BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium Developmet Goals) ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu, diperlukan upaya-upaya yang efektif dan efisien serta konsisten dari seluruh pemangku kepentingan untuk ikut bersamasama berupaya dalam mempercepat penurunan AKI dan Bayi Baru Lahir di Indonesia (Kemenkes, 2013). Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi, dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan kematian (Sani, dkk., 2009). Angka kejadian kelahiran premature yang disebabkan karena ibu hamil mengalami kurang gizi (kurang energi kronis/KEK, yang ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Akibat yang paling relevan dari ibu hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir dengan BBLR (kurang dari 2.500 gr) (Mina, 2013). Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Jika
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85% (Sutriani, 2010). Angka kematian bayi dan ibu serta bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang tinggi pada hakekatnya juga ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil
1
dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami 3 masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan animea (Saimin dalam Ferial (2011). Kejadian KEK dan anemia pada ibu hamil umumnya disebabkan karena rendahnya asupan zat gizi ibu selama kehamilan bukan hanya berakibat pada ibu bayi yang dilahirkannya, tetapi juga faktor resiko kematian ibu (Almatsier, 2004) Prevalensi KEK di negara-negara berkembang seperti Banglades, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan ke empat terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah Thailand dengan prevalensi 15-25%. (Sigit, 2009). Masalah gizi dalam kehamilan yang dihadapi masyarakat Indonesia adalah KEK pada ibu hamil, dimana hal ini disebabkan oleh pengetahuan gizi terhadap ibu hamil yang kurang, ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi dan kurangnya kesadaran pada ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandung (Astri, 2011). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi wanita usia subur resiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak hamil sebanyak 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang hamil dan yang tidak hamil sebanyak 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun adalah sebanyak 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada usia 30-34 tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS (Wanita Usia Subur) risiko KEK mengalami
peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun. Enam belas provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Di Provinsi Aceh, prevalensi risiko KEK wanita hamil usia 15-49 tahun yang hamil sebanyak 20% sedangkan prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil). Secara nasional prevalensi risiko KEK WUS sebanyak 21% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Langsa pada tahun 2014 didapat 3.801 ibu hamil dan sebanyak 167 (4,3%) ibu hamil yang mengalami KEK (Kekuranga Energi Kronis), sedangkan pada Januari - Juni 2015 dari 2.181 ibu hamil terdapat sebanyak 243 (11,14%) (ibu hamil yang mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronis). Berdasarkan laporan dari petugas kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Langsa Angka Kematian Ibu dan Neonatal meningkat, dan dari kematian ibu ternyata KEK menjadi masalah terbesar nomor 2 setelah kematian Neonatal. Data yang didapat dari Puskesmas Langsa Lama tahun 2014 didapat jumlah ibu hamil sebanyak 443 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 45 (10,1%) ibu hamil. Sedangkan bulan Januari – Juni 2015 terjadi kenaikan persentase ibu hamil yang mengalami KEK, yaitu dari 213 ibu hamil terdapat 78 (36,6%) ibu hamil yang mengalami KEK. KEK yang tidak tertangani akan dapat meyebabkan kematian ibu dan janin, sehingga memerlukan perhatian khusus agar ibu dapat melahirkan dengan selamat dan janin lahir dengan sehat. Upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan yaitu dengan pemeriksaan ANC (Antenatal Care). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Huliana, 2001). Pemanfaatan
perawatan prenatal diketahui bervariasi lintas-sectional dengan karakteristik sosiodemografi, terutama ras/etnis, pendidikan, usia, dan status perkawinan (Charles, 2008). Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Hollowell, 2011). Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan keluarga (ekonomi). Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Nora, 2013). Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga berpengaruh pada prilakunya. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan juga bayinya (Astri, 2011). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti membuat perumusan masalah
bagaimanakah Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015. 1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang KEK dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.
2.
Untuk mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.
3.
Untuk mengetahui hubungan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.
1.4
Hipotesis 1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian KEK pada ibu hamil 2.
Ada hubungan pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil
3. Ada hubungan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan kejadian KEK pada ibu hamil.
1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Langsa Lama untuk memberikan informasi kepada ibu hamil dan calon ibu hamil agar memperhatihan asupan nutrisi yang dikonsumsi agar tidak terjadi KEK pada ibu hamil.