BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan Era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan. Bidang pekerjaan semakin terdiferensiasi atau terspesifikasi
sehingga
disamping
dirasakan
semakin
banyak
juga
mempersyaratkan kemampuan yang lebih tinggi. Sementara itu, persaingan untuk memasuki dunia kerja juga semakin ketat dan kompetitif. Mencermati hal di atas, agar individu dapat memperoleh jabatan atau pekerjaan yang memuaskan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya, maka diperlukan perencanaan karir secara matang. Dalam konteks pendidikan upaya membantu siswa dalam merencanakan pemilihan jabatan atau pekerjaan di masa mendatang secara tepat merupakan aspek yang sangat krusial, sehingga telah menempatkan pentingnya layanan bimbingan karir bagi siswa sebagai bagian integral dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bahkan, apabila ditinjau dari perspektif sejarah lahirnya bimbingan dan konseling tidak lepas dari upaya untuk membantu siswa-siswa mendapatkan lapangan kerja yang cocok sesudah mereka meninggalkan bangku sekolah, melalui gerakan bimbingan jabatan atau masalah karir. Gunawan (2001) menjelaskan bahwa ada empat macam masalah yang sering dialami oleh peserta didik, yaitu: keputusan meninggalkan sekolah,
1
persoalan-persoalan belajar, pengambilan keputusan ke SMA/ MA/ SMK, dan masalah sosial pada siswa tersebut. Keempat permasalahan tersebut, salah satunya dihadapi oleh siswa SMP adalah pengambilan keputusan ke SMA/MA atau SMK, dimana seorang siswa yang telah lulus dari sekolah menengah pertama dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit. Seorang siswa dalam kehidupannya
akan dihadapkan dengan sejumlah
alternatif, baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karirnya. Adakalanya siswa mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih. Apakah nantinya akan meneruskan studi, yakni melanjutkan pendidikan ke SMA/MA/ SMK atau akan bekerja maupun mengikuti pelatihan-pelatihan/ kursus. Para siswa SMP yang akan melanjutkan pendidikannya ke SMA/ MA/ SMK, tidak begitu saja dapat melakukan keputusannya melainkan melalui suatu proses yang rumit. Siswa diharuskan siap dalam mengambil keputusan yang sangat penting dan sulit. Suatu keputusan yang khusus menentukan masa depannya
sehubungan
dengan
karir
yang
dicita-citakan.
Hal-hal
yang
diidentifikasikan menjadi penyebab siswa belum mengambil keputusan atau belum merencanakan pilihan karier adalah pelaksanaan layanan informasi dilaksanakan secara insidental, tingginya biaya untuk tes bakat minat yang dilengkapi dengan saran-saran jurusan, keadaan ekonomi orangtua, teman sebaya, faktor peluang kerja, dan kurangnya wawasan/ pengetahuan serta kurangnya informasi karier.
2
Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia karirnya. Maka seorang siswa membutuhkan bantuan bimbingan dari guru pembimbing yang ada di sekolah, guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik diri. Kekurangtahuan dan kekurangpahaman tersebut sering membuat siswa kehilangan kesempatan, salah pilih jurusan, salah pilih pekerjaan, dan tidak dapat meraih kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, minat, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam diri individu tersebut. Banyak siswa yang kekurangan informasi tentang karier, cenderung menjadi salah satu hambatan dalam menentukan arah ataupun pilihan karirnya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurang intensifnya pelaksanaan layanan orientasi karir di sekolah. Pemberian layanan orientasi karier, baik yang diperoleh dari guru pembimbing maupun dari sumber-sumber informasi yang lain diharapkan siswa dapat memperoleh gambaran tentang karier yang akan dipilih dan ditempuhnya sehingga memudahkan siswa dalam mengambil keputusan harus kemana setelah lulus nanti. Layanan orientasi ini bertujuan memberikan informasi secara lengkap tentang karier, dengan harapan agar siswa dapat merencanakan/ mengambil keputusan secara tepat dan mantap sesuai dengan potensi yang dimiliki. Agar terhindarkan dari permasalahan tersebut maka para siswa perlu dibekali dengan informasi yang cukup dan akurat. Pemberian layanan orientasi karier bertujuan membantu peserta didik agar dapat memahami diri dan
3
lingkungannya. Seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan dunia kerja. Sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan terbaik bagi masa depannya terutama berkaitan dengan rencana karir yang akan ditempuhnya kelak. Berdasarkan kuesioner dari Hayadin, (2008) diperoleh gambaran bahwa 35,75% siswa kelas XII SMA/ MA/ SMK sudah mempunyai pilihan pekerjaan dan profesi, sementara 64,25% lainnya belum mengambil keputusan pilihan ke perguruan tinggi, pekerjaan atau profesi. Siswa-siswi yang belum mengambil keputusan adalah siswa yang memiliki prestasi akademik yang baik maupun yang memiliki prestasi akademik sedang. Hal ini didukung oleh pendapat dari Santrock (2002) yang menyatakan bahwa kesulitan, kebingungan, dan ketakutan terasa ketika harus memilih dan memutuskan jurusan untuk studi lanjut. Masalah terkait dengan apa yang dikatakan oleh
Hayadin (2008) dan
Santrock (2002), apabila diperhadapkan dengan keadaan sekarang ini, sekolahsekolah juga mengalami hal yang sama. Dengan artian banyak siswa yang kesulitan dan salah dalam mengambil keputusan karir, khususnya pada siswa SMP yang rentang usia berkisar 14-15 tahun mengalami pembentukan konsep diri, mengembangkan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan serta membentuk sebuah pemahaman umum dari dunia kerja, Super, D.E. (1990). Berdasar pada pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini akan melihat kemantapan pengambilan putusan karir siswa di SMPN 9 Saltiga dengan dasar pertimbangan dari hasil wawancara oleh peneliti semasa praktek pengalaman
4
lapangan (PPL) kepada guru bimbingan konseling (BK), bahwa 75% atau 158 siswa dari 226 siswa kelas IX di SMPN 9 Salatiga mengalami kesulitan dan bingung dalam mengambil keputusan karir.
1.2. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemantapan pengambilan putusan karier siswa kelas IX SMPN 9 Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemantapan pengambilan putusan karier siswa kelas IX SMPN 9 Salatiga. 1.4. Manfaat Penelitian a)
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan bagi ilmu bimbingan dan
konseling khususnya yang berkaitan dengan kemantapan pengambilan keputusan karir siswa ditingkat sekolah menengah pertama (SMP) b)
Manfaat praktis Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi sekolah dan pembaca dalam menambah wawasan dan ilmu antara lain : a. Memberikan sumbangan atau masukan bagi pihak sekolah dalam memberikan layanan penempatan dan penyaluran karir siswa.
5
b. Siswa tidak mengalami kesulitan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan karirnya dan siswa merasa mantap dalam menentukan karir dimasa mendatang berdasarkan bakat, minat yang dimilikinya. c.
Secara akademik akan membantu penulis untuk semakin memahami tentang karir yang akan ditetntukan/diambil dimasa mendatang.
1.5. Sistematika Penelitian Bab I adalah Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II adalah Landasan Teori yang berisi teori-teori dan konsep yang akan digunakan sebagai kerangka analisa pada bagian selanjutnya, temuan yang relevan dan hipotesis. Bab III adalah Metode Penelitian yang berisi jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, kisi-kisi penyusunan instrumen, uji coba instrumen, teknik analisis data. Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi deskripsi subjek penelitian, hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah Penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
6