BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun 2004 merupakan tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern karena terpilihnya presiden dan wakil presiden didahului oleh terpilihnya anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai demokrasi yang penting telah diterapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan mulai dari UUD 1945. 1 Pemilihan legislatif menjadi sarana bagi rakyat Indonesia untuk menentukan calon-calon pemimpin dalam DPD, DPR, dan DPRD. Dalam Pemilu legislatif maupun presiden, masyarakat tidak hanya terlibat dalam memilih dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), tetapi merasakan proses yang terjadi menjelang dilaksanakan pemilu. Proses tersebut adalah kampanye politik yang secara langsung maupun tidak langsung direalisasikan kepada masyarakat oleh calon legislatif. Dalam pelaksanaannya, kampanye melibatkan peran serta dari tim dan anggota yang telah terbentuk didalam partai maupun dari calon legislatif sendiri. Sebelum kampanye dijalankan, para juru kampanye dari para calon legislatif dan partai pengusungnya memiliki strategi yang dibentuk sebagai
1
Prof. Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal.135.
acuan dalam kegiatan kampanye. Strategi kampanye yang sudah ditetapkan,akan dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung kepada publik dalam bentuk yang beragam seperti tulisan, simbol-simbol atau gambar, seminar, sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan oleh juru kampanye. Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih dengan membangun citra positif dengan tujuan mendapatkan kepercayaan dimata pemilih. Proses kampanye yang telah dirancang secara bertahap dan berkelanjutan kemudian dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.Segala kegiatan atau tindakan kampanye dilandasi oleh sifat persuasi seperti mengajak publik untuk menerima sesuatu atas dasar sukarela. Menurut Peraturan KPU No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum anggota DPR, DPD, dan DPD, Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemiluuntuk meyakinkan para pemilih denganmenawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu. Dalam menjelang pemilu legislatif 2014, kampanye telah dilaksanakan oleh para calon legislatif selama tahapan kampanye yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Salah satu metode kampanye yang digunakan oleh calon legislatif adalah pemasangan alat peraga. Alat peraga yang dimaksud dalam kampanye pemilu ialah semua benda ataubentuk lain yang memuat visi, misi, program,dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk
keperluan Kampanye Pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih Peserta Pemilu dan/ataucalon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. 2 Sebelum adanya pelaksanaan pemungutan suara, calon legislatif diberi kesempatan untuk mempromosikan diri mereka yaitu dengan kampanye. Kampanye ialah momentum bagi seorang calon legislatif atau partai politik untuk mendapatkan hati masyarakat. Tidak hanya berkampanye secara langsung dengan komunikasi ke masyarakat tetapi kampanye juga memerlukan saluran untuk menyampaikan pesan secara lebih meluas. Penggunaan alat peraga kampanye menjadi media yang dapat menjangkau konstituen ke dalam wilayah yang lebih luas. Alat peraga kampanye ialah kategori benda yang juga ditempatkan pada luar ruangan.Media luar ruang merupakan media yang ditempatkan pada tempattempat yang ramai khalayak dan dapat dilihat orang banyak. Bentuk-bentuk media luar ruang sendiri antara lain: papan reklame (billboard), spanduk, baliho, iklan bus atau kereta api, electronic board, bendera, umbul-umbul, balon dan iklan pohon. 3 Seiring berkembangnya kegiatan berkampanye, pemanfaatan media lain juga digunakan oleh calon legislatif atau partai politik. Alternatif lain ini kian bertambah yaitu penempatan alat peraga kampanye pada transportasi umum. Dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum No.15 Tahun 2013, menyatakan alat peraga kampanye yang digunakan calon legislatif hanya berupa spanduk tidak diperbolehkan dalam bentuk lainnya, hanya satu unit pada satu zona wilayah kampanye yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum bersama dengan Pemerintah Daerah. Alat peraga juga tidak diperbolehkan ditempatkan pada 2
3
Lihat dalam Peraturan KPU No.15 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye anggota DPR,DPD,dan DPRD pasal 1 no.22. Hafied Cangara. 2009. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali Pers. hal.378
tempat ibadah, rumah sakit ataupun tempat pelayanan kesehatan, gedung pemerintahan, lembaga pendidikan, jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan. Dengan hal ini, kampanye media luar ruang seperti menggunakan transpotasi umum tidak menjadi halangan bagi para kandidat untuk mempromosikan diri karena tidak melanggar aturan KPU tentang pembatasan alat peraga kampanye. Pada dasarnya, transportasi umum merupakan suatu sarana untuk menjangkau tempat yang akan dituju penggunanya. Transportasi umum adalah seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak berpergian menggunakan kendaraannya
sendiri. 4
Pengertian
angkutan
dalam
Keputusan
Menteri
Perhubungan No. KM.35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum adalah angkutan dari pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Keberadaan angkutan umum bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan murah. 5 Transportasi umum termasuk angkutan umum, kereta, bis, becak bermotor.Transportasi umum dipakai oleh masyarakat dari berbagai unsur kalangan, baik dari kalangan menengah kebawah sampai kalangan menengah keatas. Masyarakat Kota Medan banyak menggunakan angkutan umum roda 4 dan becak bermotor sebagai alat transportasi untuk berpergian, selain biaya yang tergolong murah angkutan umum mudah didapatkan masyarakat. Dengan
4
5
Dapat dilihat di:http://id.m.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum,diakses pada kamis 30 januari 2014, pukul 12.10 WIB Dapat dilihat di: http://kardady.wordpress.com/angkutan-umum/, diakses pada jumat 13 juni 2014, pukul 11.44 WIB
angkutan umum yang memiliki banyak rute serta nomor tiap kendaraannya membuat masyarakat mudah mendapat angkutan ini walaupun harus berdesakkan di dalam angkutan umum ini. Berbeda dengan becak bermotor, kendaraan khas Kota Medan ini hanya bisa dinaiki oleh 2-3 orang penumpang saja. Becak bermotor juga mudah dijangkau karena dapat ditemukan tidak hanya dijalan raya, jalan kecil seperti gang pada rumah dapat ditempuh oleh transportasi umum ini. Banyaknya penggunaan alat transportasi umum oleh masyarakat kota Medan, menjadikan alat transportasi tersebut sebagai salah satu media penyampaian informasi yang ditempel agar dapat dengan mudah diketahui oleh masyarakat. Informasi tersebut dapat berupa iklan, lowongan kerja, acara, juga pemasangan alat peraga kampanye baik dari pihak partai politik maupun calon legislatif
pada saat penyelenggaraan pemilu. Menjelang pemilihan umum
legislatif, terutama pemilu legislatif Kota Medan 2014 banyak sekali ditemukan pemasangan alat peraga kampanye pada transportasi umum berupa spanduk di becak bermotor juga sticker yang ditempel pada angkutan umum oleh calon legislatif di daerah pemilihannya. Pemasangan alat peraga kampanye pada alat transportasi umum juga banyak di jumpai pada daerah pemilihan III DPRD Kota Medan, mengingat banyaknya transportasi umum pada daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perhatian masyarakat untuk mendapatkan perhatian pemilih. Masyarakat dapat dengan mudah melihat informasi baik nama calon, partai, nomor urut atau visi dan misi calon legislatif pada transportasi umum tersebut. Calon legislatif tidak harus turun dengan mengadakan kampanye langsung¸ karena masyarakat secara tidak langsung akan mengenali calon legislatif daerahnya
dengan melihat alat kampanye yang dipasang di transportasi umum. Pemasangan alat peraga kampanye oleh calon legislatif yang menggunakan transportasi umum dengan jumlah yang banyak, dapat berpengaruh terhadap pengenalan diri kepada masyarakat dan mendapat suara pemenangan di pemilu legislatif. Keuntungan dapat diperoleh dari kedua pihak antara calon legislatif peserta pemilu yang memasang alat kampanye dan pemilik transportasi umum tersebut.Kampanye dengan media ini dapat dikatakan dengan meminimkan biaya kampanye calon legislatif serta alat kampanye tersebut bergerak tidak hanya berdiam pada satu zona daerahnya. Kepada pemilik transportasi umum mendapat keuntungan secara financial, karena sudah pasti pemasangan kampanye tersebut memakai biaya. Adapun jumlah calon legislatif DPRD Kota Medan pada tiap partai di Dapil III yaitu Nasdem (8), PKB (8), PKS (8), PDIP (7), Golkar (8), Gerindra (7), Demokrat (8), PAN (8), PPP (8), Hanura (8), PBB (8), PKPI (8), total 94 calon legislatif. Dengan jumlah 8 kursi pada Dapil III untuk duduk di DPRD Kota Medan. Mengingat wilayah Kota Medan yang terlalu luas, peneliti memilih wilayah Daerah Pemilihan III (DAPIL III) yang terdiri dari kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia sebagai sebagai tempat penelitian. Dari sudut geografis, kecamatan-kecamatan tesebut tidak jauh dari pusat kota yang menjadi pusat aktivitas masyarakat Kota Medan. Dapil III termasuk daerah pemilihan yang terdiri dari beberapa kecamatan yang wilayahnya terletak di Kota Medan sebagai pusat aktivitas seperti perdagangan, perkantoran, pendidikan, parawisata dan sebagainya. Tidak sedikit antusiasme calon legislatif
di Dapil III Kota Medan menggunakan transportasi umum sebagai penempatan alat peraga kampanye, dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian pemilih.Dari masing-masing partai terdapat beberapa calon legislatif yang menggunakan transportasi umum sebagai strategi pengenalan dirinya ke masyarakat. Dalam tujuannya mempengaruhi konstituen agar dapat berpihak kepada calon legislatif maka diperlukan instrumen seperti kampanye, untuk mendekatkan calon legislatif dengan konstituennya. Pemasaran politik yang menjadi roda instrumen tersebut diterapkan secara matang untuk mencapai hasil yang diinginkan. Artinya, pemaksimalan
kemenangan
pada
pemilihan
umum
bergantung pada efektifitas dan efisiensi pengaplikasian marketing politik tersebut sehingga sampai pada tujuannya. Berhasil atau tidaknya pemasaran politik dengan media luar ruang ini akan berpengaruh pada perilaku memilih masyarakat pada pemungutan suara tiba. Dalam hal ini penggunaan alat peraga kampanye sebagai instrument pemasaran politik yang dibuat oleh para calon legislatif DPRD Kota Medan Dapil III. Maka dengan fenomena tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk meneliti tentang pengaruh penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum oleh calon legislatif Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif 2014.
B.
Rumusan Masalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan aturan mengenai
pedoman pelaksaan kampanye yang menjadi instrument penting dalam pelaksanaan kampanye oleh peserta pemilu untuk Pemilihan Legislatif 2014.
Kampanye sudah dimulai oleh peserta pemilu sejak beberapa bulan sebelum penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan. Cara yang ditempuh dalam ajang memperkenalkan diri kepada masyarakat diantaranya dengan pemasangan spanduk, baliho, iklan di media massa, dan sebagainya. Banyaknya atribut kampanye yang dipasang di berbagai tempat strategis namun saling menumpuk antar satu sama lain dari partai atau calon legislatif yang berbeda, hal ini akan membuat bingung masyarakat dalam mengenali calon legislatif daerahnya. Transportasi umum merupakan sarana angkutan untuk masyarakat kecil dan menengah supaya dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam masyarakat. Pengguna trasnportasi umum atau yang lebih dikenal dengan angkutan umum ini bervariasi, mulai dari buruh, ibu rumah tangga, mahasiswa, pelajar, dan lain-lain. Angkutan umum dan becak bermotor menjadi transportasi umum yang tergolong mendominasi di Kota Medan. Masyarakat umum, pelajar hingga pekerja menggunakan transpotasi umum sebagai media untuk sampai pada tujuan perjalanan. Salah satu faktornya karena dengan biaya yang tergolong tidak mahal dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Penggunaan alat peraga kampanye menggunakan transportasi umum menjadi salah satu bentuk strategi kampanye yang sering dijumpai dan tren di kalangan calon legislatif. Bukan hanya pemilu legislatif saat ini, pada saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara 2013, penggunaan transportasi umum sudah dilakukan oleh para calon gubernur dan wakil gubernur. Dengan menggunakan transportasi umum, memudahkan untuk dilihat oleh
masyarakat yang berada di lalu lintas jalan karena rute perjalanan yang berbedabeda yang dimiliki oleh pengendara transportasi umum. Setiap strategi kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki tujuan untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih. Peletakkan alat peraga kampanye dalam bentuk spanduk dan stiker di transportasi umum kini tengah menjamur. Media luar ruang yang ditempatkan pada angkutan umum dan becak bermotor yang banyak menjadi sasaran calon legislatif dengan menempakan alat peraga kampanye. Hal ini menunjukkan, para calon legislatif Pemilu 2014 memanfaatkan metode tersebut dengan harapan pada Pemilu, masyarakat mengenal dan memilih calon legislatif tersebut. Pemanfaatan alat peraga yang ditempatkan pada transportasi umum yang telah dilaksanakan selama masa kampanye akan tampak pada perilaku pemilih, berhasil atau tidakkah pesan tersebut sampai ke masyarakat. Para calon legislatif DPRD kota Medan khususnya pada Dapil III beberapa calon legislatif menggunakan transportasi umum sebagai strategi kampanyenya. Setiap bentuk kampanye yang dibentuk dan dilaksanakan memiliki tujuan untuk pemenangan dalam perolehan hasil suara yang didapat dari pemilih. Dengan jumlah DPT Dapil III (293.927) salah satu yang tergolong besar ke-4 dari 5 Dapil pada kota yaitu Dapil I (389.166), Dapil II (410.419), Dapil IV (268.229), Dapil V (354.563). Walaupun tercatat DPT pada Dapil ini tidak sebanyak dapil lainnya, tetapi kecamatan pada Kecamatan Medan Petisah yang menjadi bagian dari Dapil III termasuk dalam kecamatan yang dipenuhi banyaknya aktifitas di Kota Medan. Kemacetan kendaraan yang telah biasa dirasakan oleh masyarakat daerah ini. Banyaknya transportasi umum yang dilalui
di daerah ini, menimbulkan upaya para calon legislatif memanfaatkan transpotasi umum sebagai alat kampanye tanpa harus turun langsung ke konstituen. Ramainya pemukiman dan hiruk pikuk serta pasar tradisional terdapat pada Kecamatan Medan baru maupun Petisah, Kecamatan Medan Barat tempat ideal bagi penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim dan berdagang. Kecamatan Medan Helvetia yang juga kepadatan penduduknya banyak karena terdapat perumahan nasional (perumnas), terdapat Plaza yang menjadi salah satu pusat perdagangan alat komunikasi seperti handphone, terbesar di Kota Medan. Transportasi umum dipasang dengan spanduk atau sticker dengan nama calon, partai dan pesan kampanye sebagai cara yang ditempuh beberapa calon legislatif DPRD Kota Medan Dapil III untuk mendapatkan suara di daerah ini. Media luar ruang yang mencakup cukup luasnya wilayah yang efektif sebagai penempatan alat peraga kampanye, mudah dijangkau oleh khalayak, hal ini yang menjadi salah satu strategi yang banyak digunakan sebagai media promosi kampanye kandidat. Menjelang Pemilu Legislatif 2014, media luar ruang seperti alat peraga kampanye di transportasi umum dimanfaatkan oleh calon legislatif untuk menampilkan iklan kampanye politik mereka guna menarik perhatian masyarakat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah “Apakah penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum berpengaruh untuk pilihan para pemilih DAPIL III (Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, dan Medan Helvetia) DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif tahun 2014?”
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari
penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum dengan pilihan para pemilih Dapil III DPRD Kota Medan pada Pemilihan Legislatif 2014.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukkan dan pengetahuan
yang bermanfaat, yaitu: 1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan, terutama dibidang politik dan khususnya mengenai menemukan strategi kampanye pemilu yang efektif atau tidak melalui penggunaan transportasi umum. 2.
Manfaat Praktis
Mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuan berfikir secara akademis dalam melihat strategi kampanye calon legislatif pada pemilihan umum. Serta menambah literatur kepustakaan untuk yang tertarik dan konsentrasi dengan bidang dan permasalahan yang sama.
E.
Kerangka Teori
E.1
Alat Peraga Kampanye Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh
pada kandidat politik, yang pemakaiannya hanya pada saat masa kampanye berlangsung. Penempatan baliho, spanduk, stiker pada tempat-tempat yang dinilai
strategis seperti ruang publik, jalan-jalan protokol, ditempel pada kendaraan umum serta halte-halte. Cara ini dipandang strategis memperkenalkan kandidat dengan penyampaian profil diri, serta pesan singkat yang menarik kepada masyarakat. Menurut Pfau dan Parrot (1993),”A campaign is consicious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified periode of time for the purpose of influencing a specified audience” (Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan padarentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan). 6 Menurut Sigit Santosa (dalam buku Creative Advertising Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, 2011) “Media luar ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, juga di tempat-tempat terjadi transaksi.” 7 Dalam kampanye, media menjadi instrument penting sebagai alat penyampaian informasi sebuah produk maupun seorang kandidat politik. Media umum yang lazim digunakan dalam berkampanye, baik sebagai alat (tool media) maupun saluran (channel media) untuk penyebaran pesan atau informasi kepada public sebagai sasarannya melalui pemasangan poster, spanduk, plakat, umbul-
6 7
Drs. Antar Venus, M.A. 2004. Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hal.8-9 Dapat dilihat pada: http://plangnama.com/pengertian-media-periklanan-luar-ruangan/, diakses tanggal 13 juli 2014, pukul 13.52 WIB
umbul, selebaran (flier), brosur, press/news release, slide film, rekaman video dan pita kaset, iklan komersial, balon promosi, mencarter pesawat kecil yang berkeliling dan membawa poster parpol atau peragaan lainnnya, hingga mengadakan kerja sama dengan pihak media pers (press tour, press conference, dan press statement). 8
E.1.1 Penempatan Alat Peraga Kampanye Dalam sebuah proses pemasaran harus digerakkan oleh empat elemen utama seperti product (produk), place (tempat), price (harga), dan promotion (promosi). Dalam hal ini place (termpat) dalam pemasaran sangat penting dan strategis dalam menarik perhatian pembeli. Pemilihan dan penentuan tempat harus memiliki nilai ekonomi untuk memajang (display) produk-produk yang ingin dipasarkan. Dalam konteks komunikasi politik seperti dalam berkampanye, tempat sering diasosiasikan dengan ruang publik seperti internet, ruang reklame di persimpangan jalan dapat dimanfaatkan untuk memasang tanda gambar guna menarik perhatian masyarakat. Seorang politisi harus mampu membaca dan melihat peluang seperti ini sebagai tempat atau ruang yang harus dimanfaatkan untuk memasarkan partainya. Menurut Lee dan Johnson, ketika satu pengiklan ingin membanjiri pasar dengan pengenalan sebuah produk baru, media luar ruang merupakan pilihan media yang dianggap cukup tepat karena periklanan media luar ruang
8
Rosady Ruslam, SH., MM. 2002.Kiat & Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. hal. 128-12
memungkinkan cakupan luas dalam waktu cepat. 9 Media periklanan luar ruangan merupakan salah satu media yang diletakan di luar ruangan yang pada saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, yang memiliki tujuan menyampaikan pesan promosi suatu produk atau jasa. Alat peraga kampanye termasuk media luar ruang, dengan spanduk, baliho dan alat peraga lainnya yang ditempatkan diluar ruang. Tetapi masa pemakaian alat peraga kampanye ini sesuai kurun waktu dan tempat selama masa kampanye yang sudah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum, berbeda dengan media luar ruang iklan sebuah produk barang atau makanan yang dapat ditampilkan kapan dan dimana saja. Memanfaatkan ruang publik sebagai ruang berkampanye dengan penggunaan media luar ruang yang diperuntukkan ke masyarakat agar dikenal. Penggunaan alat peraga luar ruang semakin bertambah, kreatifitas kandidat dalam membuat isi pesan pun beragam, tetapi hal ini diikuti dengan banyaknya kandidat memproduksi alat peraga kampanye. Sehingga ruang publik dipenuhi dengan alatalat peraga kampanye yang berlebihan. Pemakaian media luar ruang yang menyampaikan iklan kampanye kandidat dan partai politik, didasari pada pemilihan karakteristik media yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Contohnya, memiliki kemampuan agar dapat diingat oleh masyarakat, serta fleksibelitas media yang dapat menjangkau wilayah lebih luas, dalam hal ini dapat pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Dalam hal ini, transportasi umum menjadi media yang dipakai sebagai penempatan alat peraga kampanye yang bergerak dengan memanfaatkan ruang publik masyarakat. Peneliti melihat penempatan alat peraga sebagai faktor yang menjajikan, bahwa
9
Lee Monle dan Carla Johnson. 2004. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Terjemahan.. Jakarta: Prenada Media. hal.286
Global,
hal ini dapat berpengaruh kepada mudahnya masyarakat dijangkau oleh alat peraga kampanye bergerak, melihat, dan membaca alat peraga kampanye di media luar ruang (transportasi umum).
E.1.2 Jenis Alat Peraga Kampanye Alat peraga kampanye sebagai media luar ruang tentu tidak hanya pada satu jenis media yang dipakai. Alat peraga kampanye memiliki beragam jenis dan bentuk yang memiliki fungsi dan tempat tertentu untuk pemasangannya. Contoh dari media luar ruang sebagai alat peraga kampanye antara lain: a. Billboard: semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada diluar rumah atau kantor. 10 Promosi iklan luar ruang yang memiliki ukuran yang cukup besar. Seiring perkembangan jaman, billboard kini menggunakan teknologi baru yaitu mobile billboard. Mobile billboard ialah iklan yang dipasang di kendaraan seperti mobil, sehingga iklan dapat berjalan dengan kendaraaan tersebut. b. Baliho: sebagai media promosi yang memiliki unsur informasi yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat luas dan iklan suatu produk yang disajikan dengan teknologi digital printing. c. Spanduk dan banner: media promosi yang berbahankan kain membentang di tepi-tepi jalan maupun tengah jalan yang berisikan teks singkat, gambar, dan warna yang mudah diingat orang banyak.
10
Sigit Santoso. 2011. Creative Advertising – Petunjuk Teknis Mempersiapkan Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hal.168
d. Rontek dan umbul-umbul: media iklan yang sama bahannya dengan spanduk, tetapi berbentuk vertikal. Yang biasanya dipasang pada saat sebuah acara diadakan. e. Stiker dan poster: media promosi yang berhankan kertas, ditempel di berbagai tempat strategis seperti tembok-tembok jalan, halte, angkutan umum dan tempat-tempat yang biasa dilewati masyarakat. Di masa teknologi maju, alat peraga kampanye cetak diaplikasikan pada media kertas dan semua material yang dapat digambar maupun ditulis. Namun jika ditinjau dari segi kuantitas penggunaan, media luar ruang seperti sapanduk, baliho, billboard secara waktu media ini sangat efisien mengingat jangka waktu pemasangan relatif singkat, dan penempatannya di lokasi keramaian menjadikan sering dilihat oleh pemilih. 11 Menurut Lee dan Johnson, “reklame (baliho) adalah media luar ruang utama karena berbiaya efektif”. 12 Peneliti melihat bahwa penggunaan media luar ruang dengan jenis alat peraga tersebut telah menggunakan konsep yang kreatif (penggunaan transportasi umum) untuk dapat menarik perhatian khalayak di jalan dan sulit diabaikan karena khalayak yang lewat, alat peraga ini juga media yang permanen, tahan lama, sehingga memudahkan masyarakat
mengingat kandidat yang memakai alat peraga
kampanye bergerak di luar ruang.
11
12
Dapat dilihat dalam jurnal: Idipta Sriwidiyanto Budi Utomo, Pengaruh Iklan Politik Alat Peraga Kampanye Luar Ruang Terhadap Pengeruh Pemilih Pemula Pilkada Kota Malang Tahun 2013. Universitas Brawijaya. Malang
Lee dan Johnson.. Op. Cit., hal.286
E.1.3 Isi/Pesan Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalam bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna. Menurut bentuknya, simbol yang disampaikan dapat dibedakan atas dua macam, yakni simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol verbal dalam pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima oleh orang lain sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun menurut struktur bahasa yang benar, ide yang baik akan menjadi kacau. Bahasa bukan hanya membagi pengalaman, tetapi juga membenttuk pengalaman itu sendiri. Tanpa bahasa manusia tidak berpikir, bahasalah yang mempengaruhi persepsi dan pola-pola berpikir seseorang. Kata pakar linguistik Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir. 13 Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dan pengirim kepada khalayak. Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baliho (billboard), pidato, diskusi, iklan, hingga selebaran. Apapun bentuknya, pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang diharapkan memancing respons khalayak. Applbaum dan Anatol menekankan pentingnya menyadari bahwa kegiatan kampanye mengandalkan pesan-pesan simbolis. 14 Secara umum konstruksi pesan kampanye harus didasarkan pada pertimbangan kesederhanan (simplicity), kedekatan (familiarity) dengan situasi khalayak, kejelasan (clariy), keringkasan (conciseness), kebaruan (novelty),
13 14
Hafied Cangara, Op.Cit., hal.316-317. Antar Venus. Op.Cit., hal.70
konsistensi,
kesopanan
(courtessy),
dan
kesesuaian
objek
kampanye.
Kesederhanaan dapat membuat pesan menjadi mudah dipahami dan diingat. Salah satu contoh slogan kampanye PDIP yang berbungi “coblos moncong putih…nomor 18”. Slogan ini dapat dikatakan popular selama kampanye Pemilu 2004 yang lalu. 15 Peneliti melihat efektivitas dari isi/pesan dalam alat peraga kampanye yang disajikan dengan bahasa yang jelas, tidak berbelit-belit yang mencakup promosi personal kandidat dapat memudahkan masyarakat membaca sekaligus mengingat calon legislatif tersebut.
E.1.4 Potensi Alat Peraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang Menurut Linda Lee Kaid, iklan politik adalah proses komunikasi dimana seorang sumber (biasanya kandidat dan atau partai politik) membeli atau memanfaatkan kesempatan melalui media massa guna meng-exposure pesanpesan politik dengan sengaja untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku politik khalayak. 16 Iklan sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk komunikasi yang terdiri atas informasi dan gagasan tentang suatu produk yang ditujukan kepada khalayak secara serempak agar memperoleh sambutan baik. Iklan berusaha untuk memberikan informasi, membujuk dan meyakinkan. Pada masa kampanye, kandidat atau partai politik menggunakan alat peraga kampanye sebagai iklan politik luar ruang. Efektivitas dari media luar ruang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :
15 16
Ibid., hal.203 Dapat dilihihat dalam jurnal: Tengku Fardhian Khalil, Zulkarnain, Alvi Furwanti. 2014. Pengaruh Citra Partai Pendukung, Iklan Politikdan Kelompok Referensi Terhadap Minat Pemilih Calon Kepala Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Pelalawan. hal.76
-
Jangkauan: kemampuan sebuah media menjangkau khalayak sebagai sasaran, dan hanya mampu menjangkau daerah disekitarnya saja.
-
Frekuensi: pada media luar ruang, yakni melihat pesan yang sama pada saat masih ingat. Ini terjadi karena khalayak sasaran meilihat iklan tersebut berulang-ulang.
-
Kontinuitas: media luar ruang memiliki kesinambungan yang baik meningat lokasi yang tepat.
-
Ukuran: media luar ruang, seperti Spanduk pada transportasi umum yang berukuran besar memiliki kemampuan untuk tampil mencolok dan berbeda dengan yang lain.
-
Warna: media luar ruang membantu menampilkan gambar produk pemilih (kandidat calon) dalam tata wrana hingga mampu tampil sesuai aslinya. Dan warna mencerminkan identitas. Misalnya, dominasi warna merah pada alat peraga kampanye menunjukkan bahwa kandidat calon dari partai PDIP.
-
Pengaruh: karena media luar ruang menghadapi khalayak sasaran yang hampir tidak memiliki kesempatan membaca saat berkendara, maka pesan yang disajikan harus singkat dan ditampilkan secara jelas. 17
Teori iklan politik media luar ruang, tentang pengaruh iklan terhadap pemilih pernah dilakukan Hofstetter dan Buss menyatakan bahwa eksposure iklan kampanye pada menit-menit terakhir cenderung berpengaruh terhadap keputusan
17
Dalam skripsi: Aida Nursanti. 2010. Pola Komunikasi Masyarakat Transisi Pada Pemilukada 2010. hal.3536
pemilih. 18 Rothschild dan Ray menyatakan bahwa iklan kampanye cenderung berpengaruh di kalangan orang-orang yang memiliki keterlibatan rendah dalam lingkungan politiknya. Rothscild (1978) dalam artikelnya menunjukkan bahwa iklan berperan aktif dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat semenjak era Presiden Abraham Lincoln (1984). Media publikasi dalam pemilihan presiden pun mengalami evolusi. Sampai tahun 1926, pesan politik di Amerika Serikat dilakukan melalui media cetak seperti poster, pamphlet, koran dan majalah. Sejak tahun 1926 sampai 1952, terdapat pengunaan misalnya radio dalam penyampaian pesan-pesan politik. 19 Hal ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melihat pengaruh alat peraga kampanye di transportasi umum pada media luar ruang terhadap pilihan para pemilih DAPIL III DPRD Kota Medan pada pemilihan legislative 2014 dalam penelitian ini.
E.2 Perilaku Pemilih Perilaku pemilih yang merupakan bentuk dalam perilaku politik. Perilaku memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagai rangkaian pembuat keputusan. Tindakan tersebut merupakan respon terhadap lingkungan politik tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyrakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk. Firmanzah
mencoba
membangun
“tipologi
pemilih”
berdasarkan
pertimbangan bahwa pemilih mengangkut pandangan objektif sekaligus subjektif ketika memeilih sebuah partai atau seorang kontestan. Bahwa dalam diri masing-
18
Hofstetter, C. Richard. dan Buss, Terry F. 1980. Politikcs and Last-Minute Political Television, dikutip dalam buku: Pawito.2009. Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra. hal.196 19 Dikutip dalam buku: Rudi Salam Sinaga. 2012. Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu. hal.43
masing pemilih terdapat dua orientasi sekaligus yaitu; (1) orientasi ‘policyproblem-solving’, dan (2) orientasi ‘ideologi’. Ketika pemilih menilai partai politik atau seorang kontestan dari kacamata ‘policy-problem-solving’, yang terpenting bagi mereka adalah sejauh mana para kontestan mampu menawarkan program kerja atas solusi dari suatu permasalahan yang ada. Pemilih akan cenderung objektif memilih partai politk atau kontestan yang memiliki kepekaan terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Partai politik atau kontestan yang arah kebijakkannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih. Sementara pemilih yang lebih mementingkan ikatan ‘ideologi’ suatu partai atau seorang kontestan, akan lebih menekankan aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi dan psikografis. Semakin dekat kesamaan partai politik atau calon kontestan, pemilih jenis ini akan cenderung memberikan suaranya ke partai atau kontestan tersebut. 20 Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan calon kepada konstituen menggunakan media media pidato kampanye secara langsung , atau tidak langsung. Untuk itu diperlukan analisis mendalam dan lebih komprehensif sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku politik. Kondisi pemilih adalah dimensi yang sangat kompleks. Begitu banyak karakteristik pemilihnya akan menjadi terbatas jika hanya didasarkan pada pendukung atau massa mengambang. Para pendukung maupun non-pendukung sama-sama memiliki karakteristik sebagai pemilih rasional dan non-rasional. 21
20 21
Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 113-114 Dapat dilihat pada jurnal: Bakran Suni. Program Kerja Calon Kepala Daerah dan Tipologi Pemilih Dalam Pilkada.Fisip Universitas Tanjung Pura
E.2.1 Kategori Pemilih 22 1.
Pemilih Rasional Dalam kategori pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di
mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Kinerja partai atau calon kontestan biasanya termanivestasikan pada reputasi dan ‘citra’ (image) yang berkembang di masyarakat. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional. Pemilih jenis ini memilki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi suatu partai politik atau seorang kontestan. Analisis kognitif dan pertimbangan logis sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang terpenting begi jenis pemilih ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh sebuah partai atau kontestan daripada paham dan nilai partai dan kontestan. Dalam konfigurasi pertama ini terdapat pemilih rasional (rational voter), di mana pemilih memiliki orientasi tinggi pada ‘policy-problem-solving’ dan berorientasi rendah untuk faktor ideologi.Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. Program kerja atau ‘platform’ partai bisa dianalisis dalam dua hal: (1) kinerja partai di masa lampau (back ward looking), dan (2) tawaran program untuk menyelesaikan permasalahan nasional yang ada (forward-looking). Pemilih
22
Ibid., hal.119-125
tidak hanya melihat program kerja atau ‘platform’ partai yang berorientasi ke masa depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan oleh partai tersebut di masa lampau. Dalam konteks ini yang lebih utama bagi partai politik dan kontestan adalah mencari cara agar mereka bisa membangun reputasi di depan publik dengan mengedepankan kebijakan untuk mengatasi permasalahan nasional.
2.
Pemilih Kritis Pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada
kemampuan
partai
politik
atau seorang kontestan dalam menuntaskan
permasalahan bangsa maupun tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap sebuah partai atau seorang kontestan cukup tinggi dan tidak semudah ‘rational vote’ untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan untuk menentukan kepada partai politik mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu dengan program kerja yang ditawarkan sebuah partai/kontestan baru kemudian mencoba memahami nilai-nilai dan faham yang melatarbelakangi pembuatan sebuah kebijakan. Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Tiga kemungkinan akan muncul ketika terdapat perbedaan antara nilai ideologi dengan ‘platform’ partai: (1) memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru yang
memiliki kemiripan karakteristik ideologi dengan partai lama. Kritik internal merupakan manifestasi ketidaksetujuan akan sebuah kebijakan partai politik atau seorang kontestan. Ketika pemilih merasa kritikannya tidak difasilitasi oleh mekanisme internal partai politik, mereka cenderung menyuarakannya melalui mekanisme eksternal partai, umpamanya melalui media massa seperti televisi, radio, dan sebagainya. Frustasi merupakan posisi yang sulit bagi pemilih jenis ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau seorang kontestan adalah yang paling sesuai dengan karakter mereka, tapi di sisi lain mereka merasakan adanya ketidaksesuaian dengan kebijakan yang akan dilakukan partai. Biasanya pemilih ini akan melihat-lihat dahulu (wait and see) sebelum munculnya ide kemungkinan yang ketiga, yaitu membentuk partai baru. Pembuatan partai biasanya harus dipelopori oleh tokoh-tokoh yang tidak puas atas kebijakan suatu partai. Mereka memiliki kemampuan untuk menggalang massa, ide, konsep, dan reputasi untuk membuat partai tandingan dengan nilai ideologi yang biasanya tidak berbeda jauh dengan partai sebelumnya.
3.
Pemilih Tradisional Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,
asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai politik.biasanya pemilih jenis ini lebih mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. Salah satu karakteristik mendasar jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.
Pemilih tradisional adalah jenis pemilih yang bisa dimobilisasi selama periode kampanye.Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri khas yang paling kelihatan bagi pemilih jenis ini.Ideologi dianggap sebagai satu landasan dalam membuat suatu keputusan serta bertindak, dan kadang kebenarannya tidak bisa diganggu-gugat.
4.
Pemilih Skeptis Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan
sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting.Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat kurang, karena ikatan ideologis mereka memang rendah sekali. Mereka juga kurang memedulikan ‘platform’ dan kebijakan sebuah partai politik. Kalaupun berpartisipasi dalam pemungutan suara, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun dan partai apapun yang memenangkan pemilu tidak akan bisa membawa bangsa ke arah perbaikan yang mereka harapkan. Selain itu, mereka tidak memiliki ikatan emosional dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan. Dalam penelitian ini, alat peraga kampanye yang ditempatkan di transportasi umum merupakan media luar ruang. Jangkauannya terbatas, kecuali orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama. 23 Media luar ruang cukup memberi pengaruh pada orang yang lalu lalang atau yang melihat media tersebut. pembuatan media seperti ini dapat dipesan oleh partai-partai
23
Hafied Cangara. Op. Cit., hal. 378
politik atau kandidat pemilu pada perusahaan reklame. Tentu saja diharapkan agar media luar ruang dibuat lebih menarik karena sifatnya visual. Untuk media luar ruang sedapat mungkin menggunakan foto yang close-up dan tidak memuat banyak pesan tertulis sebab media seperti ini tujuannya hanya untuk mengingatkan orang pada sang kandidat. 24 Masyarakat yang telah mengingat dapat mencari tahu asal usul maupun track record kandidat dan partainya, sehingga dapat membantu seorang pemilih dalam menentukan pilihannya pada saat pemilu berlangsung. Alat peraga kampanye yang membantu masyarakat untuk mengetahui calon kandidat legislatif, tetapi selama kampanye berlangsung masyarakat dapat saja mengubah pikirannya dalam pemilihan. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai macam tipe-tipe perilaku pemilih. Kategori pemilih ini yang dapat menjadi penentuan masyarakat memilih seorang kandidat berdasarkan pikiran rasionalnya, kritis, tradisional, skeptis atau dari beberapa faktor pendukung dalam kampanye seperti alat peraga kampanye dalam media luar ruang.
F.
Hipotesis Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu kata hypo dan
kata thesis. Hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. 25 Dengan demikian hipotesis diartikan sebagai teori yang kurang sempurna. Dirumuskan dengan cara lain hipotesis berarti kesimpulan yang belum final karena belum diuji
24 25
Ibid., hal. 406 Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi kedua, Jakarta: Kencana. Hal. 85
atau dibuktikan kebenarannya. 26 Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian yang dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut: - Hipotesis Alternatif (Ha) : bahwa penempatan alat peraga kampanye di transportasi umum berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014. - Hipotesis Nol (H0)
: bahwa penempatan alat peraga kampanye di
transportasi umum tidak berpengaruh untuk pilihan para pemilih di Dapil III pada pemilihan legislatif DPRD Kota Medan 2014.
G.
Kerangka Konseptual Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam definisi konsep akan
dibentuk menjadi suatu gambar/model paradigma berpikir penelitian sebagai berikut:
26
H.Hadari Nawawi dan H.MMartini Hadari.2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 33
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Alat Peraga Kampanye Perilaku Pemilih • • •
H.
Penempatan Jenis Isi / Pesan
• • •
Rasional Kritis Tradisional
Defenisi Konsep Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan defenisi konsep sebagai berikut: 1. Alat Peraga Kampanye Alat peraga kampanye merupakan media luar ruang yang dipakai oleh kandidat politik untuk memperkenalkan diri secara persuatif (tidak memaksa) yang menyertakan profil diri, serta pesan singkat menarik kepada masyarakat. -
Penempatan
: Wadah atau ruang bagi alat peraga kampanye,
ditempatkan di luar ruang yang menjadi bagian dalam masyarakat dan menjangkau khalayak. -
Jenis
: Media luar ruang yang memiliki berbagai jenis dan
fungsi dari setiap alat peraga kampanye. Bentuk/jenis alat peraga kampanye dipakai pada masa kampanye dilaksanakan dan saat kampanye berlangsung.
-
Isi/pesan
: Merupakan suatu pesan singkat yang didasarkan
pada pertimbangan kesederhanan, kedekatan dengan situasi khalayak,
kejelasan,
keringkasan,
kebaruan,
konsistensi,
kesopanan, dan kesesuaian objek kampanye. 2. Perilaku Pemilih Perilaku pemilih merupakan tindak respon terhadap lingkungan politik tertentu yang berkenaan dengan distribusi dan pemanfaatan kekuasaan dalam masyarakat, bangsa, dan negara yang muncul dengan berbagai bentuk, dalam pengambilan keputusan pada pemilu. a. Pemilih Rasional Pemilih dalam hal ini lebih mengutamakan kemampuan partai politik atau calon kontestan dalam program kerjanya. b. Pemilih Kritis Pemilih yang kritis ini akan selalu menganalisis kaitan antara sistem nilai partai (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. c. Pemilih Tradisional Pemilih tradisional sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama sebagai ukuran untuk memilih sebuah
partai
politik.
Biasanya
pemilih
jenis
ini
lebih
mengutamakan figur dan kepribadian pemimpin dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang kontestan. d. Pemilih Skeptis
Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau seorang kontestan, juga tidak menjadikan kebijakan sebagai sesuatu yang penting.
I.
Defenisi Operasional Definisi operasional adalah operasionalisasi dari variabel, berupa pengukuran (measurement) atau pengujian (test) suatu variabel. Pengukuran atau pengujian tersebut bisa dilihat dari indikator, kriteria, tolak ukur, alat ukur, alat uji untuk menentukan kualitas atau kuantitas sesuatu variabel.unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengkuran tersebut dapat diketahui indikatorindikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel tersebut. 27 Berdasarkan judul skripsi terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Variabel Bebas (X) : Alat Peraga Kampanye a. Sub Variabel X1 : Penempatan Alat Peraga Kampanye -
Alat peraga kampanye ditempatkan di transportasi umum
-
Jangkauan
alat
peraga
kampanye
pada
pengguna
transportasi umum b. Sub Variabel X2 : Jenis Alat Peraga Kampanye
27
-
Spanduk yang ditempatkan di becak bermotor
-
Stiker yang ditempel pada angkutan umum
Azuar Juliandi, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Bisnis, Medan: M2000. hal. 125
-
Digital Billboard yang ditempatkan di angkutan umum
c. Sub Variabel X3 : Isi/Pesan -
Kelengkapan isi dari alat peraga kampanye
-
Kejelasan isi dari alat peraga kampanye
2. Variabel Terikat (Y) : Perilaku Pemilih a. Pemilih Rasional -
Policy problem solving tinggi : Mengutamakan kemampuan partai dan kinerja kerja caleg dengan partai Dapil III
-
Ideologi rendah : program kerja caleg Dapil III atau partai hanya sebagai faktor pendukung.
b. Pemilih Kritis -
Policy problem solving tinggi : pengetahuan pemilih tentang visi,misi dan track record caleg Dapil III
-
Ideologi tinggi : memilih berdasarkan kesamaan ideologi, platform (partai nasionalis,agama,dll) dan partai pengusung caleg Dapil III
c. Pemilih Tradisional -
Policy problem solving rendah : Pemilih yang dapat dimobilisasi selama kampanye di Dapil III
-
Ideologi tinggi : mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai, asal-usul, paham dan agama caleg dan partai Dapil III
d. Pemilih Skeptis -
Policy problem solving rendah : pemilih yang tidak melihat visi, misi maupun kebijakan caleg Dapil III
-
Ideologi rendah : pemilih yang tidak tahu sosialbudaya,agama maupun paham partai maupun caleg Dapil III
J.
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab serta
mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian.Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. 28 Metode penelitian dalam penelitian ini adalah : J.1
Jenis Penelitian Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan pengaruh alat pearaga kamapanye yang ditempatkan pada transportasi umum sebagai mediakampanye luar ruang calon legislatif Daerah pemilihan III di Kota Medan pada Pemilihan Legislatitf 2014.
J.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah pemilihan (Dapil) III yang terdiri dari 4
(empat) kecamatan yaitu Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia. Pemilihan lokasi di daerah ini karena peneliti melihat adanya beberapa
28
Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd., M.T dan Purmono Setiady Akbar, M.Pd. 2009. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara. hal.41.
calon legislatif Dapil III yang memakai alat peraga kampanye melalui transportasi umum.
J.3
Populasi dan Sampling
J.3.1
Populasi Yang menjadi populasi penelitian ini adalah masyarakat Daerah Pemilihan
(Dapil) III DPRD Kota Medan yaitu sebanyak 293.927 jiwa.
J.3.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan ketentuan besaran
sampel atas besaran populasi. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan Taro Yamane:
Keterangan:
𝑛=
𝑁 𝑁. 𝑑2 + 1
n : Jumlah sampel yang dicari. N : Jumlah populasi. D² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %. 𝑛= 𝑛= 𝑛=
𝑁 𝑁. 𝑑 2 + 1
293.927 293.927(0,01) + 1
293.927 2940,27
𝑛 = 99,96 (100) responden
Teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah teknik sampling probabilitas. Teknik sampling ini memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi agar dapat terpilih untuk menjadi sampel dalam penelitian. 29 Pewawancara dalam penelitian ini akan melakukan wawancara tatap muka dari rumah ke rumah dengan mengaplikasikan teknik sampling
probabilitas.
Mempertimbangkan
bahwa
jumlah
populasi
penduduk berusia 15 tahun keatas di 4 Kecamatan tersebut merupakan jumlah yang besar, maka teknik sampling probabilitas yang akan digunakan adalah multistage random sampling. Multistage random sampling terdiri dari dua atau lebih bentuk random sampling. Proses dari sampling ini biasanya dimulai dengan melakukan random cluster sampling, yaitu mengambil secara acak anggota dari populasi yang menjadi bagian dari kelompok tertentu atau disebut juga “cluster”, dan kemudian mengaplikasikan simple random sampling, yaitu menggunakan tabel acak. 30 Dalam penelitian ini, aplikasi dari multistage random sampling akan sebagai berikut: 1. Pemilihan Rukun Tetangga (RT) sebagai unit sampling sekunder. Di setiap kelurahan tempat penelitian dilangsungkan, hanya terdapat maksimal 5 responden dalam tiap RT dengan menggunakan systematic random sampling. 2. Pemilihan unit rumah tangga sebagai unit sampling primer. Dalam setiap RT yang terpilih sebelumnya, unit rumah tangga akan dipilih juga dengan menggunakan systematic random sampling. Titik awal dan interval yang akan dilakukan oleh pewawancara sudah ditetapkan dari awal. Dengan begitu, setiap rumah tangga dalam RT memiliki kemungkinan yang sama untuk 29 30
Sherri, L Jackson. 2006. Research Methods and Statistics. Belmont: Thomson Wadsworth. hal.145 Rist, R.C.Morra Imas, L.G. 2009.The Road to Results: Designing and Conducting Effective Development Evaluations. Washington: World Bank Publications. hal.361
terpilih. Tetapi dalam hal ini, peneliti hanya memilih jumlah rumah tangga yang terpilih dari setiap kelurahan. 3. Dalam setiap rumah tangga, responden yang berusia 15 tahun keatas yang memenuhi kriteria akan dipilih untuk diwawancarai. Jika terdapat lebih dari satu orang dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria tersebut, pewawancara akan menggunakan tabel acak Kish Grid untuk menentukan responden terpilih. Tabel acak Kish Grid merupakan tabel acak yang dikembangkan oleh Leslie Kish pada tahun 1949 dan digunakan pada saat melakukan survey berskala besar. Teknik ini digunakan dalam equal probability sampling untuk memilih responden saat ditemukannya lebih dari satu orang yang memenuhi syarat saat pewawancara mengunjungi satu unit rumah tangga. 31 Tetapi dikarenakan keterbatasan peneliti, penentuan sampel responden dengan maksimal 5 responden acak dalam tiap rumah tangga yang terpilih. Dengan populasi Dapil III yang terdiri dari Kecamatan Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat dan Medan Helvetia yaitu 293.927. Pembagian populasi dari setiap kecamatan kemudian ditarik kembali dari beberapa kelurahan sebagai penentuan jumlah sampel. Dari jumlah populasi tersebut, maka akan diperoleh jumlah sampel dari tiap kelurahan, dengan rumus: Sampel 1 =
31
𝑝𝑜𝑝𝑙𝑎𝑠𝑖 1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Liao, T.F., Lewis-Beck, M.S., Bryman, A. 2004.The SAGE Encyclopedia of Social Science Research Methods. London: Sage Publication, Ltd. hal. 538
1. Kecamatan Medan Baru, terdiri dari kelurahan: -
Babura (S1)
:
-
Darat (S2)
:
-
Merdeka (S3)
:
-
Padang Bulan (S4)
:
-
Petisah Hulu (S5)
:
-
Titi Rantai (S6)
:
7.552
293.927 2.434
293.927 6.151
293.927 7.656
293.927 4.843
293.927 6.793
293.927
𝑥 100 = 2,5 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 0,8 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 2,0 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 2,6 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 1,6 𝑎𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 2,3 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
2. Kecamatan Medan Petisah, terdiri dari kelurahan: -
Petisah Tengah (S7)
:
-
Sei Putih Barat (S8)
:
-
Sei Putih Tengah (S9)
:
-
Sei Puith Timur I (S10)
:
-
Sei Putih Timur II (S11)
:
-
Sei Sikambing D (S12)
:
-
Sekip (S13)
:
10.393
293.927 11.637
293.927 6.319
293.927 4.847
293.927 8.882
293.927 9.683
293.927 6.724
293.927
𝑥 100 = 3,53 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 3,9 𝑎𝑡𝑎𝑢 4 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 2,1 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 1,6 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 3,02 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 3,2 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 2,2 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
3. Kecamatan Medan Barat, terdiri dari kelurahan: -
Glugur Kota (S14)
:
-
Karang Berombak (S15)
:
-
Kesawan (S16)
:
-
Pulo Brayan Kota (S17)
:
5.746
293.927 18.480
293.927 4.814
293.927 13.849
293.927
𝑥 100 = 1,9 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 6,2 𝑎𝑡𝑎𝑢 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 1,6 𝑎𝑡𝑎𝑢 2 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 4,7 𝑎𝑡𝑎𝑢 5 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
-
Sei Agul (S1)
:
-
Silalas (S19)
:
17.580
293.927 8.051
293.927
𝑥 100 = 5,9 𝑎𝑡𝑎𝑢 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 2,7 𝑎𝑡𝑎𝑢 3 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
4. Kecamatan Medan Helvetia, terdiri dari kelurahan: -
Cinta Damai (S20)
:
-
Dwikora (S21)
:
-
Helvetia (S22)
:
-
Helvetia Tengah (S23)
:
-
Helvetia Timur (S24)
:
-
Sei Sikambing CII (S25)
:
-
Tanjung Gusta (S26)
:
16.589
293.927
16.962
293.927
12.029
𝑥 100 = 5,7 𝑎𝑡𝑎𝑢 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
293.927 29.667
293.927 19.452
293.927 12.209
293.927 22.882
293.927
Dapat dilihat pada tabel berikut:
𝑥 100 = 5,6 𝑎𝑡𝑎𝑢 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 4,09 𝑎𝑡𝑎𝑢 4 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑥 100 = 10,09 𝑎𝑡𝑎𝑢 10 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 6,6 𝑎𝑡𝑎𝑢 7 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 100 = 4,1 atau 4 orang
𝑥 100 = 7,7 𝑎𝑡𝑎𝑢 8 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Tabel 1.1 Jumlah Sampel Tiap Kelurahan dari Setiap Kecamatan No. Kecamatan 1. Medan Baru
2.
Medan Petisah
3
Medan Barat
Kelurahan BABURA DARAT MERDEKA PADANG BULAN PETISAH HULU TITI RANTAI PETISAH TENGAH SEI PUTIH BARAT SEI PUTIH TENGAH SEI PUTIH TIMUR I SEI PUTIH TIMUR II SEI SIKAMBING D SEKIP GLUGUR KOTA KARANG BEROMBAK KESAWAN
Populasi 7.552 2.434 6.151 7.656 4.843 6.793 10.393 11.637 6.319 4.847 8.882 9.683 6.724 5.746 18.480 4.814
Sampel 2 1 2 3 2 2 3 4 2 2 3 3 2 2 6 2
4.
Medan Helvetia
PULO BERAYAN KOTA SEI AGUL SILALAS CINTA DAMAI DWIKORA HELVETIA HELVETIA TENGAH HELVETIA TIMUR SEI SIKAMBING CII TANJUNG GUSTA
TOTAL
J.4
13.849 17.580 8.051 16.589 16.962 12.029 29.667 19.452 12.209 22.882 293927
5 6 3 6 6 4 10 7 4 8 100
Sumber Data Sumber data yang dipakai dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua
bagian, yakni data primer dan data sekunder: 1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti penyebaran kuesioner, wawancara dari pihak terkait dan Observasi kepada objek yang diteliti; 2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data yang berasal dari buku, berita, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
J.5
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan : 1. Penelitian Lapangan (field research): Penyebaran Kuesioner diberikan kepada informan yaitu masyarakat pada kelurahan Dapil III. Teknik
pengumpulan data penelitian ini juga berupa observasi. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis. 32 Kemudian disertai dengan data dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini. 2. Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library research) yaitu: dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan sumber-sumber lain yang berkaitan.
J.6
Teknik Pengukuran Skor Pengukuran skor pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert dirancang untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang/sekelompok orang tentang fenomena sosial.Jawaban setiap item instrument memiliki gradasi sangat positif sampai sangat negatif. 33
Adapun penentuan skor dari setiap pertanyaan adalah sebagai berikut: 1. Sangat Setuju (SS)
: diberi skor 4
2. Setuju (S)
: diberi skor 3
3. Tidak Setuju (TS)
: diberi skor 2
4. Sangat Tidak Setuju (STS)
: diberi skor 1
Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah maka terlebih dahulu ditetapkan hasil kelas intervalnya. Berdasarkan
32
Imam Gunawan, S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal.143. 33 Azuar Juliandi, Op.cit., hal 73
alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya sebagai berikut : 𝐼=
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
4−1 = 0,75 4
Dengan demikian, dapat ditentukan kategori jawaban dari masingmasing variabel, yaitu:
J.7
1. Skor untuk kategori sangat kuat
= 3,25 – 4,00
2. Skor untuk kategori kuat
= 2,50 – 3,24
3. Skor untuk kategori rendah
= 1,74 – 2,49
4. Skor untuk kategori sangat rendah
= 0,98 – 1,73
Teknik Analisis Data Pada penelitian kuantitatif ini, peneliti menggunakan analisa data
deskriptif yaitu dengan menggambarkan sampel yang dituju seperti profil dari responden. Analisis deskriptif ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan presentatif. Dan analisis data inferensial, yaitu teknik analisis sampel yang digunakan untuk menjawab hasil data responden dengan memakai rumus Korelasi Momen Produk Pearson.
J.7.1
Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Apabila instrumen sudah disusun, instrumen disebarkan kepada kelompok responden, yaitu sampel yang telah ditentukan per kelurahan pada tiap kecamatan pada DAPIL III, yang dibagikan secara
acak. Setelah instrument dikembalikan, maka dapat dilakukan pengujian validitas secara statistik. 34 Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total yang menggunakan rumus teknik Korelasi Product Moment Pearson . Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut Sugiyonoyang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut : 35 a. Jika r ≥ 0,30, maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid, b. Jika r ≤ 0,30, maka item -item pertanyaan dari kuesioner adalah tidak valid. Dengan uji validaitas empiris atau statistik. Adapun uji validitas statistik dapat dilakukan dengan cara menggunakan rumus Pearson’s Product Moment, yaitu: rxy = Keterangan :
𝑁 (∑ 𝑋𝑌)−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
�{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋 2 )}{𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }
rxy : Koefisien Korelasi
∑Y : Jumlah skor Y 36
N : Banyakknya data keseluruhan ∑X : jumlah skor X
34
Ibid., hal 79 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal.134 35
36
Anas Sudijono, 2008. Pengantar Statistik Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.206
Interpretasi menggunakan tabel nilai "r" product moment (𝑟𝑡 ), denganterlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degress of freedom (df), yaitu: 37 df = N – nr Keterangan: df : Degrees of Freedom N : Number of Cases Nr : Banyaknya variable Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.
J.7.2
Uji Reliabilitas Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrument
penelitian merupakan instrument yang handal dan dapat dipercaya. 38 Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 39
α =
k − 1 k
k 2 ∑ Si i =1 2 Si total
Dimana, k
: banyaknya belahan item
Si2
:
S2
: Total varians dari keseluruhan item
37
Varians dari item ke –i
Ibid., hal.194 Ibid., hal. 83 39 Saifuddin Azwar. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 28 38
Dikatakan bahwa sebuah pertanyaan yang reliabel mungkin saja tidak valid, tetapi jika pertanyaan tersebut tidak reliabel maka pasti tidak valid. Hal ini berarti sebuah ukuran tidak akan valid jika tidak reliabel. Maka dari itu reliabilitas merupakan kondisi yang penting untuk validitas. Perhitungannya adalah dengan menggunakan Croanbach’s alpha. Teknik
pengukuran
reliabilitas
terhadap
instrumen
penelitian
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach. Besaran koefisien Alpha yang diperoleh sama dengan besaran koefisien korelasi, yaitu antara 0-1. Jika dikelompokkan berdasarkan koefisiennya untuk melihat seberapa reliabelsuatu alat ukur, maka dapat dilihat sebagai berikut: 40 -
Nilai Alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
-
Nilai Alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
-
Nilai Alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel
-
Nilai Alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
-
Nilai Alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.
J.7.3
Analisis Regresi Linier Sederhana Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel Alat Peraga Kampanye
(APK) terhadap variabel Perilaku Pemilih, maka penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier sederhana. 41 Persamaan yang digunakan adalah:
40
Y = a + bX
Dalam tesis: Ardha Renzulli.2012. Hubungan FaktorKredibilitas Media Terhadap Aktivitas Akses Berita Online BerdasarkanSegmentasi PsikografiIs.Jakarta: FISIPUI 41 Sugiyono, 2012.Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. hal.207
Keterangan : Y
= Perilaku Pemilih
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
X
= Alat Peraga Kampanye (APK)
J.7.4 Uji Hipotesis 1. Uji Signifikansi Parsial (Uji-T) Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis regresi parsial (sebuah variabel bebas dengan sebuah variabel terikat). Misalnya peneliti bermaksud menguji apakah alat peraga kampanye (APK) pada transportasi umum
berpengaruh
signifikan
terhadap
pilihan
pemilih,
maka
hipotesisnya: a. H0 : Pengaruh APK pada transportasi umum terhadap pilihan pemilih tidak signifikan. b. Ha : Pengaruh APK pada transportasi umum terhadap pilihan pemilih signifikan. Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: a. Tolak H0 jika nilai probabilitas ≤ taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig. ≤ α 0,05) b. Terima H0 jika nilai probabilitas > taraf signifikan sebesar 0,05 (Sig. > α 0,05)
2. Analisis Koefisien Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel yang diteliti. Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment Pearson yaitu untuk mengetahui derajat atau
kekuatan hubungan timbal balik antara 2 variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi paling sedikit -1 dan paling besar 1 jadi r dapat dinyatakan dengan -1 < r < 1 yang berarti : -
r = -1, artinya terdapat hubungan linier negatif antara variabel X terhadap Y
-
r = 0, artinya tidak terdapat hubungan linier antara variabel X terhadap Y
-
r = 1, artinya terdapat hubungan linier positif antara variabel X terhadap Y
3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0 < R2 < 1. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. 42
42
Juliandi, Op.cit., hal 180
K.
Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN
Dalam Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
: DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL CALON
LEGISLATIF DAPEIL III DPRD KOTA MEDAN Dalam Bab ini akan mendeskripsikan lokasi penelitian dan profil calon legislatif pada Dapil III kota Medan yang memasang alat peraga kampanye melalui transportasi umum tersebut. BAB III
: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam Bab ini berisi penyajian dan analisa data yang diperoleh dari pengumpulan data dan teknik analisa data serta pembahasan pada penelitian Dapill III kota Medan dalam Pemilihan Legislatif 2014. BAB IV
: PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan ini. Bab ini yang berisi kesimpulan dari analisis data yang telah diperoleh dari penelitian.