswa mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan agama Islam yang berorientasi pada usaha meningkatkan moral atau akhlak para siswa dan juga menambah nilai pelajaran agama. 6
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: CV. Misaka, 2003), 17.
Berkaitan dengan hal di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana pengembangan dan pelaksanaan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah. Sehingga kegiatan tersebut masih berjalan lancar. Untuk itu penulis menyusun skripsi yang berjudul; “Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik ”. B. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik ? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik? 3. Bagaimana pengembangan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Ma nyar Gresik? C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk
mengetahui
dan
mendeskripsikan
bagaimana
pelaksanaan
ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik. b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor- faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik.
c. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pengembangan ekstrakurik uler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik. 2. Signifikansi Penelitian Perumusan masalah di atas, maka signifkansinya sebagai berikut: a. Bagi penulis Dengan penelitian ini akan
menambah pengetahuan dan
pengalaman khususnya yang berkenaan dengan masalah penelitian serta untuk memenuhi beban studi kredit. b. Dengan lembaga obyek penelitian Dapat dijadikan tolak ukur bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam mengembangkan sistem pendidikannya khususnya dalam pengajaran agama Islam. c. Bagi pembaca Memberikan
wacana
khalayak
ramai
tentang
pentingnya
ekstrakurikuler Madrasah Diniyah sebagai kegiatan pendidikan agama Islam yang berkonsentrasi pada pengajaran agama Islam dalam mengembangkan aspek afektif dan berusaha menanamkan Islam sebagai landasan hidup ke dalam diri siswa dan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian dimasa yang akan datang.
D. Definisi Operasional Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang judul skripsi ini yakni:
“Pengembangan Ekstrakurikuler Madrasah Diniyah di MTs. Nurul Huda Leran Manyar Gresik ” Maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian atau arti dari istilah yang terdapat pada judul di atas; 1 Pengembangan
: Terkait dengan ini pengembangan diidentik dengan terinovasi, yang mencakup dua proses yaitu penggalakan kembali nilai- nilai hidup positif yang telah ada, disamping mencakup pula pergantian nilai- nilai lama dengan nilai- nilai baru yang dianggap telah lebih baik . 7
2 Ekstrakurikuler
: Kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran tatap
muka,
dilaksanakan
di
sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. 8 3 Madrasah Diniyah
: Lembaga pendidikan dan penga jaran agama Islam,
yang
berfungsi
terutama
untuk
memenuhi hasrat orang tua agar anakanaknya
lebih
banyak
mendapatkan
pendidikan agama Islam. 9
7 Ismail, Pengembangan Pesantren Tradisional Dalam Dinamika Pesantren Dan Madrasah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 49. 8 B. Suryosubroto, ProsesBelajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 271. 9 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu,……………, 104.
4 MTs. Nurul Huda
: Sebuah
lembaga
pendidikan
Madrasah
Tsanawiyah yang berada dalam naungan Departemen Keagamaan yang berada di Desa Leran Kecamatan Mayar Kabupaten Gresik.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Skripsi ini ditulis dengan mempergunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan pada dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 10 Sedangkan penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian pada status kelompok manusia, suatu obyek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu set kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambar-gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, secara lebih terperinci dengan maksud dapat menerangkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan peneliti. Dengan 10
2006), 4.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti.11 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data-data diperoleh. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Adapun sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut; a. Data primer Data primer merupakan suber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama. 12 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui kata dan tindakan yang diperoleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait yang meliputi kepala sekolah, kepala koordinator Madrasah Diniyah, guru pengajar Madrasah Diniyah, bagian administrasi dan lain- lain. b. Data sekunder Data sekunder yaitu data yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung pembahasan-pembahasan yang ada dalam penelitian ini. Dalam hal ini, data sekunder meliputi buku-buku kepustakaan, arsip serta dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode observasi atau pengamatan
11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), 201. 12
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 58.
Observasi
atau
pengamatan
digunakan
dalam
rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala -gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. 13 b. Interview atau wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakapcakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti. 14 Dalam hal ini penulis
mengadakan wawancara dengan kepala
sekolah, kepala koordinator Madrasah Diniyah, guru pengajar Madrasah Diniyah, beberapa siswa, dan lain- lain. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, makalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.15 Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari lembaga sekolah tersebut yang berkaitan dengan penelitian ini.
13
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 63. Mardalis, ,… … … … …, 64. 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2002), 135. 14
4. Teknik Analisis Data Analisis data, menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pula uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. 16 Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dengan deduksi teori, tetapi dimulai dari jalan empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.17 Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama , proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat memuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertanyakan hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai- nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. 18 Dalam melaksanakan penelitian tersebut, ada langkah- langkah yang harus ditempuh, yaitu: a. Reduksi 16
Lexy J. Moleong, Metodologi,... ... ... ... ..., 280. Margono, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 38. 18 Lexy J. Moleong, Metodologi,……………, 10. 17
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang telah lebih tajam tentang hasil pengamatan dengan begitu, dalam reduksi ini ada proses living in dan living out, maksudnya data yang terpilih adalah living in dan data yang terbuang (tidak dipakai) adalah living out. Dalam penelitian ini reduksi data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1) Membuat ringkasan kontak Selama proses pengumpulan data, semua data yang berhasil dikumpulkan dibaca dan difahami. Selanjutnya data-data
itu
dituangkan dalam bentuk ringkasan. Ringkasan kontak berisi uraian singkat hasil penelaahan dan penajaman melalui ringkasan-ringkasan singkat terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan. 2) Pengkodean kategori Data-data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya dibaca dan
ditelaah
kembali.
Penelaahan
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasikan semua topik yang disajikan berdasarkan fokus penelitian. Topik yang telah ditelaah kemudian dikodekan sesuai dengan satuan topik. 3) Membuat catatan refleksi Setelah pengkodean dilakukan, semua catatan yang diperoleh kemudian dib aca kembali, digolongkan, dan diedit untuk menentukan satuan-satuan data.
4) Pemilahan data Pemilahan data merupakan pemberian kode yang sesuai terhadap satuan-satuan data yang diperoleh dari lapangan. Pemilahan data dilakukan untuk mengindari bias yang timbul sebagai akibat kompleksitas data yang keluar dari fokus penelitian. b. Display data Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat. c. Verifikasi dan simpulan Sejak pengumpulan data peneliti harus membuat simpulansimpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah simpulan yang mantap. Mengambil simpulan merupakan proses penarikan intisari dari data -data yang terkumpul dalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki data yang jelas. Simpulan
adalah
intisari
dari
temuan
penelitian
yang
menggambarkan pendapat- pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif. simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian, dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan. 19 5. Pemeriksaan Keabsahan Data 19
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya: Unesa University Press, 2007), 31-34.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reabilitas). Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, ada kriteria atau standar yang harus dipenuhi guna menjamin keabsahan data hasil penelitian kualitatif. Untuk
menetapkan
keabsahan
(trustworthiness)
data
tersebut
diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan did asarkan atas sejumlah kriteria terte ntu. Ada empat kriteria atau standar yang digunakan, yaitu: a. Kredibilitas Dengan kriteria ini data dan informasi yang dikumpulkan harus mengandung nilai kebenaran, yang berarti bahwa hasil penelitian kualitatif harus dapat dipercaya oleh para pembaca yang kritis dan dapat diterima oleh orang-orang informan yang memberikan informasi yang dikumpulkan selama informasi berlangsung. Dan teknik pemeriksaan dalam kredibilitas ini, antara lain: 1) Perpanjangan keikutserta an Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian ini bermaksud memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktorfaktor konstektual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.
2) Ketekunan pengamatan Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci. 3) Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Melakukan triangulasi, baik triangulasi metode (menggunakan lintas metode pengumpulan data), triangulasi sumber data (memilih berbagai sumber data yang sesuai), dan triangulasi pengumpulan data (beerapa peneliti yang mengumpulkan datas ecara terpisah). Dengan teknik triangulasi ini , peneliti dapat me -recheck temuaya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori dan juga memungkinkan diperoleh variasi informasi seluas- luasnya atau selengkap- lengkapnya. 4) Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekanrekan sejawat. Teknik ini mengadung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu: pertama, untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, untuk memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti. Dengan pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang diteliti, sehingga
bersama
mereka
paneliti
dapat
me -review
persepsi,
pandangan dan analisis yang sedang dilakuka n. 5) Analisis Kasus Negatif Teknik
analisis
kasus
negatif
dilakukan
dengan
jalan
mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. 6) Pengecekan Anggota Pengecekan dengan anggota yang telibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. 20
20
Lexy J. Moleong, Metodologi,... ... ... ... ..., 327-335.
b. Transferabilitas Artinya bahwa penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat diaplikasikan atau ditransfer pada konteks lain. Dalam penelitian ini menggunakan uraian rinci. Dengan uraian rinci ini, terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan yang telah diperoleh peneliti. Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami temuan- temuan yang diperoleh. Jadi untuk memenuhi kriteria ini cara yang paling tepat dilakukan oleh peneliti adalah mendeskripsikan secara rinci dan komprehensif tentang latar/konteks yang menjadi fokus penelitian. c. Dependabilitas Dependabilitas adalah kriteria untuk penelitian kualitatif apakah proses penelitian bermutu atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa penelitian dapat dipertanggungjawabkan proses penelitian yang benar ialah dengan audit dependabilitas guna mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti. Jadi, standar ini untuk mengecek apakah hasil penelitian kualitatif bermutu atau tidak, antara lain dilihat apakah pene litian sudah hati-hati atau
belum
bahkan
apakah
membuat
kesalahan
dalam:
(a)
mengkonseptualisasikan apa yang diteliti, (b) mengumpulkan data, (c)
menginterpretasikan data yang telah dikulmpulkan dalam suatu laporan penelitian. Suatu teknik utama untuk menilai standar dependabilitas ini adalah dengan melakukan audit dependabilitas oleh seorang atau beberapa orang auditor independen dengan jalan melakukan review semua jejak kegiatan proses penelitian. d. Konfirmabilitas Konfirmabilitas adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan penulususran atau pelacakan catatan/rekaman data lapangan dan koherensinya dalam interpretasi dan simpulan hasil penelitian yang dilakukan auditor. Untuk memenuhi penelusuran atau pelacakan, tersebut perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti hasil rekaman, hasil analisis data, dan catatan tentang proses penelitian. Untuk penilaian kualitas hasil penelitian ini dilakukan oleh auditor independen. Untuk melakukan audit konfirmabilitas ini dapat dilakukan secara simultan dengan pelaksanaan audit dependabilitas. Sehingga jika hasil audit tersebut menunjukkan adanya konfirmabilitas, maka hasil penelitian kualitatifnya bisa diterima dan diakui.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika dala m pembahasan skripsi ini adalah sangat diperlukan, hal ini untuk memudahkan pembaca dalam memahami apa yang dibahas dalam skripsi ini. Maka penulis membuat suatu sistem pembahasan sebagai berikut;
BAB I
: Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II
: Landasan teori yang menguraikan tentang empat pokok bahasan; pertama tinjauan tentang ekstrakurikuler Madrasah Diniyah, kedua;
tinjauan
tentang
komponen-komponen
pengajaran
ekstrakurikuler Madrasah Diniyah, ketiga; tinjauan tentang faktor- faktor
pendukung
dan
penghambat
ekstrakurikuler
Madrasah Diniyah, dan empat; tinjauan tentang pengembangan ekstrakurikuler Madrasah Diniyah. BAB III
: Laporan hasil penelitian yang berisikan tentang latar belakang obyek penelitian dan penyajian serta analisis data. Data yang dijelaskan dalam bab ini merupakan data yang diperoleh dari hasil studi lapangan.
BAB IV
: Penutup, berisi kesimpulan dan saran.