BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan, tumbuhtumbuhan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, dimana satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan berjalannya waktu, potensi hutan dewasa ini semakin menurun drastis. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya pembalakan liar, kebakaran, bencana alam, dan sebagainya. Hal ini yang menyebabkan hutan semakin rusak dan hilang secara perlahan. Menurut Porkas (1994), seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah, pohon-pohonnya menutupi 80 – 95% dari luas lahan total. Tutupan hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 juta hektar, namun sekarang tutupan hutan hanya tersisa sekitar 98 juta hektar saja. Kerusakan hutan ini dapat menghambat mata pencaharian masyarakat, karena hutan sebagai tumpuan hidup bagi mereka khususnya masyarakat yang bermukim di dekat hutan. Kebutuhan manusia tidak lepas dari keberadaan hutan sebagai sumber penyedia kayu yang utama. Luas hutan alam Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia telah kehilangan hutan alamnya sebesar 72% (World Resource Institute, 2003). Menipisnya potensi hutan di Indonesia salah satu penyebabnya yaitu
1
2
adanya peningkatan kebutuhan manusia akan produk hutan berupa kayu. Kayu yang secara komersial memiliki nilai ekonomis yang tinggi menjadi alasan terjadinya deforestasi atau kerusakan hutan. Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun dan tercatat sebagai tiga terbesar di dunia (World Bank, 1990). Hasil produksi hutan alam yang telah rusak diyakini tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan manusia akan kayu. Hutan tanaman yang disebut sebagai pengganti berkurangnya hutan alam belum mencukupi kebutuhan kayu yang optimal. Akibatnya, pasokan kayu untuk bahan konstruksi beralih dari kayu komersial menjadi kayu non komersial yang memiliki nilai keawetan rendah. Menurut Martawijaya et al. (1995), dari 3.132 jenis kayu yang sudah dikelompokkan, hanya sebagian kecil yang mempunyai keawetan tinggi yaitu sebanyak 14,3 % termasuk kelas awet I dan II. Sisanya terdiri dari jenis kayu yang kurang atau tidak awet yaitu 85,7 % termasuk kelas awet III, IV dan V, sehingga untuk dapat digunakan dengan memuaskan harus diberikan perlakuan terlebih dahulu. Penggunaan
kayu
dengan
tingkat
keawetan
rendah
akan
menimbulkan masalah berupa semakin pendek umur pakai kayu. Salah satu penyebab berkurangnya umur pakai kayu adalah organisme perusak kayu. Organisme perusak kayu yang memiliki pengaruh besar dalam kemunduran kualitas kayu salah satunya adalah jenis rayap. Menurut Rudi (2002), Indonesia merupakan negara Mega biodiversity yang mempunyai 200 jenis rayap dan 5 diantaranya merupakan rayap yang berpotensi dalam
3
merusak kayu. Rayap merupakan serangga yang memiliki sifat sosial dan hidup secara berkoloni dengan jumlah yang bervariasi, mulai dari beberapa ribu individu sampai berjuta-juta serangga (Coulson dan Lund, 1987). Tarumingkeng (1971) juga mengutarakan bahwa rayap merupakan serangga yang paling banyak menimbulkan kerusakan kayu, hal ini disebabkan karena makanan utamanya adalah kayu atau bahan-bahan lain yang mengandung selulosa. Mudahnya kayu diserang oleh organisme perusak kayu menyebabkan kayu bernilai rendah bila digunakan sebagai kayu konstruksi, furniture, kerajinan dan lainnya. Menurut Hunt dan Garrat (1986), salah satu upaya untuk memperpanjang umur pemakaian kayu adalah dengan proses pengawetan. Salah satu jenis kayu dengan potensi yang cukup banyak di Indonesia adalah kayu mahoni (Swietenia macrophylla King). Kayu mahoni termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet III serta daya tahan kayu mahoni terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light) termasuk kelas III (Martawijaya et al., 1989). Salah satu industri kayu yang menggunakan kayu tersebut sebagai bahan baku utamanya adalah PT. Yogya Indo Global yang berlokasi di daerah Bantul, Yogyakarta. Industri kayu ini bergerak dalam pembuatan furniture, mebel, konstruksi, dan hiasan rumah lainnya. PT. Yogya Indo Global selain menggunakan kayu mahoni sebagai bahan baku industrinya, juga menggunakan kayu jenis lain seperti jati, akasia, mindi, munggur, albazia, mangga, dan nangka. Untuk menambah umur pakai produk yang
4
dihasilkan, PT. Yogya Indo Global selalu melakukan proses pengawetan pada bahan baku kayu yang akan digunakan. Bahan pengawet yang digunakan oleh PT. Yogya Indo Global adalah Deltametrine Wood Protectant. Deltametrine Wood Protectant merupakan salah satu bahan pengawet paling aktif yang tersedia untuk melindungi dan mengawetkan kayu dari serangan rayap dan kumbang. Metode pengawetan yang digunakan di PT. Yogya Indo Global yaitu rendaman dingin karena metode ini dirasa cukup sederhana untuk proses pengawetan kayu. Dari uraian diatas, maka akan dicoba penelitian mengenai pengawetan kayu dari jenis kayu mahoni pada berbagai konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman yang dilakukan. Bahan pengawet yang digunakan mengikuti bahan pengawet yang ada di PT. Yogya Indo Global yaitu Deltametrine Wood Protectant. Penelitian ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan kayu perindustrian serta mampu meningkatkan daya saing dengan kayu yang sudah mempunyai keawetan alami yang lebih tinggi khususnya di PT. Yogya Indo Global. Dari penelitian sebelumnya, Persada (2011) membuktikan bahwa penelitiannya memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai mortalitas rayap. Berdasarkan penelitian tersebut nilai rata-rata yang didapat yaitu pada contoh uji kontrol sebesar 49,33 %; konsentrasi 0,005 % sebesar 70,22 %; konsentrasi 0,01 % sebesar 100 %; dan konsentrasi 0,05 sebesar 100 %. Penelitian ini menggunakan bahan baku yang sama yaitu bahan pengawet Deltametrine Wood Protectant dan kayu mahoni.
5
1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi bahan pengawet yang optimal pada proses pengawetan kayu mahoni untuk mencegah serangan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light). 2. Mengetahui lama perendaman kayu yang optimal pada proses pengawetan kayu mahoni sehingga memiliki sifat ketahanan terhadap serangan rayap kayu kering. 3. Mengetahui pengaruh interaksi faktor konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman pada pengawetan kayu mahoni dengan metode rendaman dingin untuk mencegah serangan rayap kayu kering.
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang efektifitas pengaruh konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman terhadap pengawetan kayu mahoni. Apabila diperoleh konsentrasi bahan pengawet dan lama perendaman yang tepat, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Yogya Indo Global untuk mengawetkan kayu mahoni sebagai bahan baku utama dalam industrinya.