BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Penunjukkan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan
kenyataannya seringkali menghadapi masalah karena tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan wewenang yang dimiliki, manajer dapat bertindak hanya menguntungkan diri sendiri dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Tindakan manajer tersebut akan menimbulkan konflik karena manajemen memiliki kepentingan ganda yaitu untuk memaksimalkan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dikenal dengan konflik keagenan. Konflik keagenan
akan
mempengaruhi
kedua
belah
pihak
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan manajemen dan pemegang saham. Adanya pemisahan kepemilikan dana pengelolaan suatu perusahaan menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Konfllik keagenan (agency conflict) sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu: (1) agency conflict antara pemegang saham dan manajer. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham, diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang terkait tentang bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan, (2) agency conflict antara pemegang saham dan kreditor. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
1
mengurangi masalah keagenan (agency conflict) tersebut dikenal dengan agency costs (biaya keagenan) yang meliputi pengeluaran monitoring, bonding dan residual loss (Widagdo, 2010). Brigham dan Daves (2004) dalam Karina (2006) mendefinisikan agency costs sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mendorong manajer agar memaksimumkan harga saham jangka panjang daripada bertindak sesuai kepentingan mereka sendiri. Masalah keagenan timbul karena adanya kecenderungan dari manajemen untuk melakukan moral hazard dalam memaksimalkan kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan prihak prinsipal. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawas yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk mengurangi kekhawatiran atas besarnya sumber daya perusahaan yang berada di bawah kendali manajemen. Salah satu cara yang lazim digunakan oleh pemegang saham adalah dengan kebijakan membagikan laba yang diperoleh perusahaan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen tidak ditentukan oleh manajemen, tetapi ditentukan oleh pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), sehingga besar kecilnya dividen yang dibagikan sangat tergantung pada keinginan pemegang saham. Pemegang saham memiliki kecenderungan untuk menyukai dividen yang dibagikan dalam jumlah yang relatif besar karena memiliki tingkat kepastian yang tinggi dibandingkan dengan yang masih ditahan dalam bentuk laba ditahan (Bhattacharya,
2
1997). Dividen yang relatif tinggi menyebabkan jumlah dana yang dikendalikan oleh manajemen relatif kecil. Pembagian dividen yang tinggi kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi tujuan keputusan manajemen, yang disebabkan oleh semakin kecil dana yang berada dalam pengendaliannya. Residual theory of cash dividend (Kaen, 2003 dalam Widanaputra dan Ratnadi, 2008) menyatakan bahwa kelebihan kas yang ada seharusnya dibagikan dalam bentuk dividen, tetapi hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan manajemen, manajemen kurang suka untuk membagikan laba yang diperoleh dalam bentuk dividen. Manajemen lebih suka memperlakukannya sebagai laba ditahan, kecuali mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NPV) yang positif pada tambahan investasi. Laba ditahan dapat digunakan untuk reinvestasi atau membayar hutang perusahaan. Timbulnya konflik keagenan ini memaksa pihak pinsipal untuk melakukan pengawasan pada manajemen dengan tujuan meminimalkan kecurangan-kecurangan (moral hazard) yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasikan ada dua cara untuk mengurangi kesempatan pihak agen melakukan tindakan yang dapat merugikan pihak prinsipal, yaitu investor melakukan pengawasan (monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bonding). Beberapa penelitian telah menguji apakah keputusan-keputusan keuangan, seperti dividen dan leverage mempengaruhi masalah keagenan. Rozeff (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang membayar tinggi dividennya bertujuan untuk mengurangi masalah keagenan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), cara lain
3
dalam menengahi permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan hutang. Argumen tersebut didukung oleh pernyataan bahwa dengan meningkatkan hutang maka semakin kecil porsi saham yang akan dijual perusahaan. Semakin besar hutang perusahaan maka semakin kecil dana menganggur yang dapat dipakai perusahaan untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu. Dividen dapat dijadikan alat untuk meminimalkan jumlah free cash flow untuk manajemen (Sponholzt 2005). Deloof et al. (2006) menyatakan bahwa dividen memainkan peranan sentral dalam konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham karena dividen dapat mengurangi jumlah kas yang ada di perusahaan dan memberikan garansi terhadap pembayaran kas kepada semua pemegang saham. Porta et al. (1999) menyatakan bahwa dividen memegang peranan penting menyangkut masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham karena dengan membayar dividen berarti terdapat perpindahan dana dari perusahaan ke pemegang saham, dengan demikian, dana tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi bagi pengembangan perusahaan. Masalah keagenan akan semakin kecil apabila manajemen juga sebagai pemegang saham (owner manager). Dalam kondisi seperti ini owner manager tidak terlalu terbebani dengan kewajiban untuk mengatur laba (yang bersifat moral hazard) karena laba ataupun rugi akan memiliki dampak yang relatif sama antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial merupakan mekanisme corporate governance yang membantu mengendaliakan masalah keagenan (agency conflict).
4
Menurut Ujiyanto dan Agus Pramuka (2007:10) kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola. Apabila proporsi kepemilikan manajerial ditingkatkan maka kepentingan pihak manajemen akan sejalan dengan kepentingan pemegang saham (owner manager), sehingga akan mengurangi konflik keagenan yang pada akhirnya akan mengurangi biaya keageanan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bermaksud meneliti biaya keagenan yang dijelaskan melalui kebijakan dividen, leverage, dan kepemilikan manajerial dengan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 sebagai objek penelitian. Pokok masalah yang akan diteliti ini adalah sebagai berikut: 1)
Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kos keagenan?
2)
Apakah leverage berpengaruh terhadap kos keagenan?
3)
Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kos keagenan?
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap kos keagenan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010.
5
2) Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap kos keagenan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. 3) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kos keagenan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010.
1.2.2
Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian
ini adalah : 1)
Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk memperkuat teori yang ada, khususnya yang berhubungan dengan kos keagenan, serta nantinya diharapkan agar dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian pada bidang yang sama.
2)
Kegunaan praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan yang bijaksana terutama yang berkaitan dengan masalah kos keagenan.
1.3
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri atas lima bab, dan antara satu bab dengan bab yang lain
merupakan satu kesatuan. Secara garis besar isi dari masing-masing bab dapat digambarkan sebagai berikut.
6
BAB I
:
Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah dan pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II
:
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait dan digunakan sebagai acuan dalam penelitian sekarang, dan perumusan hipotesis. Teori yang digunakan yaitu teori keagenan, kos keagenan, teori struktur modal, kebijakan dividen, leverage, struktur kepemilikan, dan kepemilikan manajerial.
BAB III
:
Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional
variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV
:
Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, hasil deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan penelitian.
7
BAB V
:
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan dari hasil penelitian serta saran bagi penelitian selanjutnya.
8