1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Penelitian terhadap karya sastra tradisional menjadi obyek penelitian tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang ada dan terjadi di masyarakat yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Persoalan yang dikaji dalam hal ini adalah persoalan berhubungan dengan kepercayaan atau ajaran agama Hindu yaitu tentang upacara yadnya. Sudharta (2001:49) menegaskan bahwa pelaksanaan yadnya dalam masyarakat Hindu dikenal adanya lima macam yang disebut panca yadnya yaitu: (1) Dewa Yadnya ialah korban suci dengan tulus ikhlas ke hadapan Sanghyang Widhi dengan jalan cinta bhakti, sujud memuja serta mengikuti segala ajaranajaran suci-Nya. (2) Pitra Yadnya ialah korban suci yang tulus ikhlas kepada leluhur dengan memujakan keselamatannya di akhirat serta memelihara keturunan dan menurut segala tuntunannya. (3) Manusa Yadnya ialah korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan keturunan serta kesejahteraan manusia lain. (4) Rsi Yadnya ialah korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi serta mengamalkan segala ajarannya. (5) Bhuta Yadnya ialah korban suci yang tulus ikhlas kepada sekalian mahluk bawahan yang kelihatan maupun tidak, untuk memelihara kesejahteraan alam semesta. 1
2
Dalam Kamus Istilah Agama Hindu kata yadnya artinya kurban, upacara kurban (Sura, 2002: 135). Uraian yang lebih lengkap dikemukakan bahwa kata yadnya berasal dari kata Sanskerta, terbentuk dari urat kata “yaj” yang berarti ‘memuja’, ‘menyembah’, atau ‘berdoa’. Pemujaan atau penyembahan ditujukan kepada makhluk-makhluk yang lebih tinggi derajatnya, seperti para dewa sebagai sinar suci Tuhan Yang Mahaesa, bhutakala sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Mahaesa atau persembahan yang ditujukan kepada spirit-spirit yang memiliki sifat-sifat positif atau negatif dengan cara mempersembahkan materi-materi tertentu, misalnya air, buah, bunga, api, kurban binatang. Semuanya sudah menjadi kegiatan ritual yang biasa di kalangan masyarakat (Suamba, 1996: 1-2). Jadi, pada hakikatnya yadnya merupakan korban suci dengan tulus ikhlas yang dilaksanakan di kalangan masyarakat. Pelaksanaan upacara yadnya yang mempunyai makna pengorbanan suci yang tulus ikhlas dengan cara mempersembahkan binatang sebagai kurban.Wiana (2002: 182-183 ) dalam bukunya yang berjudul “ Makna Upacara Yadnya dalam Agama Hindu” menulis bahwa pemakaian sarana upacara berupa binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai sarana upacara yadnya, akan meningkat kualitasnya dalam penjelmaan berikutnya. Penggunaan binatang sebagai sarana upacara yadnya sebagai simbol penguasaan sifat-sifat kebinatangan. Manusia memberikan kesempatan kepada tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut akan mendapatkan pahala yang utama. Karena itu penggunaan binatang sebagai sarana pokok upacara bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat kebinatangan atau keraksasaan menuju sifat-sifat kemanusiaan terus meningkat menuju sifat-sifat kedewaan.
3
Perjuangan manusia di dunia ini adalah menguasai kecenderungan keraksasaan sehingga kecenderungan kedewaanlah yang mengendalikan hidup manusia. Kalau kecenderungan kedewaan yang menguasai manusia, manusia akan dapat mengendalikan perilakunya agar selalu berada pada ketentuan dharma. Sifat-sifat manusia yang tidak sesuai dengan ajaran dharma akan menyebabkan manusia memiliki sifat dan pikiran negatif. Segala pikiran dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran dharma dapat menjerumuskan manusia ke dalam kehancuran. Perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama harus dibersihkan atau disucikan supaya kehidupan menjadi damai dan tentram. Proses pelaksanaan pembersihan diri atas perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran dharma dilaksanakan dengan jalan pangruatan. Penelitian ini lebih lanjut ingin mengungkapkan bagaimana proses upacara pangruatan yang dilaksanakan oleh umat manusia. Pelaksanaan pangruatan yang dilakukan dalam bentuk upacara yadnya disertai dengan berbagai sarana upacaranya. Tujuan pangruatan adalah sebagai bentuk permohonan kesucian lahir dan batin, memohon keselamatan alam semesta beserta isinya, dan dengan dilaksanakannya upacara pangruatan maka keadaaan kahyangan dan dunia beserta isinya menjadi damai dan tentram kembali. Proses pangruatan dalam teks Cempaka Gadang dikaitkan dengan upacara yadnya pada masyarakat Hindu. Pelaksanaan pangruatan yang terdapat pada teks Cempaka Gadang relevan dengan realita kehidupan yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu, khusunya di Bali. Upacara yadnya berupa pangruatan yang
4
terdapat dalam teks Cempaka Gadang, merupakan proses pelaksanaan pembersihan yang bertujuan untuk menyucikan diri dan mengharmoniskan kembali alam beserta isinya. Penelitian tentang wacana pangruatan yang terkandung dalam teks Cempaka Gadang, dapat memberikan penjelasan bahwa teks Cempaka Gadang merupakan salah satu sumber sastra yang penting bagi kehidupan masyarakat Hindu dalam meningkatkan pengetahuan di bidang keagamaan, terutama dalam hal upacara yadnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang? 2. Apa saja fungsi wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang? 3. Apa makna wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengungkapkan keberadaan naskah-naskah tradisional berupa tutur dengan harapan dapat
5
memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat serta memberikan masukan dan sumbangan bagi ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu sastra. Selain itu juga dapat melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah-naskah lontar. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian terhadap teks naskah Lontar Cempaka Gadang ini sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui bentuk wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang. 2. Untuk mengetahui fungsi wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang. 3. Untuk mengetahui makna wacana pangruatan dalam teks Cempaka Gadang.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan keilmuan dan praktis. Manfaat pertama adalah manfaat yang bersifat teoretis dan manfaat yang kedua bersifat praktis. Kedua manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi pengetahuan di bidang ilmu sastra. Selain itu dapat menambah
6
dan melengkapi penelitian sastra lama, terutama dalam bentuk kajian naskahnaskah lontar. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk lebih memahami dan mendalami pengetahuan tentang karya sastra dalam bentuk tutur. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai bagaimana bentuk, fungsi dan makna pangruatan yang berhubungan dengan upacara yadnya yaitu dalam rangka pelaksanakan pembersihan diri dan spiritual manusia, menjaga keselarasan dan keharmonisan alam beserta isinya dalam teks Cempaka Gadang.