BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara berencana, komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur dan merata baik secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depkes RI,1999). Menurut Hendrik L. Blum (1986), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula (Notoadmodjo, 2003). Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya juga dialamatkan kepada empat faktor tersebut. Dengan kata lain intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4 bagian yakni intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena telah menjadi unsur utama
dalam meningkatkan hasil pertanian. Namun
pestisida adalah bahan beracun berbahaya, bila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat (Djojosumarto, 2000).
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai pada saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan. Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas. Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan
biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu . Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap pestisida yang dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah, dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan. Keracunan kronis tidak selalu mudah dideteksi karena efeknya tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan kesehatan. Sangat disayangkan belum banyak penelitian tentang dampak negatif pemakaian pestisida di Indonesia. Sementara itu hasil penelitian yang telah ada kurang disosialisasikan sehingga tingkat kesadaran masyarakat terhadap masyarakat masih sangat rendah. Masih sering petani menyemprot pestisida tanpa memakai pelindung. Pemakaian pestisida sering tidak sesuai dosis dan konsentrasi yang dipakai sering ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain itu wadah pestisida sering dibuang di sembarang tempat (Novizan, 2002). Pestisida merupakan bahan kimia beracun yang bermanfaat bagi bidang pertanian. Namun jika orang yang menggunakan pestisida tidak sesuai prosedur maka akan menyebabkan pekerja tersebut mengalami gangguan kesehatan seperti kulit gatal-gatal, mual/muntah, dan kepala pusing.
Mayoritas penduduk di sekitar PTPN IV kebun Dolok Ilir bekerja sebagai karyawan di PTPN IV kebun Dolok Ilir dengan berbagai profesi. Bagian lapangan karyawan bekerja sebagai pengegrek buah sawit, pembersih piringan kelapa sawit, penyemprot pestisida. Berdasarkan survey awal pada bulan agustus yang dilakukan terlihat bahwa hampir sekitar 20 pekerja tidak senantiasa memakai APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap dalam melakukan penyemprotan. Hal seperti ini akan dapat mempengaruhi status kesehatan karyawan penyemprot pestisida. Dan hal ini dapat dilihat pada saat survey awal dengan mewawancarai beberapa pekerja pada waktu istirahat. Terkadang para pekerja mengalami gangguan gatal-gatal pada kulit mereka. Gatal-gatal ini disebabkan karena pekerja itu tidak secara utuh memakai APD dan memakai APD jika mereka merasa perlu untuk menggunakannya. Pemberian APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker, baju tangan panjang, sarung tangan, kacamata merupakan suatu bagian yang di berikan oleh pihak perusahaan sebagai bentuk pelayanan kepada karyawan agar karyawan tidak mengalami gangguan kesehatan dalam mengerjakan tugasnya sebagai penyemprot pestisida. Walaupun dari pihak perusahaan sudah secara maksimal memberikan banyak penyuluhan akan pentingnya menggunakan APD dalam melakukan pekerjaan penyemprotan, mengingatkan karyawan untuk menggunakan APD melalui mandor yang mengawasi pekerja, namun pekerja tidak senantiasa mematuhi peraturan yang diberikan pihak perusahaan. Dengan alasan ketidaknyamanan di dalam melakukan pekerjaannya didalam melakukan penyemprotan sehingga terkadang mereka tidak memakai secara lengkap APD yang diberikan ketika melakukan pekerjaannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan adalah bagaimana gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran perilaku pemakaian APD dan gejala keracunan pada penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, dan masa kerja. 2. Untuk mengetahui pengetahuan penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir. 3. Untuk mengetahui sikap penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir. 4. Untuk mengetahui tindakan penyemprot pestisida tentang pemakaian APD di PTPN IV Dolok Ilir.
5. Untuk mengetahui gejala keracunan (sakit kepala, mual/muntah, dan gatal-gatal, banyak keringat, dada sesak) penyemprot pestisida di PTPN IV Dolok Ilir.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi PTPN IV Dolok Ilir terkait dalam hal perilaku penyemprot pestisida. 2. Sebagai masukan kepada pekerja penyemprot pestisida tentang dampak penggunaan pestisida dengan kesehatan pekerja itu sendiri. 3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang perilaku penggunaan APD dan gejala keracunan. 4. Sebagai masukan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.