perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), merupakan era keterbukaan bagi negara-negara di dunia. Peluang dan tantangan yang ada menimbulkan persaingan yang ketat, sehingga dituntut peningkatan kualitas dalam segala aspek baik bidang produksi maupun jasa termasuk kesehatan (Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan, 2011). Di dalam konteks bidang kesehatan dinyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009). Mengingat pentingnya bidang kesehatan, maka kualitas pelayanan di bidang kesehatan perlu terus ditingkatkan. Pelayanan di bidang kesehatan meliputi pelayanan: tenaga kesehatan, rumah sakit, industri farmasi, alat kesehatan, dan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
asuransi kesehatan. Pada bidang pelayanan tenaga kesehatan khususnya tenaga laboratorium kesehatan, idealnya memiliki kualitas kompetensi yang memadai, sehingga mampu bersaing ditingkat internasional. Laboratorium kesehatan sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratorium terhadap spesimen yang pengujiannya dilakukan di laboratorium. Seiring tuntutan global dan IPTEK serta perkembangan pengetahuan bidang Patologi Klinik, maka idealnya kualitas tenaga laboratorium kesehatan terus ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pendidikan bagi tenaga laboratorium kesehatan. Akademi Analis Kesehatan (AAK) sebagai salah satu institusi penghasil tenaga kesehatan di bidang laboratorium kesehatan dituntut menghasilkan tenaga analis yang kompeten dengan memberikan pembelajaran teori dan praktik. Hal ini relevan dengan visi Akademi Analis Kesehatan (AAK) yaitu menjadi Institusi Pendidikan Analis Kesehatan yang bermutu dan berdaya saing. Berdasarkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 35 ayat 1 dan pasal 36 ayat 1, serta PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dengan mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan berdasarkan pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), maka lulusan tenaga kesehatan khususnya analis kesehatan harus handal dan kompeten. Tugas pokok tenaga laboratorium kesehatan yaitu melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang: Kimia Klinik serta penerapkan kesehatan commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan keselamatan kerja (K3) dalam pemeriksaan laboratorium. Analis Kesehatan bertanggung jawab terhadap: ketelitian dan ketepatan hasil pengujian laboratorium, interpretasi analitik hasil pengujian serta pengembangan prosedur pengujian (Kurikulum Inti DepKes, 2010). Mengacu pada UU tersebut maka Kurikulum Inti AAK Nasional (2010) dikembangkan meliputi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Aspek kognitif diberikan melalui beberapa mata kuliah diantaranya: Kimia Klinik, Hematologi, Immunoserlogi, dan lain sebagainya. Aspek psikomotor tenaga analis kesehatan meliputi: (1) mempersiapkan proses teknis operasional di laboratorium kesehatan; (2) mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen; (3) melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan spesimen; (4) mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium; (5) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan lingkungannya; (6) mengevaluasi
data laboratorium
untuk
memastikan akurasi
dan
prosedur
pengendalian mutu, serta mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan dengan data hasil uji; (7) membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan efisien untuk menginterpretasikan hasil uji laboratorium; (8) merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium; (9) membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik laboratorium; (10) melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan; (11) memberikan penyuluhan kepada masyarakat
yang berkaitan
dengan
laboratorium kesehatan. Aspek afektif tenaga analis dibangun dari sikap jujur, teliti, disiplin, bertanggung jawab, dapat diandalkan, dan mampu bekerjasama dalam tim. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu mata kuliah yang diajarkan pada lulusan tenaga laboratorium kesehatan di AAK adalah Kimia Klinik. Mata kuliah ini merupakan cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang metabolisme mahluk hidup terutama cairan-cairan yang terdapat di dalam tubuh manusia. Cairan tersebut dikenal sebagai cairan tubuh yang dapat diketahui berbagai macam komposisi dan kugunaannya melalui analisis laboratorium. Mata kuliah Kimia Klinik ditujukan agar mahasiswa dapat menganalisis berbagai macam cairan tubuh dengan melakukan pengujian laboratorium. Kompetensi di atas relevan dengan hakikat sains yang meliputi 3 aspek yaitu: produk, proses, dan sikap. Aspek kognitif dipandang sebagai produk, artinya hasil belajar berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Aplikasinya berupa metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek psikomotor dipandang sebagai proses belajar, artinya proses belajar berupa kegiatan: penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Aspek afektif dipandang sebagai sikap ilmiah meliputi: rasa ingin tahu, jujur, terbuka, toleran, tekun, optimis, skeptis (kritis), berani, dan bekerjasama (Toharudin, 2011). Namun demikian kualitas tenaga kesehatan secara umum rendah, kondisi ini ditunjukkan dengan data Pusat Dinas Kesehatan Tahun 2007 (cit. Silviani, 2013), diketahui bahwa negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Timur Tengah dan Malaysia lebih menyukai tenaga kesehatan dari Filipina dan Thailand. Hal ini berarti tenaga kesehatan dari Indonesia belum mampu bersaing dengan tenaga kesehatan dari luar negeri. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi rendahnya kualitas tenaga kesehatan tersebut juga terjadi di lingkungan AAK Nasional Surakarta. Hasil evaluasi terhadap lulusan AAK Nasional Surakarta oleh pengguna/user (2010) terungkap bahwa kemampuan mahasiswa dalam pemecahan kasus-kasus, terutama di laboratorium Kimia Klinik dan Hematologi rendah. Berdasarkan hasil angket survey pengguna lulusan terungkap bahwa kepuasan pengguna terhadap lulusan AAK Nasional (2013) dalam hal pemecahan kasus masih kurang. Ditinjau dari aspek kurikulum, ketiga aspek (kognitif, psikomotor, dan afektif) belum dikembangkan secara optimal. Berdasarkan hasil analisis perangkat pembelajaran, indikator cenderung mengarah pada aspek kognitif saja, sementara aspek psikomotor dan aspek afektif kurang ditekankan. Pembelajaran cenderung verbal, sehingga mahasiswa cenderung pasif mendengarkan penjelasan dosen. Soal yang digunakan dalam tes cenderung dalam bentuk pilihan ganda dan kurang diarahkan pada pemecahan masalah. Motivasi mahasiswa dalam belajar kurang, hal ini tampak pada saat diberi kasus, mahasiswa cenderung tidak dapat menyelesaikan. Mahasiswa kurang antusias dalam belajar, saat diberikan kasus hanya 9,5% mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan atau memecahkan kasus dengan benar; 28,6% mahasiswa hanya mengajukan pertanyaan karena merasa ada materi yang belum dipahami; 61,9% mahasiswa pasif, jika diberikan pertanyaan oleh dosen mereka tidak menjawab pertanyaan tersebut. Akibatnya, capaian nilai hasil belajar khususnya pada mata kuliah Kimia Klinik belum optimal. Hasil capaian nilai mata kuliah Kimia Klinik seperti tersaji pada Tabel 1.1 berikut: commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Persentase Capaian Hasil Belajar Kimia Klinik Tahun Akademik A 2009/2010 2,7 2010/2011 20,3 2011/2012 6,3 Sumber : Data BAAK AAK Nasional Surakarta
Capaian Nilai (%) B C 50 47,3 66,3 11,8 23,4 70,3
D 1,6 -
Berdasarkan kondisi di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada di lapangan. Adanya kesenjangan perlu diatasi dengan mengarahkan pembelajaran yang mendorong mahasiswa berpikir memecahkan masalah. Model pembelajaran yang dimaksud adalah PBL. Model PBL merupakan model pembelajaran berdasarkan masalah. PBL memiliki sintaks sebagai berikut: (1) mengorientasikan mahasiswa pada masalah; (2) mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok; (4) mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya serta memamerkannya;
(5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Manfaat pembelajaran PBL dirancang terutama membantu mahasiswa untuk: (1) mengembangkan keterampilan berpikir, memecahkan masalah, dan intelektual; (2) belajar peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu melalui situasi nyata atau yang disimulasikan; dan (3) menjadi mandiri (Nur 2011). Materi Analisis Enzim Hati relevan dengan pembelajaran model PBL, sebab Analisis Enzim Hati merupakan satu-satunya petunjuk adanya cedera sel pada penyakit hati dini (Sacher, 2004). Di dalam materi Analisis Enzim Hati dilakukan uji kadar enzim dinyatakan dalam Unit/Liter dengan Spektrofotometer untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan fungsi hati. Penyajian materi Analisis Enzim Hati cenderung disajikan dalam bentuk masalah. commit to pemecahan user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model PBL akan lebih efektif apabila dipadukan dengan pendekatan yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang penuh antusias yang melibatkan seluruh indera sepert indera pendengaran, pengelihatan, gerak motorik, dan kemampuan berpikir. Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah SAVI. SAVI merupakan teknik pendekatan dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera. SAVI memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (1) Somatis, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat; (2) Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar; (3) Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan; (4) Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Pendekatan SAVI dapat mengoptimalkan kegiatan belajar mahasiswa (Meier, 2002). Dengan demikian, model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah sekaligus dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih antusias, sehingga capaian hasil belajar mahasiswa diharapkan lebih optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan antusiasme belajar maka perlu dilakukan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran model PBL dipadu dengan pendekatan SAVI khususnya materi Analisis Enzim Hati.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang permasalahan,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana capaian hasil belajar mahasiswa pada saat implementasi perangkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati? 2.
Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati?
3.
Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati?
C. Tujuan Pengembangan Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan pengembangan adalah, 1. Mengetahui capaian hasil belajar mahasiswa setelah implementasi perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati dilakukan. 2. Mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati. 3. Mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI pada materi Analisis Enzim Hati.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran (meliputi: Silabus, RPP, LKM yang dilengkapi dengan video pembelajaran dan instrumen penilaian yang merupakan perpaduan model PBL dengan pendekatan SAVI) pada materi Analisis Enzim Hati. Perangkat pembelajaran tersebut diharapkan mampu mendorong kemampuan berpikir mahasiswa dalam merumuskan masalah, menyusun commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hipotesis, merancang prosedur, melakukan penyelidikan, membuat hasil karya dan menyajikannya melalui presentasi, sehingga dapat membantu mahasiswa dalam pemecahan masalah. Kegiatan pembelajaran memungkinkan dapat melibatkan semua indera yang dimiliki mahasiswa secara terpadu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan antusiasme mahasiswa dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata kuliah Kimia Klinik materi Analisis Enzim Hati.
E. Pentingnya Pengembangan Pengembangan perangkat pembelajaran model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak berikut ini: 1. Bagi mahasiswa, sebagai panduan kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mendorong antusiasme dalam belajar. 2. Bagi dosen, sebagai panduan kegiatan pembelajaran sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses pembelajaran melalui perangkat pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah dan antusiasme dalam belajar terutama tentang Analisis Enzim Hati. 3. Bagi institusi, sebagai salah satu perangkat pendukung kegiatan pembelajaran untuk kelancaran proses pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas lulusan, sebagai dasar penyusunan kebijakan kurikulum, dan membantu memberikan kontribusi pada proses akreditasi institusi. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai landasan bagi pengembangan model pembelajaran dengan memadukan pendekatan pembelajaran yang lain pada materi yang baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.
Asumsi pengembangan perangkat pembelajaran model PBL dipadu dengan pendekatan SAVI adalah sebagai berikut: (a) perangkat pembelajaran model PBL dipadu pendekatan SAVI ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa; (b) perangkat pembelajaran model PBL dipadu dengan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa dalam pemecahan kasus; (c) meningkatkan antusiasme mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran; (d) melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran; (e) memberikan penilaian secara objektif terhadap semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
2.
Keterbatasan dari pengembangan perangkat pembelajaran model PBL dipadu dengan pendekatan SAVI adalah sebagai berikut: (a) produk pengembangan yang dihasilkan terbatas pada perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKM, dan perangkat penilaian) model PBL yang dipadu dengan pendekatan SAVI; (b) institusi yang digunakan sebagai tryout instrumen penelitian hanya di Universitas Setia Budi Surakarta pada prodi Akademi Analis Kesehatan, yaitu pada mahasiswa reguler A Semester V; (c) institusi yang digunakan sebagai uji terbatas hanya menggunakan satu institusi, yaitu AAK Nasional Surakarta, pada mahasiswa reguler A Semester VI; (d) institusi yang digunakan sebagai uji pemakaian, terbatas pada satu institusi, yaitu AAK 17 Agustus 1945 Semarang, diberikan pada mahasiswa reguler A Semester V; (e) model pembelajaran yang digunakan dalam uji terbatas dan uji pemakaian terbatas pada satu model, yaitu PBL dipadu dengan pendekatan SAVI; (f) materi yang commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan terbatas pada materi Analisis Enzim Hati.
G. Definisi Istilah Definisi istilah dalam pengembangan produk adalah : 1. Perangkat pembelajaran adalah instrumen yang digunakan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi : silabus, RPP, LKM, perangkat penilaian. 2. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah dengan sintaks sebagai berikut: (a) mengorientasikan mahasiswa pada masalah; (b) mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar; (c) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok; (d) mengembangkan dan menyajikan
hasil
karya
serta
memamerkannya;
(e)
menganalisis
dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2011). 3. Pendekatan SAVI merupakan teknik pendekatan dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera. SAVI memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) Pendekatan Somatis, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat; (b) Pendekatan Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar; (c) Pendekatan Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan; (d) Pendekatan Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Maier, 2002). 4. Analisis Enzim Hati merupakan materi yang mempelajari mengenai enzim sebagai molekul protein yang mengatalisis reaksi kimia tanpa mengalami perubahan secara kimiawi. Enzim mengatur metabolisme dengan ikut serta pada commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hampir semua fungsi sel (Sacher, 2004). 5. Model PBL dipadu pendekatan SAVI merupakan hasil perpaduan sintaks pada model PBL dan unsur-unsur yang terdapat di dalam pendekatan SAVI.
commit to user