BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan
pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia Indonesia di masa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan lain-lain. Dari aspek gizi, kualitas manusia diartikan dalam dua hal pokok, yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001). Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak usianya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Kesehatan disini meliputi kesehatan badan, rohani, dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang. Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Lembaran Negara RI No.2805). Perkembangan anak meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik,
Universitas Sumatera Utara
perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancy toddlerhood di usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan middle childhood usia 6-12 tahun) (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Menurut pasal 131 ayat 1 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada ayat 2 juga dinyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun(Depkes RI, 2009). Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karena itu, dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur dan fosfor sangat penting (Baliwati & Retnaningsih, 2004). Perkembangan anak bersifat multidimensional dan terdiri dari beberapa domain yang saling terkait, meliputi perkembangan motorik, kognitif, sosial dan emosional. Para penyelidik yang meneliti efek yang ditimbulkan oleh keadaan gizi biasanya lebih memfokuskan perhatian mereka pada perkembangan motorik dan kognitif anak serta lebih jarang memperhatikan prestasi di sekolah. Oleh karena itu, hanya terdapat sedikit informasi mengenai perkembangan sosial, emosional dan kesehatan mental (Gibney, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 juta km2. Perairan laut Indonesia memiliki sekitar 3.000 jenis ikan (Bahar, 2006). Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sesungguhnya kelautan merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif dalam kiprah pembangunan nasional (Iriyandi, 2013). Menurut data volume produksi perikanan Indonesia menurut sector perikanan (tangkap dan budidaya) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 15,71 % dari tahun 2007 hingga tahun 2012 mencapai 15.504.747 ton. Penyediaan ikan untuk konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,7 % dari tahun 2007 hingga 2012 mencapai 11.590.000 ton atau 46,30 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2013). Indonesia dapat dikatakan kaya akan sumber-sumber perikanan yang secara potensial dapat meningkatkan konsumsi protein hewani, khususnya yang berasal dari ikan. Namun demikian, penduduk Indonesia masih rendah tingkat konsumsi ikannya ditengah produksi yang berlimpah. Ini dapat disebabkan oleh belum adanya media yang bisa memberikan informasi yang baik dan jelas mengenai produk ikan potensial, dari sisi nilai kesehatan, nilai citarasa, dan nilai ekonomis kepada masyarakat (Bahar, 2006). Rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada tahun 2013 naik menjadi 35,14 kg/kapita/tahun dari sebelumnya 33,89 kg/kapita/tahun di 2012, 32,35 kg/kapita/tahun di 2011 dan 30,48 kg/kapita/tahun di 2010. Hingga tahun 2014,
Universitas Sumatera Utara
tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia ditargetkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebesar 38 kg/kapita/tahun, melihat perkembangannya terus meningkat sejak 2010 sebesar 5,33 % per tahun (Ditjen P2HP KKP, 2014). Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita di Indonesia antara lain karena kurangnya pemahaman manfaat mengkonsumsi ikan, kurangnya daya beli ikan dan masih mahalnya harga ikan bagi sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan anggapan bahwa makan ikan menyebabkan kecacingan (Zulaihah & Widajanti, 2006). Padahal jika dikaji lebih lanjut, produk perikanan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk hewani/ternak lainnya, seperti: (1) variasi produk perikanan
sangat
banyak
sehingga
konsumen
tidak
akan
pernah
bosan
(sesungguhnya) dengan mengkonsumsi hasil perikanan, (2) harga produk perikanan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk peternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi, (3) dapat memenuhi kebutuhan protein hewani (Bahar, 2006). Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia dan kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15 – 25 % per 100 gram daging ikan. Disamping menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, ikan juga mengandung lemak (minyak ikan) antara 0,2 – 24 % terutama asam lemak esensial termasuk omega-3 (yang masuk dalam kelompok omega-3 adalah asam linolenat, Eicosa Pentaenoic Acid (EPA), dan Docosa Heksaenoic Acid (DHA). Ketiganya ini disebut asam lemak esensial karena sangat penting bagi pertumbuhan normal tubuh dan karena asam lemak esensial tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dibentuk di dalam tubuh maka harus dipenuhi dari diet. Ikan dengan kandungan omega-3 yang relatif tinggi seperti ikan salmon, gindara (cod), tuna, sardin, tenggiri (makarel)). Asam lemak esensial sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia (Danuri dalam Zulaihah & Widajanti, 2006). Berdasarkan observasi dan wawancara, didapatkan hasil bahwa SD Brigjend Katamso II adalah salah satu perguruan nasional yang baru diresmikan pada tahun 2012 dan terletak di kawasan utara Kota Medan yang berada tidak begitu jauh dari daerah penangkapan ikan dan dekat dengan pasar tradisional dimana ketersediaan ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar selalu terjamin. Hasil wawancara dengan salah satu guru juga mengatakan, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian. Dari data-data tersebut diatas, peneliti tertarik membuat penelitian “Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui jenis ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 2. Mengetahui jumlah konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 3. Mengetahui frekuensi konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 4. Mengetahui prestasi belajar anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 5. Mengetahui status gizi anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 6. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah danfrekuensi) dengan prestasi belajar anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 7. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan status gizi anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 8. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu: 1. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan bagi peneliti. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah dan orang tua siswa SD Brigjend Katamso II serta masyarakat Kecamatan Medan Marelan tentang konsumsi ikan sebagai modal awal pendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anaknya yang akan berdampak pada prestasi belajar anak sebagai jembatan ke masa depan si anak kelak. 3. Sebagai bahan informasi dan dasar untuk pengembangan teori dan penelitian selanjutnya tentang hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak usia sekolah.
Universitas Sumatera Utara