BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan karya-karya baru. Lebih-lebih pada zaman kerajaan, sastra di Bali telah menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban masyarakat serta tindakan-tindakan penting lainya (Kanta, 1984: 2). Dalam kesempatan ini, penelitian difokuskan pada salah satu karya sastra tradisional Bali berbentuk babad. Babad merupakan bentuk karya sastra tradisional khas Bali yang sangat perlu untuk diketahuai, dipelajari, bahkan untuk dilestarikan keberadaanya, terutama oleh masyarakat Bali yang tentunya memiliki kecintaan terhadap karya sastra tradisional Bali. Hal ini dilakukan bukan semata-mata hanya untuk melestarikan warisan budaya leluhur, melainkan juga dalam babad banyak terkandung ajaran moral maupun pesan yang terkandung dalam babad, sehingga dapat digunakan sebagai cerminan dan panduan dalam menjalani kehidupan. Babad juga merupakan salah satu bentuk karya sastra tradisional disamping geguritan, kidung, kekawin, dll. Dilihat dari isinya babad merupakan jenis karya sastra sejarah yang mengandung unsur-unsur sejarah di dalamnya. Teeuw (1984:342343) menyebutkan bahwa Babad, sejarah, dan lain-lain merupakan teks- teks historik
1
dan geneologik yang mengandung unsur-unsur kesusastraan, dengan metode dan pendekatan yang sesuai dengan sifat utamanya. Menurut Suarka (1989: 6) dalam makalahnya menjelaskan bahwa, di Bali babad dibedakan atas dua macam yaitu babad yang meliputi masa yang cukup panjang dan wilayahnya yang luas; artinya babad jenis ini menguraikan peristiwaperistiwa yang berlangsung berpuluh-puluh tahun bahkan berabad-abad, meliputi generasi beruntun dalam lingkungan wilayah yang luas. Kemudian jenis babad yang mempunyai jangkauan waktu dan wilayah berlangsungnya peristiwa itu yang dipersempit; artinya pusat cerita hanya peristiwa-peristiwa dalam suatu babakan waktu tertentu dan lebih menitikberatkan kepada hal ikhwal dalam suatu daerah. Suarka (1989: 7-8) dalam makalahnya menjelaskan bahwa, pada umumnya istilah babad terdapat di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Sedangkan di daerahdaerah lain seperti Sulawesi Selatan disebut lontara, di Sumatra Barat dikenal dengan istilah tambo, di Kalimantan, Sumatra, dan Malasyia dikenal dengan istilah hikayat, silsilah, sejarah, sedangkan di Burma dan Thailand dikenal dengan sebutan kronikel. Babad sebagai salah satu bentuk karya sastra, tradisi penulisannya diperkirakan pada masa berkembangnya kerajaan gelgel sekitar tahun 1460-1550. Hal ini didukung dengan ditemukannya sebuah Bhisama, yaitu semacam amanat Bhatara kawitan (leluhur) pada semua keturunannya, milik Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Ditegaskan pula bahwa pada masa pemerintahan dalem gelgel inilah memuncaknya penulisan babad di Bali (Soebandi, 1985: 169) 2
Babad sebagai karya sastra erat kaitannya dengan kepercayaan, adat istiadat, upacara ritual, hukum, magis, maupun kehidupan sosial kemasyarakatan lainnya (Suastika, 1985: 160). Dari keterkaitan inilah penelitian ilmiah terhadap khazanah kesusastraan tradisional khususnya mengeai Babad Pasek Dukuh Sebun sangat perlu untuk dilakukan. Adapun isi dari babad Pasek Dukuh Sebun adalah silsilah keturunan dari Pasek Dukuh Sebun, di kaitannya dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik dirangkai dalam satu bentuk karya sastra. Dalam Babad Pasek Dukuh Sebun ini juga berisikan tentang kedatangan Pasek Dukuh Sebun, I Pasek Bendesa, dan I Pasek Gelgel untuk menghadap Ida Dalem. Setelah bertemu dengan Ida Dalem ketiga pasek menginginkan Ida Dalem untuk pergi ke Bali. Dengan segala pertimbangan Ida Dalem pun mengikuti apa yang diinginkan I Pasek Dukuh Sebun, I Pasek Gelgel dan juga I Bendesa. Akhirnya Ida Dalem pun pergi ke Bali di ikuti oleh ketiga pasek tersebut disertai juga dengan semua peralatan seperti kris kawitan, pakaian perang dan juga wayang gringsing. Setibanya di Bali Ida Dalem bersama semua pengikutnya membuat tempat pemujaan untuk Ida Dalem yang diberikan nama prahyangan. Setelah selesai mebuatkan Ida Dalem tempat pemujaan kemudian Ida Dalem memerintahkan untuk membuatkan para Arya tempat pemujaan di berbagi tempat. Pembuatan tempat pemujaan terhadap para Arya di bantu oleh I Gusti Agung dan juga I Gusti Ngurah Sidmen. Setelah semuanya selesai dibuat, I Pasek Dukuh Sebun bersama I Pasek Gelgel dan I Bendesa, kembali mendatangi Ida Dalem agar tidak 3
lupa dengan Ida Bhatara. Setelah diperingati oleh ketiga pasek tersebut, kemudian Ida Dalem mengumpulkan semua pengikutnya untuk membicarakan upacara yang akan dilaksanakan dibesakih maupun di tempat-tempat pemujaan semuanya. Babad ini sangat menarik untuk dikaji, karena pesan yang terkandung dalam babad Pasek Dukuh Sebun sangat berguna untuk kelangsungan klan ini. Babad ini memiliki kekhasan berbeda dengan karya satra lainnya yang memiliki struktur naratif yang utuh. Dalam babad ini terdapat alur, insiden, tokoh dan penokohan, tema dan amanat, serta babad ini belum pernah dikaji sebelumnya. Pesan yang terkandung dalam babad ini akan memberikan gambaran pesan yang difungsikan dalam kehidupan masyarakat. Dengan alasan demikian sehingga membuat ketertarikan peneliti untuk meneliti karya sastra ini.
1.2 Masalah Sebagaimana yang telah diuraikan dalam ulasan latar belakang di depan, penulis ingin meneliti Babad Pasek Dukuh Sebun sebagai sebuah kajian. Sehubungan dengan hal tersebut, masalah-masalah yang akan dianalisis meliputi : 1. Bagaimanakah sturktur yang menbangun Babad Pasek Dukuh Sebun ? 2. Apa fungsi Babad Pasek Dukuh Sebun dalam kaitannya dengan aspek historis, Aspek religius, dan aspek sosial?
4
1.3 Tujuan Penelitian Secara garis besar tujuan penelitian dapat digolongkan menajdi dua bagian antara lain ada tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1
Tujuan umum Penelitian ini secara umum adalah ikut serta membantu membina,
melestarikan dan mengembangkan hasil karya sastra tradisional (babad), sebagai warisan budaya bangsa dan pelestarian budaya nasional melalui pengembangan kebudayaan daerah. Selain itu hasil yang nantinya akan diperoleh dari penelitian ini diharapkan nantinya akan dipakai sebagai perbandingan dalam penelitian-penelitian selanjutnya, terutama dalam kaitannya dengan karya sastra tradisional.
1.3.2. Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan khusus dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Untuk mendeskripsikan struktur yang membangun babad Pasek Dukuh Sebun.
2.
Untuk mendeskripsikan fungsi babad Pasek Dukuh Sebun dalam kaitannya dengan aspek historis, aspek religius, aspek sosial.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Berdasarkan penelitian tersebut manfaat teoritis dari penelitian ini yakni
untuk menambah kasanah kepustakaan dalam bidang sastra khususnya yang menyangkut kajian tetang struktur dan fungsi.
1.4.2
Manfaat Praktis Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka manfaat praktis penelitian ini
nantinya agar bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama yang berminat mengenai Babad secara struktur maupun fungsinya.
6