BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi yang menarik bagi investor kecil karena reksadana menawarkan kesempatan bagi investor kecil untuk berinvestasi dengan portofolio yang dikelola oleh manajer investasi yang profesional (Debasish, 2009). Investor yang tidak memiliki dana yang cukup besar, waktu yang banyak, pemahaman, dan keahlian dalam membuat portofolio optimal dapat menyalurkan keinginan investasi mereka pada reksadana karena portofolio mereka akan dikelola oleh manajer investasi yang profesional. Menurut Jacob, Shelvi, dan Athira (2013), faktor yang mendorong reksadana menjadi alternatif investasi yang menarik adalah keamanan, adanya manajer investasi sebagai pengelola portofolio, adanya diversifikasi, kenyamanan, dan likuiditas. Oleh karena itu, reksadana memiliki potensi untuk menjadi instrumen investasi yang diminati masyarakat. Ukuran keberhasilan reksadana diukur melalui kinerjanya. Kinerja reksadana di Indonesia tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan (Murhadi, 2010). Namun demikian pada tahun 2015, kinerja reksadana Indonesia mengalami penurunan (ekbis.sindonews.com). Penurunan tersebut dikarenakan adanya sentimen di pasar yang terus memburuk, seperti perlambatan ekonomi global, spekulasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), tertekannya nilai tukar rupiah
1
2
terhadap dolar Amerika Serikat (USD), dan adanya keberlanjutan aksi jual saham oleh investor asing ikut mempengaruhi kondisi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
dan
reksadana
Indonesia
(Viliawati1,
2015
dalam
ekbis.sindonews.com). Pada umumnya kinerja reksadana diukur dengan menggunakan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen’s Alpha. Ketiga metode tersebut pada dasarnya tidak memperhatikan diversifikasi. Di sisi lain, diversifikasi merupakan hal yang penting bagi investor. Melalui diversifikasi yang tepat, risiko dapat diminimalisasi tanpa mempengaruhi return portofolio yang diharapkan (Radcliffe, 1997: 221). Namun kenyataannya, pengukuran kinerja reksadana banyak yang tidak memperhatikan
konsep
diversifikasi,
misalnya
pengukuran
Treynor
yang
menggunakan beta sebagai pengukur risiko berdalih bahwa portofolio yang dibentuk adalah portofolio optimal, sehingga risiko unik dapat diabaikan. Sebagai penyempurna pengukuran-pengukuran sebelumnya, Hartono (2013) menyatakan bahwa dengan metode Reward to Diversification (RDIV) kinerja portofolio dapat diukur dengan menunjukkan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dapat dilakukan namun tidak dilakukan oleh portofolio. Penelitian mengenai kinerja reksadana telah menarik perhatian para peneliti sehingga penelitian tentang kinerja reksadana banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penelitian Murhadi (2010) menggunakan metode Henriksson 1
Viliawati merupakan analis riset PT Invofesta Utama
3
dan Merton dan metode Treynor dan Mazuy untuk mengukur kinerja reksadana. Penelitian Narayasamy dan Rathnamani (2013) menggunakan metode rasio Sharpe. Penelitian Debasish (2000) dan penelitian Shah dan Hijazi (2005) menggunakan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen’s Alpha. Penelitian Kiymas (2015) menggunakan metode Sharpe dan Jensen Alpha. Berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya, penelitian ini mencoba menguji kinerja reksadana dengan menggunakan metode RDIV yang merupakan metode yang diciptakan oleh Hartono (2013) sebagai penyempurna dari metode Sharpe dan metode Treynor. Dalam penelitian ini, reksadana yang dipilih adalah reksadana saham, reksadana campuran, dan reksadana pendapatan tetap dengan alasan bahwa ketiga reksadana tersebut adalah reksadana yang memiliki risiko yang paling besar dibanding reksadana-reksadana lainnya sehingga sesuai dengan konsep diversifikasi atau penyebaran risiko.
1.2. Permasalahan Penelitian Penelitian ini mengangkat isu yang telah berkembang pada dunia pasar modal, khususnya pasar modal di Indonesia terkait dengan pengukuran kinerja reksa dana. Alat ukur kinerja reksadana yang biasa digunakan adalah pengukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen’s Alpha. Namun pengukuran dengan metode-metode tersebut belum mampu menunjukkan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dicapai oleh suatu portofolio tetapi tidak mampu dicapai oleh portofolio tersebut. Oleh
4
karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penelitian ini berfokus pada pengukuran kinerja reksadana dengan menggunakan metode RDIV. Metode RDIV merupakan suatu metode pengukuran kinerja portofolio yang diperkenalkan oleh Hartono (2010) sebagai metode mutakhir hasil penyempurnaan dari metode Sharpe dan metode Treynor. Metode ini mengukur kinerja reksa dana dengan membagi return lebih (excess return) dengan risiko total yang dikurangi risiko sistematiknya. Nilai tersebut menunjukkan besarnya diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio atau reksadana.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah reksadana jenis apakah yang memiliki kinerja lebih baik berdasarkan return dan diversifikasi risiko selama periode 1 Januari 2010 sampai 31 Oktober 2015?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji jenis reksadana yang memiliki kinerja lebih baik berdasarkan return dan diversifikasi risiko selama periode 1 Januari 2010 sampai 31 Oktober 2015.
5
1.5. Kontribusi Penelitian Kontribusi penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai berikut. 1. Kontribusi praktik yaitu bermanfaat bagi
investor yang akan menanamkan
modalnya pada reksadana dan bagi manajer investasi yang mengelola reksa dana. Dengan menggunakan metode RDIV, investor
dan manajer investasi dapat
mengetahui kinerja reksadana berdasarkan return dan diversifikasi risiko. Hasil riset ini diharapkan dapat membantu para investor dan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi karena dengan metode ini investor atau manajer investasi dapat mengukur besaran risiko yang sebenarnya masih melekat pada portofolio atau reksadana. Investor dan manajer investasi diharapkan akan menjadi lebih fokus terhadap risiko sehingga pada periode selanjutnya mereka dapat menghitung risiko dengan menggunakan metode RDIV untuk membuat portofolio guna memperoleh risiko yang lebih kecil tanpa mengurangi return yang diharapkan. 2. Kontribusi teori yaitu bermanfaat bagi para akademisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada pasar modal. Jika metode-metode sebelumnya, seperti metode Sharpe, Treynor, dan Jensen’s Alpha, mengabaikan diversifikasi risiko, maka sebaliknya metode RDIV sangat memperhatikan diversifikasi risiko. Dengan menggunakan metode RDIV, dapat diketahui besarnya risiko yang belum mampu didiversifikasi oleh reksadana tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis bahwa metode
6
RDIV yang diciptakan oleh Hartono (2013) dapat dijadikan sebagai alternatif pengukur kinerja portofolio atau reksadana.
1.6. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan tentang landasan teori dan penelitian sebelumnya yang berkaitan dan mendukung penelitian ini. Landasan teori pada penelitian ini diperoleh dari beberapa buku teks dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB 3 METODA PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan tentang populasi dan sampel penelitian, jenis data, strategi dan teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS HASIL DAN DISKUSI Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran umum obyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan diskusi. BAB 5 PENUTUP Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.