BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Dalam kondisi yang tidak menentu dalam suatu proses bisnis, kejadian untuk
masa mendatang sulit untuk diprediksi sehingga proses perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi menjadi suata kendala. Salah satu alat yang dapat membantu merencanakan, koordinasi dan komunikasi antara manajemen adalah anggaran. Anggaran adalah gambaran kuantitatif dari tujuan-tujuan manajemen dan sebagai alat untuk menentukan kemajuan dalam mencapai tujuan tersebut. Hansen & Mowen (1985) dalam Asriningsih (2006) menjelaskan bahwa anggaran merupakan suatu metode penerjemah tujuan dan sasaran organisasi. Anggaran tidak hanya merupakan perencanaan keuangan dari pusat-pusat pertanggung jawaban dalam perusahaan tetapi juga alat pengendalian, koordinasi dan komunikasi. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward dan informasi sejauh mana tujuan anggaran tersebut telah dicapai, sebagai feed back, manajer dapat mengukur Efisiensi, mengidentifikasi masalah, dan dalam aplikasinya juga bisa berperan sebagai koordinasi antara beberapa fungsi dalam perusahaan, seperti penjualan, produksi, cash flow dan lainnya. Untuk mencapai tujuan penganggaran tersebut, menurut Kenis (1979) dalam Anthony & Govindarajan (2004) sebuah anggaran harus memenuhi kriteria atau karakteristik dalam mencapai tujuan yaitu dengan adanya partisipasi dalam penyusunan 1
2
anggaran (Budgetary participation), adanya kejelasan sasaran anggaran (Budget goal clarity), adanya umpan balik anggaran (Budgetary Feedback), adanya evaluasi anggaran (Budgetary evaluation), adanya tingkat kesulitan anggaran yang tidak tinggi (Budget goal difficulty). Menurut Brownell (1982) dalam Oktavianus P (2002), partisipasi penyusunan anggaran sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Partisipasi banyak menguntungkan sebuah organisasi. Hal ini didapat dari hampir semua penelitian tentang partisipasi. Sord dan Welsch (1985) dalam Oktavianus P (2002) mengemukakan bahwa tingkat partisapasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula. Partisipasi telah ditunjukan berpengaruh secara positif terhadap
sikap pegawai, meningkatkan
kuantitas dan
kualitas produksi, dan
meningkatkan kerjasama diantara para manajer. Apabila dalam penyusunan anggaran tidak memperhatikan salah satu pihak, atau komunikasi antara bawahan dan atasan kurang berjalan dengan baik, maka kemungkinan bisa mengakibatkan sistem anggaran yang tidak berjalan sesuai, dikarenakan adanya pihak yang kurang puas dengan anggaran yang telah disusun. Sebagai contohnya, salah satu pihak yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan anggaran akan cendrung membuat anggaran yang menguntungkan bagi anggota atau organisasi mereka, yaitu dengan membuat anggaran yang mudah dicapai oleh anggota atau organisasinya, sehingga dalam praktiknya, anggaran tersebut selalu dapat dicapai oleh team atau organisasinya. Hal ini biasanya disebut budget slack, yaitu membuat anggaran supaya mudah dicapai dengan cara merendahkan pendapatan dan meningkakan biaya.
3
Schiff dan Lewis (1974) menyatakan bahwa proses penyiapan anggaran selalu melalui proses tawar menawar tentang tujuan - tujuan operasional dan setiap kesepakatan yang dihasilkan menggambarkan konsesus yang diterima bersama. Begitu anggaran disetujui, organisasi dapat digambarkan sebagai suatu yang sedang berada dalam keadaan kuasi-resolusi konflik (penyelesaian konflik yang bersifat semu). Adanya perbedaan informasi antara bawahan dan atasan mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja menejer juga dimungkinkan mempunyai pengaruh terhadap kualitas partisipasi dalam menyusun anggaran. Penelitian yang dilakukan terhadap anggaran telah dilakukan secara terus menerus, para peneliti secara luas menguji pengaruh karakteristik sasaran penganggaran terhadap dampak prilaku manajerial, khususnya terhadap kinerja manajerial. Meskipun demikian, bukti yang didapat adanya ketidak jelasan hubungan antara karakteristik sasaran penganggaran (partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran anggaran, dan umpan balik anggaran) dengan kinerja manajerial. Misalnya Brownell (1982), Brownell dan McInnes (1986), dan Shields et al. (2000), menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Namun, hasil penelitian Milani (1975), Brownell dan Hirst (1986) dalam Wiyantoro dan Sabeni (2007) menyatakan hubungan yang tidak signifikan. Selanjutnya hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial tidak banyak dilakukan, tetapi hubungan antara kejelasan dan spesifikasi task-goal terhadap komitmen pencapaian sasaran dan timbulnya kepuasan terhadap karyawan mempunyai hubungan positif. Hasil penilitian Kenis (1979), Steers (1975) yang berhubungan dengan pengaruh kesulitan anggaran atas sikap, motivasi dan kinerja para
4
manajer adalah lemah. Hubungan umpan balik anggaran dengan kinerja pada manajer oleh Hofstede (1967), Hackman dan Lawyer (1971) mendapatkan hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan, tetapi oleh Steer (1975), Kim dan Hammer (1976) menyatakan hubungan yang positif dan signifikan. Hasil penelitian Pasoloran (2002) menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial, sedangkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh tingkat kesulitan sasaran anggaran dan umpan balik anggaran tidak signifikan hasil penelitian tersebut mendukung temuan Kenis (1979). Dengan berbagai hasil penelitian yang belum pasti, Hopwood (1976) dan Govindarajan (1986) dalam Oktavianus P (2002) menyatakan bahwa kemungkinan belum adanya kesatuan hasil penelitian anggaran dikarenakan bahwa hubungan antara anggaran dan kinerja manajerial tergantung pada faktor-faktor tertentu (faktor situasional dan faktor kontekstual) atau yang lebih dikenal dengan istilah variabel kontijensi yang terdiri dari faktor individual, interpersonal, organisasional, kultur, teknologi, tugas dan lingkingan. Fisher (1998) menyatakan bahwa variabel kontinjen lebih cocok diterapkan pada jenis bisnis yang menunjukan adanya perbedaan utama bagaimana atribut pengendalian dan tindakan dihubungkan dengan kinerja. Chenhall (1994), Mia (1993) menyatakan bahwa sistem pengendalian yang digunakan dalam organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja organisasi. Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari analisa teoritis Hirst (1987) dan Penelitian ulang (reflikasi) yang telah dilakukan oleh Pasoloran (2002) perbedaannya adalah terletak pada variabel moderasi yang digunakan dengan alasan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Pasoloran (2002) dengan menguji kesesuaian ketidakpastian
5
lingkungan terhadap karakteristik sasaran penggaran dengan kinerja manajerial menunjukan hasil yang tidak jelas (tidak signifikan) hal ini disebabkan karena penggunaan variabel moderasi ketidakpastian lingkungan mungkin cocok digunakan untuk mengukur presepsi kinerja top manajer bukan manajer fungsional. Untuk memperkuat argumentasi ini, menurut Hirst (1987) dalam oktavianus P (2002) pengaruh dari suatu variabel moderasi yang potensial yaitu ketidakpastian tugas pada hubungannya antara Goal Setting
dengan kinerja manajerial. Lanjut Hirst
mengatakan bahwa kesulitan yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan kognitif dimana ketidakpastian tugas tinggi konsekuensinya akan memoderenisasi hubungan antara Goal Setting dengan kinerja manajerial B.
Rumusan Masalah Penelitian ini menggunakan ketidakpastian tugas sebagai variabel moderasi
terhadap hubungan antara karakteristik sasaran penggaran yaitu partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran anggaran dan umpan balik anggaran dengan kinerja material seperti yang disarankan oleh Kenis (1979) dalam Anthony & Govindarajan (2004) dan menguji secara empiris suatu analisis teoritis dari Hirst (1987) hasil penelitian ulang (reflikasi) yang telah dilakukan oleh Pasoloran (2002). Oleh karena itu pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
6
2. Apakah kejelasan sasaran anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 3. Apakah kesulitan sasaran anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 4. Apakah umpan balik anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. 5. Apakah ketidakpastian tugas akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. 2. Untuk mengetahui kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. 3. Untuk mengetahui pengaruh dalam kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. 4. Untuk mengetahui pengaruh umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial. 5. Untuk mengetahui pengaruh ketidakpastian tugas (task uncertainly) dalam meningkatkan kinerja manajerial. D.
Kontribusi Penelitian 1. Untuk menginformasikan dan sumbangan empiris terhadap teori kontijensi dan gol setting.
7
2. Memberikan masukan pada pengembangan literatur akutansi managemen untuk penelitan - penelitian berikutnya. 3. Laporan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperdalam informasi dan dapat menambah wawasan peneliti sendiri khususnya dan secara umum terhadap manajemen MNCTV. 4. Memberikan kontribusi pengetahuan mengenai akutansi management khususnya penganggaran kepada karyawan MNCTV.