BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan
upaya
peningkatan
kesehatan
secara
menyeluruh
dan
berkesinambungan menjadi salah satu pilar utama membangun suatu daerah. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika. Realisasi pembangunan kesehatan Indonesia dilaksanakan dalam bentuk upaya-upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan standar pengukuran atau indikator kesehatan. Adapun indikator utama untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator penting dan sangat sensitif untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat antara lain Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan Hidup (UHH) dan status gizi (Profil Kesehatan Aceh, 2010). Dari sektor kesehatan sendiri, upaya kesehatan yang di lakukan akan lebih mengutamakan upaya kuratif, promotif tanpameninggalkan preventif dan rehabilitativ. Tindakan bedah section caesarea merupakan upaya untuk mengobati (kuratif) suatu penyakit atau meringankan nya untuk dapat menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Bedah Caesar kadang menjadi alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan cara ini dari pada alami, meskipun tanpa indikasi medis (Kasdu, 2003). Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh peel dan chamberlain (1968), indikasi sectio caesarea yang terbanyak adalah disproporsi
1
2
cepalo pelvik (21%),sedangkan indkasi lain adalah gawat janin (14%),plasenta previa (11%),pernah sectio sesarea (11%),incoordinate Uterine Action (9%),preeklamsi dan eklamsi (7%). Namun berkat kemajuan antibiotik, tranfusi darah, anastesi dan teknik operasi lebih sempurna kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar indikasi yang cukup kuat ( Hanifa, 1994). Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan dinding abdomen atau uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba, 1999). Perawatan yang dibutuhkan oleh pasien post operasi sectio caesarea menurut (subiston 1992) membutuhkan perawatan inap sekitar 3 – 5 hari, penutupan luka insisi sectio caesarea terjadi pada hari ke – 5 pasca bedah,luka pada kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2 – 3 minggu sedangkan luka fasia abdomen akan merapat dalam waktu 6 minggu, tapi tetap terus berkembang makin erat selama 6 bulan untuk penyembuhan awal dan terus makin kuat dalam waktu lebih dari 1 tahun (Sabiston, 1998). Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi, hematoma, teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis dan obat–obatan. Faktor lainnya adalah gaya hidup klien dan ambulasi dini (Kozie, 1995). Sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan kesehatan penderita, perlu adanya ambulasi dini secara bertahap bagi pasien post operatif section caesarea selama di rumah sakit. Ambulasi dini merupakan suatu tindakan rehabitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anastesi dan sesudah operasi.
3
Ambulasi dini berguna untuk membantu dalam jalannya penyembuhan luka (Moctar,1992). Usia juga berpengaruh terhadap semua penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan koagulasi, responin flamasi yang lebih lambat dan penurunan aktifitas fibroblast (Jhonson, 2005). Di samping itu nutrisi juga merupakan aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan luka. Oleh karena itu peranan nutrisi dalam perawatan luka adalah kunci untuk intervensi (Suriadi, 1995) dimana abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein, kalorimai nutrisi dari pada kekurangan salah satu unsur nutrisi. Studi awal yang dilakukan oleh penulis di Rumah Sakit Ibu dan Anak dari bulan Januari – Juni tahun 2013 di temukan jumlah sectio caesarea tercatat sebanyak 528 orang. Sectio caesarea yang terbanyak dijumpai pada indikasi Ketuban Pecah Dini (25,5%), Disproporsi Cepalo Pelvik (19,8%), Gawat Janin (6,2%), Plasenta Previa (6,6%), Preeklamsi Dan Eklamsi (2,8%), Kehamilan Lewat Waktu (18,9%), Letak Sungsang (9,4%), Letak Lintang (5,6%), Perdarahan Kehamilan (0,94%), Gemeli (3,7%). (Diklat RSIA, 2013 )
B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah “
Apakah Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Tahun 2013 “
4
C. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan Luka pada ibu post section caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pengobatan terhadap proses penyembuhan luka pada ibu Post section caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak. b. Untuk mengetahui pengaruh nutrisi terhadap penyembuhan luka pada ibu Post section caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak. c. Untuk mengetahui pengaruh Ambulasi dini terhadap proses penyembuhan luka pada ibu Post section caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan hasil pengetahuan yang pernah di dapat selama pendidikan baik teori maupun praktek 2. Bagi Responden Dapat sebagai bahan informasi dan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan ibu yang melakukan section caesarea. 3. Bagi Petugas Kesehatan Dapat sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan masukan bagi bidan maupun petugas kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan
5
kesehatan dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada ibu post section caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak.
6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Luka Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2000). Luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa akibat trauma, kimiawi, listrik, radiasi (Bisono, 2003). Penyembuhan luka adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Maureen, 2009). 1. Macam – macam luka a. Luka Lecet Yaitu pada permukaan kulit mengelupas akibat terjadi sebuah gesekan dengan benda keras dan kasar. Luka lecet ini dapat diatasi dengan cara dibersihkan dengan air yang bersih dan dengan cara menutup lukanya. b. Luka Memar Yaitu adanya suatu kerusakan dalam jaringan di bawah kulit yang disebabkan karena pukulan benda tumpul yang tanpa adanya kerusakan yang berarti di permukaan kulit. Tindakan yang dapat dilakukan dengan cara mengompresnya dengan air hangat atau dingin dan apabila lukanya bengkak dapat diberi zalf lasonil. c. Luka Robek Merupakan sejenis luka yang terjadi akibat adanya sebuah goresan dari benda yang tidak terlalu tajam.
7
d. Luka Tembak Bentuknya antara luka tusuk dengan luka robek. Pada luka tembak ini harus dicari tempat keluarnya peluru. Bila tidak ditemukan kemungkinan peluru tertinggal di dalam tubuh. e. Luka Tusuk Yaitu luka yang terjadi akibat suatu benda yang ujungnya runcing dan menyebabkan sebuah tusukan di tubuh. f. Luka Iris Yaitu sejenis luka yang ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam. g. Luka gigitan binatang Yaitu luka yang di sebabkan oleh gigitan binatang seperti gigitan anjing atau ular.
2. Proses perawatan luka Perprimen adalah penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertaut tepi luka biasanya dengan jahitan. Persekudan yaitu luka tidak mengalami penyembuhan perprimen proses penyembuhan. Selesai tindakan bedah, pasien mungkin perlu diberi suntikan pencegah tetanus dan infeksi biasa. Perlu juga diberikan obat – obat lain misal nya antibiotik, penekan rasa sakit atau pengurang reaksi inflamasi. Alasan luka tak boleh kena air adalah untuk menjaga supaya luka tak terkontaminasi kuman dari air yang tak steril, baik langsung maupun lewat benang jahit. Hal ini juga untuk menjaga agar luka terhindar dari lingkungan yang basah yang akan memudahkan kuman berkembang biak. Prinsip perawatan luka yang baik, dasar dalam mempertahankan lingkungan yang hangat dan lembab adalah untuk menjaga agar luka tetap tertutup. Sebagian besar balutan diangkt
8
setelah 24 jam, dan penelitian membuktikan bahwa pada kasus luka pembedahan, pengangkatan balutan setelah 24 jam tidak menimbulkan peningkatan angka infeksi.
3. Proses penyembuhan luka Penyembuhan luka adalah proses dinamis yang mulai pada saat cedera dan menetap selama berbulan – bulan atau bertahun – tahun setelah cedera (Subiston, 1998). Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) di angkat pada hari ke empat setelah pembedahan. (Prawiroharjo, 2007) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut : a. sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak, b. dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, c. pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi, d. pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah) luka, e. pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis, f. Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum,
9
g. tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi. 4. Faktor –faktor yang mempengaruhi luka Ambulasi sangat penting di lakukan pada pasien pasca operasi karena jika pasien membatasi penggerakan di tempat tidur sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien semakin sulit untuk memulai berjalan ( Kozier, 1989). Sedangkan menurut (Manuaba, 1997), luka post sectio caesarea harus mendapatkan perawatan agar dapat mempercepat proses penyembuhan dan juga untuk mencegah infeksi.
5. Klasifikasi penyembuhan luka Menurut Sjamsuhidayat klasifikasi penyembuhan luka dibagi dua yaitu : a. Penyembuhan luka skunder Penyembuhan kulit tanpa pertolongan dari luar. Luka akan berisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup oleh jaringan epitel
b. Penyembuhan primer Penyembuhan primer terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan latihan. Perbandingan penyembuhan
10
Penyembuhan primer
Penyembuhan Skunder
a. Kehilangan jaringan atau nekrose a. Terdapat nekrosis jaringan. sedikit.
b. Sering terinfeksi.
b. Biasanya steril.
c. Penyembuhan lambat.
c. Penyembuhan cepat.
d. Penyembuhan dengan pembentukan
d. Arsitektur
jaringan
normal
dipertahankan. e. Kontraksi luka steril. f. Re-epitelasi sedikit.
granulasi dan parut. e. Luka menutup dengan kontraksi luka. f. Re-epitelasi area yang tidak dapat menutup dengan kontraksi.
6. Fase penyembuhan luka Fase-fase yang terjadi pada saat penyembuhan luka menurut Suriadi (2007) adalah: a. Fase inflamasi atau long fase Respon imflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cedera, dan efeknya bertahan hingga 5 – 7 hari. Kerusakan jaringan dan teraktivasinya faktor pembekuan menyebabkan pelepasan berbagai substansi vaso aktif, seperti prostaglandin dan histamin, mengakibatkan peningkatan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta stimulasi serat – serat nyeri. Bekuan fibrin menarik leukosit, dan dalam 24 jam pertama muncul terutama neutropil ( sel scavenger ketika berada dalam jaringan , sel ini di sebut makrofag ). Makrofrag memiliki peran penting dalam sebagian besar fase penyembuhan luka, tidak hanya dalam membersihkan sisi yang luka tetapi juga untuk memproduksi faktor pertumbuhan dan substansi lainnya yang mengendalikan proses tersebut. Kapiler –
11
kapiler baru mulai tumbuh ke dalam luka ( angiogenesis), menghasilkan pembentukan matriks jaringan penghubung yang baru. b. Fase Proliferasi atau fibroblast Selama fase proliferasi, pembentukan pembuluh darah yang baru berlanjut di sepanjang luka (angiogenesis atau neo vaskularisasi). Proses ini sangat penting, karena tidak ada jaringan baru yang dapat di bentuk tanpa suplay oksigen dan nutrien yang di bawah oleh pembuluh darah yang baru. Fibroblas berproliferasi kira – kira 2 – 4 hari setelah cedera, dan memproduksi matriks (struktur seperti tangga) kolagen di sekitar pembuluh darah yag baru. Sel epitel bermigrasi seperti sebuah lembar yang berpindah sempurna atau dengan “lompatan seperti katak”di sepanjang jaringan yang hidup. Hal lain yang juga berkontribusi terhadap menutupnya luka adalah kontraksi tepi luka, yang akan mengurangi ukuran luka melalui kerja miofibroblas. c. Fase remodeling atau fase resopsi Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi yang, setelah jaringan granulasi meluas sehingga memenuhi defek dan defek tertutupi oleh permukaan epidermal yang dapat bekerja dengan baik,mengalami remodelling. Hal ini biasa nya terjadi kira – kira 20 hari setelah cedera, walaupun waktu terebut bervariasi tergantung pada kondisi individu. Selain itu, selama remodelling, kolagen yang berlebihan di bersihkan, dan kolagen yang di butuhkan secara bertahap di gantikan dengan kolagen yang lebih kuat dan lebih teratur yang lebih dibutuhkan oleh orang yang lebih tua sepanjang stress mekanis, walau tidak teratur aslinya. Fase remodelling dimulai pada waktu yang berbeda dalam area luka yang berbeda, dan fase ini dapat berlanjut hingga
12
satu tahun atau bahkan lebih lama. Dengan demikian, walaupun luka tampak sembuh secara superfisial, proses membangun kembali di bagian bawah tetap berlanjut.
B. Sectio caesarea Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomi untuk janin dari dalam rahim (Mochtar, R 1998 ) 1. Klasifikasi sectio caesarea a. Sectio caesarea klasik atau corporal : insisi memanjang pada segmen atau uterus b. Sectio caesarea transperitonealis profunda : insisi pada segmen bawah rahim c. Sectio caesarea extra peritonealis : rongga peritoneum tidak di buka. d. Sectio caesarea hysterektomi : setelah sectio caesarea dikerjakan histerektomi
2. Indikasi Pada umumnya sectio caesarea digunakan bila mana diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu dan keduanya. Padahal persalinan pervaginan tidak mungkin di selesai kan dengan aman. Indikasi Sectio caesarea menurut ( Kasdu, 2003) a. Faktor ibu 1) Panggul sempit ( CPD)
13
2) Ketuban Pecah dini ( KPD ) 3) Riwayat persalinan sebelumnya 4) Hambatan jalan lahir 5) Disfungsi kontraksi rahim 6) Rasa takut kesakitan b. Faktor janin 1)
Janin terlalu besar
2)
Kelainan letak janin
3)
Ancaman gawat janin
4)
Janin Abnormal
5)
Kelainan letak placenta
6)
Kelainan tali pusat
3. Istilah – Istilah Tentang Sectio Caesaria a. Sectio caesarea primer (efektif). Dari semula sudah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. b. Sectio caesarea sekunder Mencoba menunggu kelahiran biasa (spontan), bila tidak berhasil dilakukan secara sectio caesarea. c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang d. Sectio caesarea histerektomi.
14
Suatu operasi di mana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi. e. Operasi Porro. Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati) langsung dilakukan histerektomi. Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
4. Komplikasi Komplikasi paling umum terjadi saat anastesi spinal atau epidural adalah turunnya tekanan darah. Beberapa wanita merasakan sakit kepala yang parah setelah operasi Caesar dengan anastesi lokal, sementara ada pula yang merasakan sakit pada daerah punggung. Anastesi umum mungkin membuat pasien merasa pening; kerongkongan terasa kering dan sakit. Selain itu, pasien juga akan mengalami rasa mual yang hebat dan muntah. Jika obat bius yang diberikan mengandug morfin, pasien juga mungkin merasa gatal di sekujur tubuh. Efek – efek samping itu dapat hilang dalam jangka waktu 24 sampai 48 jam setelah persalinan. C.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi, hematoma dan teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari pengobatan, nutrisi, steroid, sepsis dan ambulasi dini.
1. Pengobatan
15
Pengobatan dengan analgesia untuk wanita berukuran rata–rata,
meperidin 75
sampai 100 mg dapat diberikan secara intramuscular paling sering setiap 3 jam sesuia kebutuhan untuk menghilangkan nyeri, atau morfin sulfat 10 sampai 15 mg dengan cara pemberian yang sama. Pemberian narkotik biasa nya disertai anti emetik, misal nya prometazin 25 mg. Pada periode pasca operasi dini, meperidin atau morfin intravena melalui pompa yang dikendalikan oleh pasien bahkan merupakan alternativ yang lebih efektif dari pada terai bolus. Penghilang rasa sakit Pasien mungkin akan memulai merasakan rasa sakit akibat operasi ketika pengaruh obat bius mulai hilang. Sehingga penting untuk mengetahui pilihan – pilihan penghilang rasa sakit yang cocok bagi pasien. Jika anda diberi epidural atau spinal blok , terkadang pasien juga akan diberi analgesia morfin melalui kateter epidural untuk membantu melewati 24 jam pertama. Cara lain nya adalah pemasangan pompa khusus selang infus atau intravena (IV) yang memungkinkan pasien mengalirkan obat – obatan IV ketika pompa itu terbuka pada waktu – waktu yang telah diatur sebelum nya pada periode 24 jam pertama. Cara tersebut di sebut patien-controlled analgesia (PCA) atau analgesia yang dikendalikan pasien. Mungkin, pasien juga akan ditawari obat yang diberikan secara oral (lewat mulut) atau intramuscular (di suntikkan ke dalam otot). Semakin ringan rasa sakit yang pasien rasakan, makin mudah bagi pasien untuk berdiri dan mulai bergerak. Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal yang diberikan pada saat sectio caesarea akan secara bermakna menurunkan angka infeksi. Bagi wanita dalam persalinan atau dengan ruptur selaput ketuban, sebagian besar
16
dokter menganjurkan pemberian ampisilin 2 g dosis tunggal, sefalosporin, atau penisilin spectrum luas setelah janin lahir. Pada dasarnya, alasan luka tak boleh kena air adalah untuk menjaga supaya luka tak terkontaminasi kuman dari air yang tak steril, baik langsung maupun lewat benang jahit. Hal ini juga untuk menjaga agar luka terhindar dari lingkungan yang basah yang akan memudahkan kuman berkembang biak.
2. Nutrisi Asupan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka. Yang mana di perlukan asupan protein, vitamin A dan vitamin C, tembaga, zinkum, dan zat besi yang adekuat. Protein mensuplai asam amino, yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan dan regenerasi tubuh harus mempunyai suplai protein sebanyak 100 gr perhari agar dapat menetralisir penyembuhan luka dengan baik. Vitamin A dan zinkum diperlukan untuk sintesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi di perlukan untuk mempertahankan oksigen ke seluruh tubuh (Boyle, 2009).
3. Ambulasi Dini Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing nya untuk berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadi nya prolaps uteri atau retrofleksi. Ambulasi dini tidak
17
diperbolehkan pada pasien anemia, jantung, paru – paru, dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat (Sulistyawati, 2009). Adapun keuntungan dari ambulasi dini, antara lain : a.
Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
b.
Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya d.
Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( lebih ekonomis )
Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan – jalan ringan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat secara berangsur – angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sampai pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi. Tujuan ambulasi dini Meningkatkan fungsi paru – paru dengan meningkatkan sirkulasi darah, hal tersebut memperkecil resiko pengumpulan darah. Meningkatkan fungsi pencernaan dan menolong saluran cerna agar mulai bekerja. Tahap - tahap ambulasi dini Tahap ambulasi dini pada pasien sectio caesarea dengan anastesi umum (Mocthar,1998). Melakukan nafas dalam segera ( 5 – 10 menit ) setelah sadar dari bius operasi sectio caesarea dengan cara inspirasi melalui hidung, pada saat skspirasi pasien
18
membuka mulut selanjutnya nafas dihembuskan secara perlahan – lahan seperti meniup lilin. a. Merubah posisi tidak ke kiri dan ke kanan, dilakukan 6 – 10 jam setelah operasi sectio caesarea dengan cara menekukkan kedua lutut daerah yang luka atau bekas insisi, di tahan dengan telapak tangan kiri sambil bertumpu pada kaki kanan, dan tangan berpegang pada sisi tempat tidur begitu juga sebalik nya. b. Meregangkan dan mengendurkan tungkai bawah dengan cara meregangkan ke dua telapak kaki,selanjutnya ditahan 1 – 2 menit setelah itu dikendurkan kembali ini dilakukan sesuai dengan kemampuan klien. c. Tegak dan kuatkan tubuh pada posisi berdiri sampai benar – benar stabil sebelum berjalan jika posisi berdiri sudah cukup stabil dan kuat, lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit, namum dengan beberapa latihan nyeri itu akan berkurang.
D. Kerangka konsep Menurut suriadi penyembuhan luka adalah proses komplek yang meliputi berbagai macam faktor interaksi untuk perbaikan normal. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari oksigenasi, hematoma dan teknik operasi. Sedangkan faktor umum terdiri dari pengobatan, nutrisi, steroid, sepsis dan ambulasi dini.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengobatan Penyembuhan luka Nutrisi
sectio caesarea
19
Ambulasi Dini
E.
Hipotesis penelitian 1. Ada pengaruh antara pengobatan dengan proses penyembuhan luka Sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak 2. Ada pengaruh antara nutrisi dengan proses penyembuhan luka Sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak 3. Ada pengaruh antara ambulasi dini dengan proses penyembuhan luka Sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengobatan, nutrisi dan ambulasi dini dengan proses penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea yang diukur pada waktu yang bersamaan saat penelitian.
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmojo,2010). Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan sectio caesarea di rumah sakit ibu dan anak bulan Januari – Juni tahun 2013 yaitu sebanyak 528 kasus sectio caesarea. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili Populasi (Notoatmojo, 2010). Rumus Slovin
n
N 1 N(d) 2
N = Besar populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang di inginkan sebesar 90%).
21
n
528 1 528 (0,0225)
n
528 1 11,88
n
528 12,88
n 45 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan aksidental sampling yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu sebanyak 45 kasus section caesarea, yang diambil dari Rumah Sakit Ibu dan Anak.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah sakit ibu dan anak, dengan pertimbangan di rumah sakit ibu dan anak. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan di lakukan pada pada bulan Agustus 2013
D. Tekhnik pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dengan menyebarkan kuesioner pada responden yang dating berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
22
E. Definisi Operasional NO
Variabel
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner
a. Cepat b. Lama
Ordinal
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
a. Baik b. Kurang
Ordinal
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
Dependen 1
Penyembuhan luka section caesarea Independen
2
Pengobatan
3
Nutrisi
4
Ambulasi dini
Proses penyembuhan luka sectio caesarea pada responden
Mengedarkan kuesioner
Obat – obatan yang di gunakan responden setelah section caesarea Jumlah makanan yang di konsumsi oleh responden Penggerakan yang di lakukan responden setelah operasi sectio caesarea
a. Cukup Ordinal b. Kurang a. Ada b. Tidak
Ordinal
F. Instrumen Penelitan Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Yaitu dengan membagikan kuesioner pada ibu yang datang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk mengetahui proses penyembuhan luka lebi hcepat.
G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data (Notoatmodjo, 2010) Dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut : a.
Editing Editing adalah hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
23
b.
Coding Coding adalah instrumen berupa kolom – kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor – nomor pertanyaan.
c.
Data Entry Data entry adalah kegiatan mengisi kolom – kolom atau kotak – kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing – masing pertanyaan
d.
tabulating tabulating adalah membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
2. Tekhnik Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian ditentukan persentase untuk tiap–tiap kategori dengan menggunakan rumus P=
f x 100% N
Keterangan: P : Persentase f : Jumlah Frekuensi N: Jumlah Sampel
24
b. Analisa Bivariat Analisa bivariat data diolah untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap penyembuhan luka post sectio caesarea yang akan dilakukan dengan menggunakan uji statistic chi-square Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% ( p= 0,05)
(0 - e) 2 X e 2
Keterangan : 0 = Frekwensi Obervasi = Frekwensi harapan Derajat kebebasan : df = (K-1) (N-1) Keterangan : DF
= Derajat kebebasan
K
= Kolom
N
= Baris
1) Bila pada table contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan fisher exact text. 2) Bila pada table contingency 2 x 2 dan tidak dijumpaui nilai (haparan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah continuity correction. 3) Bila ada table contingency yang lebih dari 2 x 2 misal 3x2 3x3 dll, maka hasil uji yang digunakan adalah pearson chi square. 4) Bila pada table contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5 maka akan dilakukan merger sehingga menjadi table contingency 2x2.
25
Melalui perhitungan uji chi square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha α (p<0,05) maka Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, bila nilai p lebih besar dari alpha α (p>0,05) maka Ha ditolak ini menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen.
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
H. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengobatan, nutrisi dan ambulasi dini dengan proses penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea yang diukur pada waktu yang bersamaan saat penelitian.
I. Populasi Dan Sampel 3. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoatmojo,2010). Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan sectio caesarea di rumah sakit ibu dan anak bulan Januari – Juni tahun 2013 yaitu sebanyak 528 kasus sectio caesarea. 4. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili Populasi (Notoatmojo, 2010). Rumus Slovin
n
N 1 N(d) 2
N = Besar populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan (ketepatan yang di inginkan sebesar 90%).
27
n
528 1 528 (0,0225)
n
528 1 11,88
n
528 12,88
n 45 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan aksidental sampling yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu sebanyak 45 kasus section caesarea, yang diambil dari Rumah Sakit Ibu dan Anak.
J. Tempat dan Waktu Penelitian 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah sakit ibu dan anak, dengan pertimbangan di rumah sakit ibu dan anak. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini akan di lakukan pada pada bulan Agustus 2013
K. Tekhnik pengumpulan data Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dengan menyebarkan kuesioner pada responden yang dating berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
28
L. Definisi Operasional NO
Variabel
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kuesioner
a. Cepat b. Lama
Ordinal
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
a. Baik b. Kurang
Ordinal
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
Mengedarkan kuesioner
Kuesioner
Dependen 1
Penyembuhan luka section caesarea Independen
2
Pengobatan
3
Nutrisi
4
Ambulasi dini
M.
Proses penyembuhan luka sectio caesarea pada responden
Mengedarkan kuesioner
Obat – obatan yang di gunakan responden setelah section caesarea Jumlah makanan yang di konsumsi oleh responden Penggerakan yang di lakukan responden setelah operasi sectio caesarea
a. Cukup Ordinal b. Kurang a. Ada b. Tidak
Ordinal
Instrumen Penelitan Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner.
Yaitu dengan membagikan kuesioner pada ibu yang datang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk mengetahui proses penyembuhan luka lebi hcepat.
N. Pengolahan dan Analisa Data 2. Pengolahan Data (Notoatmodjo, 2010) Dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut : e.
Editing Editing adalah hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
29
f.
Coding Coding adalah instrumen berupa kolom – kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor – nomor pertanyaan.
g.
Data Entry Data entry adalah kegiatan mengisi kolom – kolom atau kotak – kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing – masing pertanyaan
h.
tabulating tabulating adalah membuat tabel – tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
2. Tekhnik Analisa Data c. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Kemudian ditentukan persentase untuk tiap–tiap kategori dengan menggunakan rumus P=
f x 100% N
Keterangan: P : Persentase f : Jumlah Frekuensi N: Jumlah Sampel
30
d. Analisa Bivariat Analisa bivariat data diolah untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap penyembuhan luka post sectio caesarea yang akan dilakukan dengan menggunakan uji statistic chi-square Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% ( p= 0,05)
(0 - e) 2 X e 2
Keterangan : 0 = Frekwensi Obervasi = Frekwensi harapan Derajat kebebasan : df = (K-1) (N-1) Keterangan : DF
= Derajat kebebasan
K
= Kolom
N
= Baris
5) Bila pada table contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan fisher exact text. 6) Bila pada table contingency 2 x 2 dan tidak dijumpaui nilai (haparan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah continuity correction. 7) Bila ada table contingency yang lebih dari 2 x 2 misal 3x2 3x3 dll, maka hasil uji yang digunakan adalah pearson chi square. 8) Bila pada table contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5 maka akan dilakukan merger sehingga menjadi table contingency 2x2.
31
Melalui perhitungan uji chi square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai p lebih kecil dari alpha α (p<0,05) maka Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, bila nilai p lebih besar dari alpha α (p>0,05) maka Ha ditolak ini menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen.
32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang di lakukan pada ibu post sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan
menggunakan pembagian kuesioner untuk
mengetahui pengaruh pengobatan, nutrisi, ambulasi dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh pengobatan terhadap penyembuhan luka pada ibu pos sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh (P = 0,005) 2. Tidak ada pengaruh nutrisi dengan penyembuhan luka pada ibu pos sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh (P=0,251) 3. Ada pengaruh nutrisi dengan penyembuhan luka pada ibu pos sectio caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh (P=0,22)
B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan dengan penelitian ini menyarankan kepada : 1. Di harapakan kepada peneliti dapat menerapkan teori dalam penelitian ini sebagai wawasan ilmu pengetahuan maupun praktek. 2. Di harapakan bagi responden penelitian ini agar dapat menambah informasi tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada ibu post sectio caesarea.
33
3. Di harapkan bagi petugas pelayanan menjadi bahan masukan bagi pemberi pelayanan kesehatan khusus nya bidan yang bertugas sehingga lebih peduli kepada ibu sectio caesarea
34
DAFTAR PUSTAKA
Anifa wiknsosastro, 1994. Ilmu Kebidanan, cetakan ketiga, Jakarta: YBP - SP Bisono, Petunjuk Praktis Operasi Kecil, Jakarta : EGC Boyle M, 2009. perawatan luka, Jakarta : EGC Cuningham F.G, 2006. Obstetric Williams edisi : 21 hal 591, Jakarta : EGC Dinas Kesehatan NAD, 2009 / 2010. Profil Kesehatan Aceh. BNA Johnson R, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC Kasdu D, 2003 . Operasi Caesar masalah dan solusi nya. Edisi:I jakarta : Puspa Swara Kozier, 1995. Peran dan Mobilitas Kondisi Masyarakat. Jakarta : Gunung Agung Mansjoer, 2000. http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/10/konsep-luka-danperawatan-luka.html Manuaba, 1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : EGC Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Mundy C.G, 2006. Pemulihan Pasca Operasi Caesar. Jakarta : Erlangga Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Sabiston, 1998. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC Sastrawinata S, 1987. Obstetri Operatif . Jakarta : fakultas kedokteran UNPAD Sjamsu Hidayat, R, 1997. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC Sulistyawati A, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Edisi:I, Yogyakarta : ANDI Yogyakarta Suriadi, 2007. Manajemen Penyembuhan Luka. Pontianak : Stikep Muhammadiyah Yusuf D, 2010. http://penyakit-dan caraperawatan. blogspot. com/2010/12/asuhankeperawatan-seksio-sesaria-atas.html
35