BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya manusia (SDM) yang berkaitan dengan sekolah adalah pengajar atau guru. Guru harus diperhatikan dengan baik, agar merasa menjadi bagian dari suatu lembaga pendidikan atau sekolah, sehingga prestasi kerjanya dapat meningkat. Peranan guru dalam keberhasilan pendidikan harus selalu ditingkatkan dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama oleh sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang kondusif dan keharmonisan antara tenaga pendidik yang ada disekolah antara lain, Kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, yang masing-masing mepunyai peran yang cukup besar dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Piet A. Suhertian, Pendidikan adalah usaha sadar sangat sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.1 Dalam sistem pendidikan guru memegang peranan sentral yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Karena fungsi utama guru adalah merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran . disamping itu kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang memilah dan 1
Piet A. Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pembangunan Sumber Daya Manusia (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 26
1
2
memilih bahan pelajaran yang akan disampaikan oleh peserta didik.2 Harus diakui bahwa
guru merupakan faktor utama dalam proses
pendidikan, walaupun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namum bila dibimbing oleh keberadaan guru yang tidak berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal. Guru merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar untuk menghasilkan siswa (output) yang berkualitas. Maka untuk menciptakan siswa (output) yang berkualitas salah satunya dengan meningkatkan kinerja guru.3 Keutamaan seorang pendidik atau guru dapat dilihat dari tugas mulia yang diembannya, tugas yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas seorang rasul. Menurut Al-Ghozali, tugas pendidik
yang
utama
adalah
menyempurnakan,
membersihkan,
menyucikan hati manusia untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Sejalan dengan ini Abdul Ar rahman Al Nahlawi menyebutkan tugas pendidik yang pertama fungsi sebagai pembersih, kedua fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentranformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia.4 Tugas guru tidaklah ringan. Profesi guru harus
berdasarkan
panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara proposional. Jika kebutuhan guru terpenuhi berarti guru memperoleh dorongan dan daya gerak untuk 2
Syarifudin Nurdin, Guru Profesional dan implementasinya dalam kurikulum ( Jakarta : Ciputat Press, 2002 ), hlm.7 3 Ramayulis, ilmu pendidikan islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2002),hlm. 101 4 Ibid,, hlm. 103
3
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan baik, dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi profesi lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa besar kecilnya gaji seorang guru sangat menentukan kinerja guru itu sendiri sudah saatnyalah pemerintah memperhatikan kebutuhan hidup seorang guru, agar mutu pendidikan di Indonesia dapat meningkat.5 Karena perannya ini, maka wajar dan keharusan, bahwa penghargaan dan penghormatan diberikan kepada guru, baik oleh peserta didik,
masyarakat
maupun
oleh
pemerintah.
“Hormat”
tersebut
diwujudkan antara lain dalam bentuk memberikan jaminan yang mendorong semangat hidup dan motivasi kerja para guru yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan mutu pendidikan.6 Dewasa ini, masyarakat memandang jabatan guru kurang prestisius. Apalagi guru swasta, yang sistem penggajian maupun tingkat kesejahteraan guru di sekolah swasta Non-Pns memiliki rentang yang sangat ekstern, bergerak dari sistem dan tingkat kesejahtaraan yang memadai sampai dengan yang tidak memadai. Di sekolah swasta yang mapan dan dikenal oleh masyarakat, kesejahteraan gurunya tidak lagi menjadi persoalan utama. Tetapi disekolah swasta yang miskin, tingkat kesejahteraan guru sangat memprihatinkan. Keadaan yang memprihatinkan itulah yang membuat status sosial guru yang secara tradisional amat tinggi, pada masyarakat Indonesia
5
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 38-39 6 Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Cet 1 (Yogyakrta: Adicita Karya Nusa, 2001), hlm. 3 40
4
terpuruk pada ketingkat yang begitu rendah selama 30 tahun terakhir. Sebagai suatu pekerjaan yang mulia, pekerjaan guru tetap terpuji dan di sanjung, tetapi hal tersebut merupakan hiburan semata dari pada sebagai pengakuan yang benar-benar sesuai dengan status sosialnya. Dalam rangka meningkatkan status sosial guru, maka predikat guru tidak Semestinya dilupakan jasanya dan dalam Hymne Guru untuk dirubah dengan kata-kata yang lebih sesuai. Dalam hal ini Perubahan tersebut diperlakukan karena selama ini timbul kesan seolah-olah guru tidak berhak memperoleh imbalan dan menuntut haknya sesuai dengan pengabdian yang besar bagi masyarakat dan bangsanya.7 Menurut Kartono Insentif atau uang perangsang, tambahan penghasilan yang berupa uang yang diberikan untuk meningkatkan semangat kerja, diberikan oleh pemerintah kepada para guru nonpegawai negeri sipil-guru swasta, guru bantu, guru honorer. Pemberian insentif untuk para guru tersebut perlu adanya dukungan sebagai upaya pemerintah untuk mensejahterakan para guru tanpa membedakan guru negeri atau swasta. Dalam hal ini pemerintah lupa para guru swasta, yang jumlahnya hampir sebanding dengan guru negeri. Keadaan riil dilapangan menunjukan banyak yayasan dan sekolah swasta yang hanya mampu memberikan gaji di bawah standar Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Komponen gaji guru dalam biaya operasional sekolah swasta mencapai 80 persen dari seluruh anggaran, sebagai
7
Syaiful Bahri Djamarah, Op..cit.,hlm. 233
5
lembaga nonkomersial, yayasan swasta penyelenggara pendidikan hanya memperoleh sumber pendanaan rutin operasional dari uang sekolah siswa. Situasi paling berat dialami oleh para guru di sekolah-sekolah swasta kecil, baik yang ada di desa maupun di kota. Basis material sekolah-sekolah swasta tergantung pada jumlah siswa, semakin besar jumlah siswa semakin kuat pula sekolah itu dan sebaliknya.8 Pemberian insentif terhadap guru adalah sebagai pendorong yang dapat memotivasi guru untuk lebih bekerja keras secara efektif. Insentif terkait erat dengan kinerja guru. Terdapat timbal balik dua arah antara pemberian insentif dengan kinerja. Insentif diberikan karena adanya kinerja yang baik dan diberikan untuk lebih meningkatkan kinerja yang baik. Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Korelasi Antara Pemberian Insentif dengan Kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan karanganyar Kabupaten Pekalongan”
8
ST Kartono, Sekolah Bukan Pasar: Catatan Otokritik Seorang guru ( Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009 ), hlm. 117
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang memerlukan pembahasan lebih lanjut. diantaranya pada permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa besar insentif yang diberikan kepada guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar? 2. Seberapa besar tingkat Kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Karanganyar? 3. Adakah korelasi antara pemberian insentif dengan tingkat Kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar? Untuk menghindari salah penafsiran dalam
memahami judul
penelitian ” Korelasi Antara Pemberian Insentif Dengan Kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan”, maka penulis memberikan batasan masalah yang digunakan dalam judul ini sebagai berikut : 1. Pemberian Insentif Pemberian Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi.9
9
Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan, Manajemen Personalia (Yogyakarta: BPFE, 1999), hlm 56
7
2. Kinerja Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, atau kemampuan kerja.10 3. Guru Guru adalah orang yanag bertanggung
jawab memimpan dan
maengarahkan kegiatan belajar para muridnya serta berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir yang ilmiah dan pribadi yang sempurna. Guru dipandang sebagai orang yang harus digugu dan ditiru.11 Dari batasan masalah di atas, peneliti membatasi wilayah kajian kepada penelitian tentang adanya suatu korelasi antara pemberian insentif dengan kinerja guru madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar. C. Tujuan Penelitian Di dalam penelitian ini bertujuan sekaligus memberi jawaban terhadap pokok masalah seperti tersebut di atas, yaitu : 1. Untuk mengetahui seberapa besar insentif yang diberikan kepada guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar. 2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat Kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Karanganyar. 3. Untuk mengetahui adakah korelasi antara pemberian insentif dengan Kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar. 10
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet II (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.
11
Ramayulis, ilmu pendidikan islam ( Jakarta : Kalam Mulia, 2002),hlm. 85
104
8
D. Kegunaan Penelitian Dengan penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi penulis dan pembaca. Adapun kegunaan yang dimaksud sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian insentif guru Swasta maupun Negeri serta mengetahui apakah tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan keinginan pemerintah atau tidak. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2. Secara Praktis Secara praktis, dengan diadakan penelitian ini memiliki kegunaan : a. Sebagai masukan bagi guru-guru Madrasah untuk bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kinerja guru. b. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasandan pengetahuan dalam bidang penelitian. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penelitian selanjutnya, utamanya yang mengupas tentang permasalahan yang berkaitan dengan pemberian insentif kepada guru serta peningkatan kinerja guru khususnya di Madrasah Ibtidaiyah Kec Karanganyar.
9
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoretis Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian dibanyak Negara menunjukan kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa-bangsa tersebut yang ditunjukan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial budaya. Dalam
pembicaraan
tentang
pendidikan,
guru
selalu
ditempatkan pada titik sentral. Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang
diluar
bidang
pendidikan,
walaupun
pada
kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan.12 Menurut Husnan dalam bukunya manajemen personalia insentif merupakan suatu usaha dari sekolah untuk memberikan tambahan diluar upah biasa untuk mendorong guru agar bekerja lebih giat lagi dan bersemangat guna meningkatkan kinerja kerja mereka. Adapun pengertian insentif adalah merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang.13 Insentif menurut Hasibuan adalah penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tepat atau sewaktu-waktu. Oleh karena 12 13
Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan, cet 1 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 15 Suad Husnan, Manajemen Personalia (Yogyakarta: BPFE,1997), hlm 161
10
itu insentif sebagai bagian dari keuntungan, terutama sekali di berikan pada pekerja yang bekerja secara baik atau berprestasi, misalnya dalam bentuk pemberian bonus dan dapat pula diberikan dalam bentuk barang.14 Sedangkan menurut kartono Insentif adalah balas jasa yang dibayarikan kepada tenaga kerja tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar.15 Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa insentif merupakan suatu perangsang atau pendorong yang dapat menimbulkan semangat atau gairah kerja seseorang guna meningkatkan kinerja seseorang. Untuk membahas tentang kinerja guru, menurut Syaifudin Nurdin dan M. Basyirudin Usman dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional dan Implementasi dijelaskan bahwa Kinerja guru dalam mendesain program pengajaran (menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran) tahap sebelum pengajaran (pre-active) tahap pengajaran (inter-active) dan tahap sudah pengajaran (post-active). Sedangkan kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi: pemilihan
dan
penggunaan
metode,
alat,
media
dan
bahan
pembelajaran, mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, mengorganisasi waktu dalam proses
14
Malayu Hasibuan, Manajemen sumber daya manusia (Jakarta : Bumi Aksara, 2001),
hlm, 117 15
ST Kartono, Sekolah Bukan Pasar: Catatan Otokritik Seorang guru (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), hlm. 116
11
belajar
mengajar,
dan
melaksanakan
penilaian
hasil
belajar
(pencapaian peserta didik) dalm pembelajaran.16 Kinerja menurut Ibrahim Bafadal dalam bukunya yang berjudul peningkatan profesionalisne guru SD adalah peningkatkan semangat dan kegairahan kerja guru agar mereka lebih berprestasi dalam melaksanakan tugasnya.17 Ahmad Ta’arifin dan Yasin Abidin dalam bukunya yang berjudul Demokrasi dan paradigma baru pendidikan, mengatakan bahwa kinerja adalah inti dari kualitas hidup manusia, kinerja adalah cara utama bagi manusia untuk berusaha mencukupi kebutuhan akan kualitas hidup, pengakuan sosial dan sebagainya.18 Adapun menurut Dr. Hamzah B. Unu bahwa kinerja guru sekolah merupakan gambaran hasil kerja yang dilakukan guru sekolah terkait dengan tugas apa yang diembannya dan merupakan tanggung jawabnya. Dalam hal ini tugas-tugas rutin sebagai seorang guru adalah mengadakan perencanaan, pengelolaan dan pengadministrasian atas tugas-tugas pembelajaran, serta melaksanakan pengajaran.19
16
Syaifudin Nurdin dan M. Basyirudin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 83-115 17 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru SD Dalam Rangka Manajemen Peningkatan Mutu MBS (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997), hlm. 90 18 Ahmad Ta’rifin, Demokrasi dan Paradigma Baru Pendidikan Kapita Selekta Pendidikan umum dan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2007), hlm. 37 19 Hamzah B. Unu, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis Dibidang Pendidikan, Cet III (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 93
12
2. Penelitian yang Relevan Berdasarkan judul dalam skripsi ini, ada jurnal yang mempunyai judul hampir serupa yang peneliti jadikan sumber sebagai acuan penulisan. Khamid Mansyur
23202113 yang berjudul “pengaruh
tunjangan profesi guru terhadap motivasi mengajar (studi kasus Guru di kecamatan Wonokerto)” Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis
penelitian
lapangan, hasil
penelitian
menunjukkan bahwa pemberian tunjangan profesi guru di kecamatan Wonokerto dilaksanakan dengan cukup; motivasi mengajar guru dilaksanakan dengan baik Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pemberian tunjangan profesi terhadap motivasi mengajar guru di Kecamatan Wonokerto.20 Dul Wahab 232308238 yang berjudul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Guru (Studi di SMP 1 Kajen Pekalongan)”
21
,
analisa saya bahwa motivasi juga bukan hanya berperan dalam proses belajar mengajar, melainkan juga dalam bidang kehidupan yang lain, termasuk prestasi kerja guru, motivasi mengajar guru di SMP 1 Kajen dalam kategori sedang. Buchori (232308122) dengan judul “korelasi antara motivasi belajar guru studi lanjut dengan prestasi kerja di SDN Landungsari 01 20
Khamid Mansyur, “pengaruh tunjangan profesi guru terhdap motivasi mengajar (studi kasus Guru di kecamatan Wonokerto)”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: STAIN Pekalonggan, 2010) 21 Dul Wahab. “Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Guru (Studi di SMP 1 Kajen Pekalongan)” , Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2009)
13
Pekalongan” motivasi dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.22 Dengan begitu apa yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui korelasi yang dominan antara pemberian insentif dengan kinerja Guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar. 3. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka dapat di bangun suatu kerangka berpikir bahwa sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi sekolah. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan agar lebih profesional dalam merencanakan progam pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran. Adapun diberikannya insentif bagi guru adalah sebagai penghargaan kepada profesi guru, agar guru terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan tugas di sekolah, serta mendorong guru untuk fokus dalam melaksanakan tugas sebagai pedidik, pengajar, pembimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didiknya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian bahwa pemberian insentif sebagai uang tambahan penerimaan gaji guru swasta yang dikeluarkan oleh pemerintah akan dapat memberikan akibat 22
terhadap penimgkatan
Buchori, “korelasi antara motivasi belajar guru studi lanjut dengan prestasi kerja di SDN Landungsari 01 Pekalongan”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: STAIN Pekalonggan, 2010)
14
kinerja guru serta meningkatkan mutu pendididkan di tanah air, khususnya pendidikan madrasah ibtidaiyah di kecamatan karanganyar kabupaten pekalongan. 4. Hipotesis Hipotesis adalah suatu asumsi atau anggapan yang bisa benar atau salah mengenai sesuatu hal dan dibuat untuk menjelaskan sesuatu hal tersebut sehingga memerlukan pengecekan lebih lanjut.23 Menurut hemat penulis hipotesis yang muncul adalah “Terdapat korelasi yang signifikan antara pemberian insentif dengan tingkat kinerja guru”. F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan desain penelitian sebagai proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.24 Penelitian ini menggunakan seperangkat metode penelitian dalam memperoleh data ilmiah yang dituju. 1. Desain Pendekatan Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. a. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan
23
Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 433 24 Muchamad Fauzi, Metode Penelitian Kuantitatif (Semarang : Walisongo Press, 2009), hlm. 18
15
yang menekankan analisisnya pada data-data nominal (angka) yang diolah dengan cara metode statistik.25 Pendekatan ini digunakan karena penelitian akan menggali, mengumpulkan dan menganalisis data-data yang berupa angka tentang korelasi antara pemberian insentif dengan kinerja guru. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang menggunakan penelitian lapangan (field Research), karena merupakan penyelidikan mendalam (Indepth Study) mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.26 Penelitian lapangan bertujuan untuk memecahkan masalahmasalah praktis dalam kehidupan sehari-hari,27 Dengan melakukan field research akan dapat menentukan informasi tentang adanya korelasi antara pemberian insentif dengan kinerja guru. 2. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.28 Menurut fungsinya variabel dibedakan atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang tidak terikat dengan variasi lain dan merupakan sebab timbulnya 25
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 5 Ibid.,hlm. 8 27 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 1983), hlm. 27 28 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm 108 26
16
gejala. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang terikat dengan variabel lain dan merupakan akibat dari timbulnya gejala pada variabel bebas. Suharsini Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian mengatakan bahwa, Variabel terbagi menjadi dua macam yaitu variabel independent atau bebas yaitu variabel yang mempengaruhi (X) dan variabel dependent atau terikat yaitu variabel akibat (Y).29 Adapun variabel yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas (independent variable) Variable penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Adapun penelitian ini variabel bebasnya (x) adalah pemberian insentif yang berupa uang tambahan. b. Variable terikat (dependent variable) Variable terikat ini terpengaruh oleh variable lain. Pada penelitian ini variabel terikatnya (y) adalah kinerja guru. Indikatornya: -
Kinerja Guru sebagai Pengajar
-
Kinerja Guru sebagai Pembimbing
-
Kinerja Guru sebagai Administrator
3. Populasi Penelitaian Populasi menurut Suharsini Arikunto “ populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian. Maka 29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet. Ke-14 (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 162
17
penelitiannya adalah penelitin populasi, studi atau penelitiannya juga disebut panelitian studi populasi atau studi sensus”.30 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar yang berjumlah 25 orang. Dalam penelitian ini memakai seluruh responden yang dijadikan sampel yakni sebanyak 25 responden, dikarenakan sampel yang dijadikan responden kurang dari 100. Hal ini sesuai dengan pendapat suharsimi Arikunto sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer-ancer maka subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.31 4. Metode Pengumpulan data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a. Metode Wawancara Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi yang dilakukan dengan dialog atau Tanya jawab secara lisan terhadap sumber data.32 Metode ini penulis gunakan untuk mengadakan wawancara dengan kepala Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan karanganyar
30
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 108 Ibid., hlm.104 32 Syaifudin Anwar, metode penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1948), hlm. 34 31
18
kabupaten pekalongan untuk mendapatkan informasi tentang profil sekolah, data guru dan pegawai serta siswa dan ruang belajar. b. Metode dokumentasi Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan membaca surat-surat, pengumuman, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulis lainnya. Metode ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian.33 Metode ini digunakan untuk mencari arsip, catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan insentif yang diberikan guru, gaji guru, dan kinerja guru. c. Skala Pengukuran Untuk memperoleh data penelitian ini akan digunakan skala. Skala adalah suatu jenis alat pengumpul data yang disampaikan kepada responden atau subyek penelitian melalui sejumlah pernyataan tertulis.34Bentuk yang digunakan dalam membuat pernyataan pada penelitian ini adalah skala likert. Skala ini ditujukan kepada guru madrasah ibtidaiyah di kecamatan karanganyar.
33
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 225 34 Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 3
19
Skala yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skala likert, yaitu skala yang memiliki skor, dari angka satu sampai dengan empat. Dengan alternatif jawaban dari lima pilihan, yang terdiri dari jawaban selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP). Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun skala ini pertama-tama penulis membuat pernyataanpernyataan sesuai dengan indikator-indikator yang ditentukan dalam blue- print. Pernyataan dibuat berdasarkan derajat Favorable dan Unfavorable. Dimana derajat favorable adalah pernyataan-pernyataan yang mendukung indikator, sedangkan derajat unfavorable adalah pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung indikator.Pemberian skor tertinggi diberikan pada pilihan “selalu”dan terendah untuk pernyataan “tidak pernah” untuk pernyataan favorable. Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorabel diberikan pada jawaban “tidak pernah” dan skor terendah diberikan untuk pilihan “selalu”. 5. Teknik Analisis data Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut, dalam analisis ini penulis menggunakan teknik analisis data statistik. Adapun tahapan analisisnya yaitu: a. Analisis pendahuluan Analisis ini diawali dengan pemberian skor pada subyek kemudian data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel
20
distribusi frekuensi.Hal ini di masukkan untuk mempermudah perhitungan dan keterbatasan data yang ada dalam rangka pengolahan selanjutnya. b. Analisis uji hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Adapun analisisnya adalah melalui pengolahan data yang akan mencari pengaruh antara variable pengaruh (x) dengan variable terpengaruh (y) yang dicari dengan menggunakan rumus statistik “Korelasi Product Moment”, yaitu: rxy =
N∑xy – (∑x) (∑y)
√ ( N∑x² - (∑x)² (N∑y² - (∑y)² )
Keterangan: rxy : Koefisien korelasi antara variabel x (kecakapan berbicara) dan variabel y (prestasi belajar) ∑x
: Jumlah seluruh skor x
∑y
: Jumlah seluruh skor y
xy
: Jumlah seluruh skor x dan skor y
N
: Banyaknya sampel atau kasus.35 Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel x
dan y, maka langkah selanjutnya adalah mengkorelasikan antara r
35
Salafudin, Statistika Terapan untuk Penelitian Sosial (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010), hlm. 84.
21
(hasil koofisien korelasi) dengan nilai r pada tabel, baik pada taraf signifikan 5% atau 1%, sebagai berikut: Tabel 1 Patokan Interpretasi Nilai r Besarnya “r” Product Moment
Interpretasi
(rxy)
0,000 < r ≤ 0,200
Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat lemah, sehingga dianggap tidak ada korelasi
0,210 < r ≤ 0,400
Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang lemah
0,410 < r ≤ 0,700
Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat cukup atau sedang
0,710 < r ≤ 0,900
Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang kuat
0,910 < r ≤ 1,00
Antara variabel x dan y terdapat korelasi yang sangat kuat
c. Analisis Lanjutan Analisis ini berguna untuk membuat interpretasi lebih lanjut,
yaitu
untuk
mengecek
taraf
signifikan
dengan
membandingkan hasil yang diperoleh (ro) terhadap teoritis (rt) baik taraf
signifikan
5%
maupun
kemungkinan sebagai berikut:
1%.
Maka
akan
diperoleh
22
1. Jika ro lebih besar dari rt pada taraf signifikan 5% atau 1% maka hipotesis diterima (signifikan) 2. Jika ro lebih kecil dari rt pada taraf signifikan 5% atau 1% maka hipotesis ditolak (tidak signifikan)
Jika Ha diterima atau Ho di tolak, maka terdapat korelasi yang signifikan antara pemberiam insentif dengan kinerja guru madrasah ibtidaiyah.
Jika Ha di tolak atau Ho di terima, maka tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara pemberian insentif dengan kinerja guru madrasah ibtidaiyah. G. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan yaitu berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Landasan teori, Berisi dua sub bab. Bagian pertama tentang pemberian insentif meliputi:
pengertian insentif , tujuan pemberian
insentif, serta jenis-jenis pemberian insentif. Bagian kedua tentang kinerja guru meliputi: pengertian kinerja, pengertian kinerja guru, tugas guru, kode etik guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, dan upaya peningkatakan kinerja. BAB III Laporan Hasil Penelitian, berisis tiga sub bab. Bagian pertama tentang Gambaran Umum MI di kecamatan karanganyar yang meliputi: data guru dan pegawai, Data kelas dan Siswa Bagian kedua data tentang pemberian insentif guru. Bagian ketiga data tentang kinerja guru madrasah ibtidaiyah di Kecamatan karanganyar.
23
BAB IV Analisis Korelasi antara pemberian insentif dengan kinerja guru yang terdiri dari tiga sub bab. Bagian pertama berisi Analisis data tentang pemberian insentif guru madrasah Ibtidaiyah di kecamatan karanganyar. Bagian kedua Analisis data tentang kinerja guru madrasah Ibtidaiyah di kecamatan karanganyar. Bagian ketiga Analisis data tentang korelasi antara pemberian insentif dengan kinerja guru madrasah ibtidaiyah di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Pekalongan. BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.