BAB 1
PENDAH ULUAN
2.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan ada tujuan jangka pendek dan ada tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah mendapatkan laba dan mengharapkan return dari investasi, sementara tujuan jangka panjang perusahaan adalah mengembangkan strategi yang cocok untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Untuk membiayai kegiatan operasional sehari hari perusahaan membutuhkan modal kerja. Modal kerja yang ada harus dipergunakan dengan baik, sehingga perusahaan memerlukan manajemen modal kerja yang sesuai dengan perusahaan. Perusahaan yang bergerak pada industri yang berbeda akan memiliki manajemen modal kerja yang berbeda. Penggunaan modal kerja pada industri manufaktur dan industri jasa (sub sektor barang eceran/retail) terdapat perbedaan, jika pada sektor industri manufaktur modal kerja digunakan untuk membeli persediaan (bahan baku atau barang setengah jadi) untuk kemudian diolah kembali menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang kemudian
1
menjual hasil produksi tersebut baik secara tunai maupun kredit. Sementara pada sektor industri jasa, biasanya perusahaan membeli persediaan tanpa melakukan perubahan (proses produksi) pada barang yang kemudian menjual barang tersebut. Setiap perusahaan mengharapkan modal kerja yang telah dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari dapat kembali dalam jangka pendek melalui penjualan hasil produksi atau penjualan produk. Modal kerja yang diperoleh dari penjualan produk tersebut, akan dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatain operasional perusahaan selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya didalam perusahaan (Riyanto, 2011). Modal kerja menurut Weston dan Brigham (1994) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Sawir (2008) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang bisa dijadikan uang kas yang dimiliki perusahaan, atau dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai, membeli bahan baku/barang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya. Menurut Riyanto (2011), modal kerja adalah nilai aktiva atau harta yang dapat dijadikan uang kas dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk membiayai gaji pegawai, pembelian bahan mentah, membayar ongkos angkutan, membayar hutang dan sebagainya. Pada umumnya manajer perusahaan mengesampingkan modal kerja karena menganggap bahwa modal kerja tidak memberikan pengaruh yang besar pada penambahan
2
nilai dan hanya melibatkan investasi serta pendanaan dalam jangka pendek. Manajer cenderung lebih memperhatikan investasi jangka panjang. Untuk itu perlu ditelaah lagi seberapa penting modal kerja bagi perusahaan. Weston dan Brigham (1994) mengungkapkan beberapa alasan pentingnya modal kerja bagi setiap perusahaan: 1.
Tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Jika kegiatan operasional sehari-hari perusahaan tidak berjalan dengan baik atau bahkan tidak berjalan, perusahaan bukan saja tidak memperoleh penambahan nilai namun perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.
2.
Sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja perusahaan. Manajer lebih mengutamakan investasi jangka panjangnya dan kurang memperhatikan modal kerja yang merupakan investasi jangka pendek, padahal sebagian besar waktu manajer digunakan untuk mengelola modal kerja. Jika investasi jangka pendeknya tidak dapat berjalan dengan baik, maka investasi jangka panjangnya juga tidak dapat berjalan dengan baik. Jadi manajer harus memperhatikan kedua hal tersebut.
3. Aktiva lancar dari perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dari total aktiva perusahaan. Dengan jumlah aktiva lancar yang cukup besar, seharusnya perusahaan dapat memanfaatkan aktiva lancar tersebut secara efisien
3
untuk memperoleh profit yang maksimal. Oleh karena itu diperlukan manajemen modal kerja yang paling optimal pada setiap perusahaan. Setiap manajer atau pemimpin perusahaan bertanggung jawab terhadap pengelolaan modal kerjanya. Manajer melakukan pengawasan terhadap modal kerja dengan manajemen modal kerja. Dengan manajemen modal kerja yang tepat diharapkan profitabilitas perusahan akan meningkat. Perusahaan berusaha mengelola aktiva lancar untuk kegiatan operasional sehari-hari dengan baik sehingga memperoleh pengembalian yang jum lahnya paling tidak sama atau bahkan lebih besar dari modal kerja yang digunakan untuk kegiatan operasional sehari-hari, dan dalam jangka panjang perusahaan dapat mengelola modal kerja secara lebih efisien. Dengan mengetahui tingkat perputaran modal kerja tahun-tahun sebelumnya diharapkan manajer dapat menyusun rencana yang lebih baik pada periode berikutnya. Eljelly (2004) menyatakan salah satu tujuan utama manajemen modal kerja adalah menyediakan likuiditas yang mencukupi untuk kemudian menjaga operasional dan pemenuhan kewajiban perusahaan. Perusahaan tidak hanya memperhatikan kegiatan produksi saja, seperti membeli persediaan, mengolah persediaan dan menjual barang hasil produksi, tetapi juga harus memperhatikan likuiditas perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dan tetap dapat melakukan kegiatan operasional jika piutang usaha belum dapat tertagih pada waktu yang telah ditentukan. Diharapkan likuditas yang dimiliki perusahaan dapat memenuhi seluruh kegiatan operasional perusahaan dan memenuhi biaya-biaya tak terduga. 4
Ukuran modal kerja yang umum digunakan adalah siklus konversi kas (cash conversion cycle). Menurut Brigham dan Houston (2007) siklus konversi kas adalah lamanya jangka waktu sejak bahan baku dibeli dibayarkan, hingga piutang usaha dari penjualan kredit dapat ditagih. Penelitian ingin mengukur efektifitas manajemen modal kerja dengan menggunakan rasio modal kerja siklus konversi kas (cash conversion cycle). Komponen siklus konversi kas terdiri dari periode konversi persediaan (number of days inventory), periode pengum pulan piutang (number of days account receivable), dan periode penangguhan utang (number of day account payable). Dengan manajemen modal kerja yang efektif maka perusahaan dapat meminimalkan siklus konversi kas. Semakin lama siklus konversi kas suatu perusahaan maka semakin besar investasi yang dibutuhkan perusahaan untuk modal kerja, dan profitabilitas perusahaan akan menurun. Peneliti ingin mengetahui pengaruh manajemen modal kerja tersebut terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk mengukur profitabilitas perusahaan menggunakan proxy return on assets. Return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Penelitian akan dilakukan pada dua industri yang berbeda yaitu di industri manufaktur dan industri jasa. Kedua industri ini dipilih karena memiliki total aktiva yang cukup besar jika dibandingkan dengan industri lain, sehingga diperlukan manajemen modal kerja yang efektif agar memperoleh profitabilitas yang maksimal. Salah satu fungsi utama dari perusahaan manufaktur adalah memproduksi barang (mengolah baik bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang setengah jadi atau barang jadi untuk kemudian 5
dijual) yang tergantung pada manajemen modal kerjanya. Sementara itu industri jasa pada sub sektor perdagangan retail juga membutuhkan manajemen m odal kerja meskipun ratarata perusahaan retail tidak memproduksi barang, dan hanya membeli barang dari supplier yang kemudian akan dijual kembali baik secara kredit atau tunai, penjualan secara kredit ini akan menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang akan mengganggu kegiatan opeasional perusahaan. Selain itu perusahaan retail juga harus memperhatikan periode penangguhan hutangnya, apakah likuiditas perusahaan cukup untuk memenuhi kewajiban pada periode tertentu. Karakteristik suatu industri mempengaruhi besar atau kecilnya modal kerja dalam suatu perusahaan. Industri yang berbeda menerapkan manajemen modal kerja yang berbeda. Peneliti ingin menguji perbedaan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas antara industri jasa (pada sub sektor perusahaan retail) dan industri manufaktur (perusahaan di sektor barang konsumsi) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Jose, Lancaster dan Steven (1996), untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas. Penelitian ini menggunakan empat variabel independen (variabel bebas) yaitu siklus konversi kas, periode konversi persediaan, periode pengumpulan piutang dan periode penangguhan hutang. Variabel ini digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran kas perusahaan dari pembelian bahan baku dan pembayaran kewajiban, penjualan barang hasil produksi, sampai pengumpulan piutang dari penjualan. Sementara variabel dependen 6
(variabel terikat) untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu pertumbuhan penjualan, rasio hutang dan ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Jose, Lancaster dan Steven (1996) adalah perbedaan lokasi penelitian, perusahaan sampel, jumlah sampel, dan periode waktu pengambilan sampel.
2.2 Rumusan Masalah Manajemen modal kerja dalam suatu perusahaan ini perlu dicari solusi yang tepat agar modal kerja yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Penelitian ini menganalisis mengenai manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan disektor barang konsum si dan perusahaan retail yang terdaftar di B ursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah siklus konversi kas (cash conversion cycle) mempengaruhi profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail?
2.
Apakah periode konversi persediaan (number of days inventory) mempengaruhi profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail?
3.
Apakah periode pengum pulan piutang (number of days account receivable) mempengaruhi profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail?
7
4.
Apakah
periode
penangguhan
hutang
(number
of
days
account
payable)
mempengaruhi profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail? 5.
Apakah ada perbedaan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas antara perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail?
2.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan disektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012. Berikut adalah tujuan penelitian ini secara rinci: 1.
Untuk menguji pengaruh siklus konversi kas (cash conversion cycle) terhadap profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
2.
Untuk menguji periode konversi persediaan (number of days inventory) terhadap profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
8
3.
Untuk menguji pengaruh periode pengumpulan piutang (number of days account receivable) terhadap profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
4.
Untuk menguji periode penangguhan hutang (number of days account payable) terhadap profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
5.
Untuk menguji perbedaan pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan di sektor barang konsumsi dan perusahaan retail yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
2.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Manajer Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi manajer keuangan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran atas pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai media informasi bagi manajer mengenai pendekatanpendekatan yang tepat yang terkait dengan manajemen modal kerja yang akan digunakan dalam mengambil keputusan.
9
2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang faktorfaktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Dengan bukti empiris tersebut dapat membantu investor dalam menganalisis perusahaan mana yang paling efisien dalam mengelola modal kerja sebagai pertimbangan dalam menanamkan investasi.
10
2.5 Sistematika Penelitian Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, meliputi : Bab I:
Pendahuluan, bab ini akan membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian .
Bab II: Tinjauan Pustaka dan Pengungkapan Hipotesis, pembahasan mengenai tinjauan pustaka lengkap dan bisa memberi gambaran umum yang akan dibahas serta pembahasan mengenai pengembangan hipotesis . Bab III: Metode Penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, antara lain: data, variabel dan pengukurannya, serta pengujian untuk menguji hipotesis. Bab IV: Analisis dan Pembahasan, penelitian bab ini akan membahas mengenai analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengujian hipotesis yang didukung oleh bab-bab sebelumnya. Bab V: Kesimpulan dan Saran, bab ini akan membahas mengenai kesimpulan atas analisis yang telah dilakukan penulis pada bab IV serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
11