BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan Kota Pelajar. Pesatnya perkembangan pendidikan telah menggiring Yogykarta sebagai tujuan favorit guna melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Banyak generasi muda dari berbagai penjuru tanah air menuntut ilmu di Yogyakarta. Ini merupakan kesempatan besar bagi para pebisnis untuk terus melirik usaha yang dapat selalu diminati, khususnya oleh para mahasiswa, apalagi jumlah mahasiswa yang ada di Yogyakarta sangat besar dan akan terus bertambah tiap tahunya. Bertambah
banyaknya
mahasiswa
yang
mencari
ilmu
di
Yogyakarta dari tahun ketahun mampu menciptakan ide-ide kreatif para pelaku ekonomi di sektor informal untuk mendirikan tempat-tempat usaha dalam menjalankan bisnisnya. Salah satunya bisnis yang berkembang pesat adalah jual beli makanan atau kuliner. Saat ini, semakin banyak tempat usaha kuliner yang berdiri di Yogyakarta. Salah satunya tempat nongkrong (duduk-duduk) atau bersosialisasi yang menawarkan berbagai menu dari racikan kopi, tentunya sesuai dengan harga yang terjangkau oleh mahasiswa, sebagai kota pelajar dengan mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia, kehidupan di Yogyakarta tak pernah sepi, termasuk warung kopi yang cepat menangkap fenomena ini sebagai lahan bisnis.
Berkembangnya warung kopi atau kedai-kedai kopi di Yogyakarta menjadi alur baru bagi mahasiswa yang ada. Berbagai macam bentuk dan konsep yang ditawarkan mulai dari yang berfasilitas sambungan internet tanpa kabel (hotspot) hingga yang lesehan sederhana dan tanpa sekat memungkinkan menampung banyak orang, serta dengan penerangan lampu-lampu kuning dan dinding bambu. Harga jual makanan dan minuman pun sangat murah serta terjangkau dengan kualitas makanan dan minuman yang memuaskan, sehingga pada akhirnya mampu melahirkan alternative dan tradisi nongkrong di kedai kopi atau warung kopi selain angkringan. Kedai kopi atau warung kopi mulai ramai biasanya dari sore hari hingga malam hari. Pengunjungnya lebih didominasi oleh mahasiswa, yang datang sepulang mereka dari tempat kuliah. Karena itulah kedai atau warung kopi menjadi identik dengan kelompok mahasiswa. Mahasiswa banyak menyerbu kedai atau warung kopi yang sudah terkenal ramai, di antaranya seperti kedai kopi Goeboex, Semesta, Nusantara, Matto dan kedai kopi Blandongan. Salah satu warung kopi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah warung kopi Blandongan. Warung Kopi Blandongan yang berciri khas Jawa Timur merupakan salah satu warung kopi terbesar di Yogyakarta, dan merupakan generasi pertama warung kopi yang ada di Yogyakarta. Warung kopi yang berdiri pada tanggal 17 mei 2000 ini merupakan warung kopi generasi pertama di Jogjakarta karena pada waktu
itu belum ada warung kopi yang benar-benar menyediakan minuman kopi, bukan kopi instan atau sachet, kopi yang benar-benar dari biji kopi dan diracik secara tradisional. Warung kopi ini bukan angkringan dan juga bukan warung burjo. Warung kopi blandongan biasa buka pada jam 08.00 dan tutup pada jam 24.00. Dua orang yang berasal dari Jawa Timur yang mempunyai ide untuk mendirikan usaha warung kopi ini. Dengan konsep yang serba minimalis, sederhana, suasana tempatnya yang nyaman, dan tidak adanya perbedaan dalam servis penjual kepada pembeli, semua pembeli baik mahasiswa, masyarakat umum, atau pun orang yang termasuk dalam komunitas
Blandongan. Dengan harga makanan dan minuman yang
sangat terjangkau oleh mahasiswa, yaitu antara Rp 2000,00 sampai Rp 8.000,00 sudah bisa menikmati secangkir kopi dengan makanan cemilan, menjadikan warung kopi ini selalu ramai oleh mahasiswa. Banyak mahasiswa dari berbagai macam universitas di Yogyakarta biasa meluangkan waktu di kedai kopi ini. Selain ngopi (minum kopi), berbagai macam aktivitas mereka lakukan di tempat tersebut, mulai dari yang santai sekedar datang untuk menikmati secangkir kopi, bermain catur, bermain kartu, atau datang berombongan kemudian memainkan alat musik sederhana guna meramaikan suasana, atau datang berombongan dan melakukan diskusi. Diskusi yang dilakukan pun bermacam-macam. Ada yang sekedar membahas tugas kuliah, hingga berdiskusi tentang pekerjaan. Yang tidak kalah menarik pula, ada aktivitas yang unik di
warung kopi Blandongan yaitu nyethe. Nyethe adalah kegiatan menggambar sebatang rokok dengan menggunakan ampas kopi sebagai tintanya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di warung kopi tersebut menjadikan warung kopi sebagai ruang bersama atau ruang alternatif baru bagi mahasiswa untuk memperbincangkan berbagai permasalahan, yang merangkai komunikasi dari berbagai latar belakang. Secara disadari atau tidak, warung kopi telah menjadi tanda yang mengukuhkan sebuah identitas baru, melalui bertemunya beragam orang, status sosial, agama, karakter, perilaku, kebudayaan hingga bahasa yang berbeda-beda pula. Mereka (mahasiswa) yang datang ke warung kopi bukan hanya sekadar untuk menghabiskan uang, akan tetapi juga untuk mengkomunikasikan makna-makna tertentu. Apa yang dikonsumsi bukan lagi sekadar obyek tetapi juga makna-makna sosial yang tersembunyi di dalamnya. Makna merupakan produk sosial yang muncul pada saat interaksi terjadi. Dengan adanya interaksi antara penjual dengan pembeli, interaksi antar pembeli, adanya toleransi antara pembeli dengan orang yang ada di warung kopi Blandongan maka muncul suatu komunitas di warung kopi Blandongan tersebut. Komunitas tersebut dinamakan Komunitas Warung Kopi Blandongan. Komunitas warung kopi blandongan dibuat oleh para pelanggan yang juga merupakan penikmat kopi blandongan dengan persetujuan sang pemilik tempat warung kopi blandongan. Komunitas
warung kopi blandongan terbentuk karena kesamaa hobi dari para pelanggan yaitu ngopi (minum kopi) dan nyethe. Selain itu, warung kopi Blandongan juga bukan hanya sekedar tempat atau ruang publik yang dimanfaatkan oleh mahasiswa, dan pembeli, ataupun anggota komunitas warung kopi blandongan tetapi juga tempat dimana memiliki berbagai macam makna. Makna apa lagi yang terdapat warung kopi blandongan? Dan bagaimana pembentukan solidaritas sosial pada komunitas kopi blandongan”. Inilah yang akan coba dicari lebih lanjut melalui penelitian ini.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat persoalan yang menarik untuk dikaji lebih mendalam yaitu :
1. Bagaimana anggota komunitas warung kopi blandongan memaknai warung kopi blandongan? 2. Bagaimana solidaritas terbentuk dalam komunitas warung kopi Blandongan?
C.
Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana mahasiswa anggota komunitas warung kopi blandongan dalam memaknai keberadaan warung kopi blandongan
2. Mengetahui tebentuknya solidaritas dalam komunitas warung kopi Blandongan
D.
Kerangka teori Adapun arti atau pengertian dari kata komunitas, yaitu komunitas
berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Pengertian Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Soenarno (2002), definisi komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut
karena
adanya
kesamaan
interest
atau
values.
(http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-komunitasuntukku.html). Suatu komunitas tidak akan terbentuk jika tidak ada interaksi sosial dan komunikasi antara manusia yang satu dengan yang manusia lainya. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orangorang
untuk
saling
mempengaruhi
perasaan,
pikiran
dan
tindakan.(http://mrpams.multiply.com/journal/item/17). Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian. Interaksi sosial merupakan hubungan tersusun dalam bentuk tindakan berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dan disinilah dapat kita amati atau rasakan bahwa apabila sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi tersebut akan berlangsung secara baik, begitu pula sebaliknya, manakala interaksi sosial yang dilakukan tidak sesuai dengan norma dan nilai dalam masyarakat, interaksi yang terjadi kurang berlangsung dengan baik. Komunitas dianggap mampu mengembangkan diri melalui bentuk hubungan yang tercipta di dalamnya. Tanpa adanya komunikasi yang saling merespon itu tentu sebuah komunitas hanya akan jalan di tempat dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Tipe individu yang berbeda dan kepentingan yang kompleks mengakibatkan individu masuk dalam sebuah kelompok atau yang disebut dengan komunitas. Melalui komunitas kompleksitas
masyarakat
seolah diatur untuk masuk ke
dalam
kelompoknya yang memiliki kesamaan. Kompleksitas membentuk masyarakat untuk terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Pada perkembangannya ternyata komunitas menjadi sarana yang penting bagi individu untuk mengembangkan diri. Hal ini cukup menjelaskan bahwa interaksi yang tercipta dalam sebuah komunitas tidak sekedar untuk menyamakan kepentingan atau pencapaian tujuan tertentu. Melalui komunitas diharapkan bahwa individu mendapatkan sebuah manfaat yang mampu mengembangkan pribadinya, baik itu dalam kelompoknya maupun dalam
bentuk
masyarakat
yang
lebih
luas.
Sebuah
komunitas
memunculkan eksistensinya melalui pengembangan diri. Kualitas juga merupakan hal penting yang nantinya menjadi tolak ukur atau dasar penilaian orang terhadap komunitas tersebut. Pada dasarnya sebuah komunitas itu terbentuk dari hubungan yang akrab dan personal dari masing-masing individu yang terdapat di dalamnya. Dari pola hubungan yang seperti itu setidaknya memunculkan sebuah ikatan emosional yang tentunya mempengaruhi individu dalam interaksinya di dalam komunitas tersebut. Secara sosiologi pembahasan mengenai kelompok sosial berarti melihat pada hubungan eksternal, bukannya internal. Maksudnya bahwa kelompok sosial memusatkan perhatiannya pada peranan kelompok dalam suatu lingkup tertentu. Hal ini terlihat pada interaksi ketika penjual di warung kopi Blandongan memberikan pelayanan yang maksimal terhadap konsumenya yang rata-rata kebanyakan mahasiswa. Dengan demikian, para konsumen
yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa memberikan kepercayaan yang besar pada jasa mereka. Kemudian interaksi antar para pembeli yang ditambah dengan toleransi yang baik kemudian terbentuk komunitas penikmat kopi Blandongan. Dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses dimana adanya stimulus secara otomatis dan menimbulkan tanggapan dan respon. Menurut Peter L.Berger dan Thomas Luckman dalam bukunya Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, interaksi sosial sebagai subject matter sosiologi. Interaksi ini melibatkan hubungan individu dengan masyarakat. Individu adalah acting subject, makhluk hidup yang senantiasa bertindak dalam kehidupan sehari-harinya. Tindakan individu dilandaskan pada makna-makna subyektif yang dimiliki aktor tentang tujuan yang hendak dicapainya, cara atau sarana untuk mencapai tujuan, dan situasi serta kondisi yang melingkupi pada sebelum dan atau saat tindakan itu dilaksanakan. Masyarakat merupakan suatu satuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari relasi-relasi antar manusia yang (relatif) besar dan berpola (Samuel, 1993: 3). Interaksi sosial sebagai subject matter adalah interaksi sosial dengan dimensi horisontal dan vertikal. Horisontal tak hanya bermakna interaksi antar individu dengan individu lainnya, tetapi meliputi kelompok dan struktur sosial, di buku ini Berger dan Luckmann (1990)
merumuskan teori
konstruksi sosial atau sosiologi pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat, seperti konsep, kesadaran umum,
wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia. “Society is a human product”. Proses objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an objective reality”. Proses internalisasi ialah individu mengidentifikasi
diri di tengah lembaga-
lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. “Man is a social product”. Dalam kehidupan sehari-hari telah menyimpan dan menyediakan kenyataan, sekaligus pengetahuan yang membimbing perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari menampilkan realitas obyektif yang ditafsirkan oleh individu, atau memiliki makna-makna subyektif. Di sisi lain, kehidupan sehari-hari merupakan suatu dunia yang berasal dari pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan individu, dan dipelihara sebagai ’yang nyata’ oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar-dasar pengetahuan tersebut diperoleh melalui obyektivasi dari proses-proses (dan makna-makna) subyektif –yang membentuk dunia akal-sehat intersubyektif (hlm. 29). Pengetahuan akal-sehat adalah pengetahuan yang dimiliki bersama (oleh individu dengan individu-individu lainnya) dalam kegiatan rutin yang normal. Selain timbulnya interaksi sosial dibutuhkan juga solidaritas dalam sebuah komunitas. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan
antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Dalam bukunya Durkheim menganalisa tentang pengaruh kompleksitas dan spesialisasi pembagian kerja dalam struktur dan perubahan-perubahan yang diakibatkan
dalam
bentuk-bentuk
pokok
solidaritas
sosial.
Pertumbuhan dan pembagian kerja meningkatkan suatu perubahan dalam struktur sosial pada solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas sosial menurutnya dibagi menjadi dua yaitu pertama, mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif (collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral. Doyle Paul Johnson (1994),
secara
terperinci
menegaskan
indikator
sifat
kelompok
sosial/masyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, yaitu: Pembagian kerja rendah, kesadaran kolektif kuat, hukum represif dominan, individualitas rendah, konsensus terhadap pola normatif penting, Adanya
keterlibatan
komunitas
dalam
menghukum
orang
yang
menyimpang, Secara relatif sifat ketergantungan rendah, bersifat primitif atau pedesaan. Sedangkan yang kedua adalah solidaritas organik adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan. Doyle Paul Johnson secara terperinci menegaskan indikator sifat
kelompok sosial/masyarakat yang didasarkan pada solidaritas organik, yaitu: pembagian kerja tinggi, kesadaran kolektif lemah, hukum restitutif/memulihkan dominan, individualitas tinggi, konsensus pada nilai abstrak dan umum penting, Badan-badan kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang, saling ketergantungan tinggi, dan bersifat industrial perkotaan.
(http://megantarosmaya.blog.fisip.uns.ac.id/teori-sosiologi-
klasik).
E.
Metode penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan oleh penulis ialah penelitian
kualitatif. Penelitain kualitatif ini berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalakan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitianya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneilti dan subyek penelitian (Moleong, 1989:27). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif karena metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadap (Moleong, 1989:5)
E.1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di warung kopi Blandongan yang
terletak disebelah selatan SMU UII Sorowajan. Warung kopi ini merupakan warung kopi pertama di Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pada kemudahan mencari data dan banyaknya konsumen mahasiswa di warung kopi tersebut serta mengingat efisiensi waktu dan tenaga yang digunakan dalam penelitian.
E.2. Satuan Kajian Penelitian dan Teknik Penentuan Informan Dalam penelitian kualitatif, penentuan satuan kajian adalah penting untuk mengetahui lingkup dari subyek penelitian sebagai sumber atau tempat memperoleh keterangan (fakta). Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan strategi sampling pada dasarnya bergantung pada penetapan satuan kajian. Satuan kajian dalam penelitian ini bersifat perorangan (individu). Yang dimaksud peroangan adalah para mahasiswa pengguna jasa warung kopi Blandongan sebagai tempat konsumsinya. Oleh karena itu pengumpulan data dipusatkan disana. Terkait dalam penelitian ini, yang akan peneliti jadikan informan adalah beberapa karyawan warung kopi blandongan yang menjadi anggota komunitas blandongan, dan beberapa mahasiswa yang secara intens melakukan aktivitas nongkrong di warung kopi Blandongan. Yang dimaksud intens ialah mahasiswa yang melakukan aktivitas nongkrong di warung kopi Blandongan dihampir setiap hari dan cenderung dilakukan di
tempat yang sama. Sebagaimana hasil pra survey yang dilakukan peneliti, ditemukan beberapa mahasiswa yang secara rutin nongkrong di warung kopi Blandongan dan dilakukan setiap hari. Mereka itulah yang akan dijadikan peneliti sebagai sumber informasi utama dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga melakukan penggalian data dari pemilik warung kopi Blandongan.
F.
Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah: F.1.
Observasi Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan
dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Disini pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terlibat (Partisipant observation), yaitu peneliti tidak memberitahukan maksudnya kepada kelompok yang diselidikinya.
Peneliti
dengan
sengaja
menyembunyikan
bahwa
kehadiranya ditengah-tengah kelompok yang diselidikinya adalah untuk meneliti (Ritzer,2007:63). Pengamatan terlibat ini dilakukan untuk memperlancar peneliti dalam memasuki setting penelitian dan untuk menghindari jawaban yang kaku yang diberikan oleh informan akibat kecurigaan atau keengganan karena mencium aroma penelitian. Dengan ini diharapkan akan dapat mengungkapkan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat diungkapkan oleh informan.
Dalam penelitian ini, yang akan di observasi intensitas mahasiswa nongkrong di warung kopi Blandongan, aktivitas selama nongkrong seperti obrolan, diskusi dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti terlibat untuk ikut nongkrong di warung kopi Blandongan agar dapat mengerti langsung aktivitas mereka (mahasiswa).
F.2.
Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Untuk
wawancara, penulis mendatangi satu orang yang merupakan informan dan melakukan wawancara mendalam sehingga data yang didapat lebih maksimal. Dari orang tersebut, penulis akan meminta rekomendasi untuk mencari informan berikutnya. Kegiatan mencari infornan ini dinamakan purposive sampling. Wawancara yang akan dilkaukan bersifat in depth interview yaitu wawancara secara mendalam. Wawancara adalah kegiatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang berdasarkan pada interview guide yang sudah dibuat oleh penulis. Wawancara dalam penelitain ini bersifat terbuka, karena memungkinkan penulis untuk bertanya diluar interview guide jika seandainya hal ini diperlukan sehingga intervier guide tidak kaku, lebih fleksibel dan dapat berkembang sesuai kebutuhan. Dengan dilakukannya wawancara secara terbuka dan mendalam, diharapkan informasi-informasi yang dibutuhkan dapat tergali lebih maksimal dan dapat membantu proses analisa data. Melalui penelitian kualitatif, penulis dimungkinkan memperoleh informasi-informasi yang dicari lebih banyak daripada menggunakan
metode kuantitif. Kemungkian ini dapat terjadi karena pada penelitian kualitatif peneliti dapat melakukan pendekatan yang bersifat personal dengan informan sehingga informan dapat lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penulis.
G.
Jenis Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan,penulis menggunakan
beberapa teknik yaitu observsi, wawancara mendalam (in depth interview). Selain itu penulis mengumpulkan informasi melalui data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Sumber data utama dalam penelitain kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data primer diperoleh dari kata-kata dan tindakan para informan dalam penelitian tersebut. Hasil-hasil ini dapat berupa catatan wawancara, serta dapat juga berupa foto, dan sebagainya. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh diluar kegiatan penelitian (observasi dan wawancara). Data ini dapat diperoleh melalui sumber-sumber tertulis seperti artikel, puastaka, dan sejenisnya untuk melengkapi data-data primer yang ada.
H.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data Hal berikut adalah menganalisa data. Analisa data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data. Data-data yang diperoleh, baik berupa data primer maupun sekunder, dikumpulkan, diatur, dan diurutkan. Peneglompokan data dilakuakn berdasarkan sumber datanya. Setelah dikelompokkan, data kemudian dianalisa sesuai kebutuhan penelitian. Hasil penelitian ini kemudian disajikan dalam bentuk deskriptifanalisis. Data-data yang diperoleh selama melakukan penelitian diolah, dianalisa, dan disajikan dalam bentuk pemaparan dan analisa. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan gambar, dan kesemuanya itu dapat menjdai sumber data bagi suatu penelitian. Oleh karena itu diperlukan pemaparan dan penjelasan dari data tersebut. Bentuk penyajian hasil penelitan yang deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran penyajian dengan lebih maksimal. Dan diharapkan baik penulis dan pembaca dapat memahami isi dan maksud dari penelitian ini.