BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sektor jasa merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting
dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Sejak terjadi krisis keuangan Asia pada tahun 1997, sektor jasa mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibanding sektor manufaktur di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dari kontribusi sektor jasa pada GDP yang lebih banyak dibanding sektor manufaktur. Menurut Worldbank (2014), pada tahun 2013, kontribusi sektor jasa pada GDP mencapai 39,9% dengan pertumbuhan sektor mencapai 6,6%. Sebaliknya, kontribusi sektor manufaktur pada GDP hanya sebesar 24% dengan pertumbuhan 5,5%. Sektor jasa di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 49 juta di tahun 2013. Sedangkan sektor manufaktur hanya mampu menyerap 15 juta orang di tahun yang sama. Menurut Worldbank (2014), sektor jasa tersegmentasi ke dalam beberapa subsektor, diantaranya pedagang besar dan kecil (termasuk hotel dan restoran), transportasi, pemerintahan, keuangan, layanan profesional dan layanan personal seperti pendidikan, kesehatan, dan jasa real estate. Banyaknya variasi bidang pekerjaan di sektor jasa menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya kontribusi pada perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Di mana, produk utama sektor jasa adalah jasa atau layanan. Sementara itu, sektor manufaktur 1
menjalankan bisnisnya dengan mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi. Terdapat beberapa sektor manufaktur, diantaranya produsen alat transportasi, makanan dan minuman ringan, mesin, obat-obatan, perabot rumah tangga, tekstil, dan lain sebagainya. Di Yogyakarta, berdasarkan Badan Pusat Statistika, Yogyakarta (2014), sektor jasa dan manufaktur memiliki kontribusi terbesar pada perekonomian di DIY. Andil terbesar pada PDRB 2013 dihasilkan oleh subsektor jasa, perdagangan, hotel dan restoran, yaitu 20,65%. Andil terbesar kedua dalam struktur PDRB 2013 dihasilkan oleh sektor jasa-jasa, terutama dari pemerintahan umum, dengan nilai andil 20,16%. Sumbangan sektor manufaktur dalam struktur perekonomian tahun 2013 menunjukkan pola yang menurun dan relatif stagnan pada angka 14% selama tahun 2000 sampai 2013. Meskipun begitu, peran sektor manufaktur pada perekonomian DIY masih cukup dominan dengan nilai andil sebesar 13,91% di tahun 2013. BPS (2014) juga mendata bahwa sektor jasa di Yogyakarta memiliki kontribusi yang paling besar dalam penyerapan angkatan kerja di Yogyakarta. Andil terbesar berasal dari subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang mampu menyerap angkatan kerja sebanyak 26,64% di bulan Februari 2014. Subsektor jasa lainnya juga mampu menyerap angkatan kerja yang besar, yakni 20,75%. Sementara sektor manufaktur hanya menyerap angkatan kerja sebanyak 14,91%. Yogyakarta yang merupakan salah satu tujuan wisata alam dan budaya utama di Indonesia dianggap menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan sektor jasa lebih pesat dibanding sektor manufaktur.
2
Terkait dengan penyerapan tenaga kerja dari kelompok lulusan perguruan tinggi di sektor jasa, Worldbank yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2014) menemukan bahwa sebagian besar lulusan pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu hampir 2/3 dari jumlah keseluruhan bekerja di sektor jasa terutama di layanan publik (edukasi, kesehatan, administrasi pemerintahan, dan layanan sosial lainnya). Sekitar 1/3 dari seluruh lulusan bekerja di sektor jasa lainnya seperti sektor perdagangan grosir, hotel, keuangan, dan lainnya. Sementara, sektor manufaktur hanya mempekerjakan 7% dari seluruh lulusan perguruan tinggi. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa peluang kerja bagi lulusan perguruan tinggi di sektor jasa lebih besar dibanding sektor manufaktur. Berbagai data tersebut menunjukkan betapa pentingnya sektor jasa dalam perekonomian dan ketenagakerjaan di Indonesia. Agar sektor ini dapat terus memberikan kontribusi yang terbaik, maka setiap perusahaan yang bergerak di sektor ini memerlukan dukungan dari sumber daya manusia yang tepat dan berkualitas, sama halnya dengan sektor lainnya, misalnya sektor manufaktur. Sumber daya manusia yang telah terpilih ini nantinya bisa dikelola dengan baik dan bisa memberikan timbal balik yang baik bagi perusahaan. Karena sumber daya manusia merupakan fondasi penting bagi organisasi atau perusahaan dalam menjalankan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan. Tanpa sumber daya manusia, sebuah organisasi tidak akan mampu mengelola dan mengontrol sumber daya lainnya.
3
Pengelolaan sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah. Perusahaan harus menjalankan banyak tahapan mulai dari perekrutan, penyeleksian, pelatihan, sampai nantinya di tahap tenaga kerja bisa siap diberikan tanggung jawab.Dalam hal perekrutan, perusahaan harus mampu menarik minat calon pekerja untuk melamar pekerjaan di perusahaannya. Persepsi calon pekerja terhadap atribut pekerjaan yang ditawarkan sebuah perusahaan memiliki andil besar dalam memilih pekerjaan. Wadhva (1978) menyatakan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari program studi manajemen menganggap peluang untuk pengembangan karir menjadi faktor utama, sementara faktor moneter, seperti gaji, bukanlah menjadi atribut pekerjaan yang utama dalam memilih pekerjaan. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan tersebut oleh Powell (1991) dalam Moy dan Lee (2002) disusun dalam 15 atribut pekerjaan yang dikategorikan ke tiga grup, yaitu dari pekerjaan itu sendiri, kompensasi atau jaminan, dan perusahaan atau lingkungan kerja. Moy dan Lee (2002) menemukan bahwa atribut pekerjaan yang menjadi prioritas utama calon pekerja adalah prospek karir jangka panjang. Jariangprasert dan Kantabutra (2012) menyatakan bahwa mahasiswa cenderung mencari jaminan pekerjaan, maka dari itu kebanyakan memilih sektor publik sebagai pilihan sektor pekerjaannya. Berdasarkan survei yang dilakukan National Association of Colleges and Employers (NACE) pada tahun 2014 juga ditemukan bahwa mahasiswa lebih berminat untuk melanjutkan karir di sektor jasa. Akan tetapi, pesatnya pertumbuhan sektor jasa dan tingginya minat mahasiswa untuk bekerja di sektor jasa tidak sejalan dengan kualitas manajemen
4
sumber daya manusia yang ada di sektor jasa. Menurut Lindsay dan McQuaid (2004), dalam penelitian mengenai sektor jasa di Inggris, sektor ini dianggap menjadi sektor dengan penghasilan yang rendah, ketrampilan yang tidak memadai, martabat yang rendah, keuntungan yang kurang, dan masa depan yang tidak terjamin, serta dianggap menjadi pilihan karir yang memuaskan bagi orang yang sebenarnya tidak memilikinya. Selain itu, tenaga kerja di sektor jasa dianggap kurang berdaya saing dengan ketrampilan yang rendah, karena kurang diberi pelatihan yang intensif. Hal tersebut mencerminkan bahwa sektor jasa masih kurang memperhatikan sumber daya manusia yang ada. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tren minat mahasiswa S1 manajemen dan akuntansi untuk bekerja di sektor jasa ataupun sektor manufaktur. Dalam penelitian ini, preferensi mahasiswa S1 pada atribut pekerjaan yang ditawarkan sektor jasa dan sektor manufaktur menjadi pokok bahasan utama. Dimana dari hal tersebut dapat dianalisis apa atribut pekerjaan yang dianggap unggul di setiap sektor pekerjaan. Selain itu, dapat pula diketahui anggapan mahasiswa S1 akan kedua sektor tersebut dari berbagai hal. Mengingat persaingan bisnis yang semakin ketat, berbagai perusahaan dari berbagai sektor harus bersaing untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, perusahaan perlu mengetahui bagaimana persepsi, preferensi, dan ekspektasi angkatan kerja terhadap perusahaan dan atribut pekerjaan yang ditawarkan. Sehingga nantinya perusahaan bisa menjadikan hal tersebut sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
5
1.2.
Rumusan Masalah Setelah terjadinya krisis keuangan Asia, sektor manufaktur mulai
mengalami penurunan dalam hal kotribusinya untuk pendapatan nasional maupun ketenagakerjaan. Di sisi lain, sektor jasa mulai mengalami pertumbuhan yang pesat. Di Yogyakarta, khususnya di sektor jasa perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor layanan publik mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini didukung oleh banyaknya pendatang yang berkungjung ke Yogyakarta, mengingat Yogyakarta merupakan kota pariwisata alam dan budaya di Indonesia. Hanya saja menurut Lindsay dan McQuaid (2004), dalam penelitian mengenai sektor jasa di Inggris, sektor ini merupakan sektor dengan penghasilan yang rendah, ketrampilan yang tidak memadai, martabat yang rendah, keuntungan yang kurang, dan masa depan yang tidak terjamin, serta dianggap menjadi pilihan karir yang memuaskan bagi orang yang sebenarnya tidak memilikinya. Berdasarkan hal tersebut, terlihat jika pertumbuhan sektor jasa memang mendorong tumbuhnya peluang kerja yang besar dibanding di sektor manufaktur, tetapi pertumbuhan tersebut tidak sejalan dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia di sektor jasa. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana preferensi mahasiswa S1 UGM terhadap atribut pekerjaan dari sektor jasa dan sektor manufaktur. Dengan menggunakan indikator atribut pekerjaan dari Powell (1991), peneliti akan menganalisis apa saja atribut pekerjaan yang lebih baik di sektor jasa dibanding sektor manufaktur dan sebaliknya, apa saja atribut pekerjaan yang lebih baik di sektor manufaktur dibanding sektor jasa.
6
1.3. a.
Pertanyaan Penelitian Apakah ada perbedaan preferensi pada atribut pekerjaan dari sektor jasa dan sektor manufaktur?
b.
Apakah mahasiswa S1 lebih berminat untuk bekerja di sektor jasa dibanding di sektor manufaktur?
c.
Apakah faktor pendidikan (pilihan program studi) berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan sektor pekerjaan?
d.
Apakah preferensi atribut pekerjaan dari sektor jasa dan sektor manufaktur berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan sektor pekerjaan?
1.4. a.
Tujuan penelitian Untuk mengetahui atribut pekerjaan apa yang menjadi preferensi mahasiswa S1 dari sektor jasa dan sektor manufaktur. Penelitian sebelumnya oleh Moy dan Lee (2002) menemukan bahwa prospek karir jangka panjang menjadi prioritas Mahasiswa S1 dalam memilih pekerjaan.
b.
Untuk mengetahui minat mahasiswa S1 untuk bekerja di sektor jasa dibanding di sektor manufaktur. Sektor jasa menawarkan lebih banyak peluang kerja dibanding sektor manufaktur. Worldbank bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2014) menemukan bahwa mayoritas lulusan perguruan tinggi bekerja di sektor jasa.
c.
Untuk menganalisis pengaruh faktor pendidikan (pilihan program studi) pada pilihan sektor pekerjaan.
7
d.
Untuk menganalisis pengaruh preferensi atribut pekerjaan dari sektor jasa dan sektor manufaktur terhadap pilihan sektor pekerjaan.
1.5.
Manfaat penelitian
a.
Manfaat akademis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi penelitian serupa mengenai preferensi mahasiswa untuk bekerja di sektor jasa dan sektor manufaktur, serta persepsi mahasiswa akan atribut pekerjaan yang ditawarkan kedua sektor tersebut.
b.
Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi baik bagi perusahaan yang bergerak disektor jasa maupun sektor manufaktur untuk melihat preferensi mahasiswa S1 terhadap atribut pekerjaan yang mereka tawarkan. Nantinya hal tersebut bisa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
1.6.
Batasan Masalah Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian, dibuat beberapa
batasan masalah, yaitu sebagai berikut: a.
Penelitian ini diambil dalam satu waktu atau potret sesaat (cross sectional research), yaitu penelitian pada suatu waktu tertentu yakni pada saat penelitian.
b.
Objek penelitian pada penelitian ini adalah preferensi atribut pekerjaan pada dua sektor bisnis, yakni sektor jasa dan sektor manufaktur.
8
c.
Responden dalam penelitian ini hanya mahasiswa S1, manajemen dan akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
1.7.
Kerangka Penulisan Sebagaimana umumnya penyusunan sebuah skripsi, penulisan disusun
berdasarkan bab-bab yang berisi ringkasan dan penjelasan tentang isi sebuah skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: a. Bab I: Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang pemilihan judul dan tema penelitian, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. b. Bab II: Landasan Teori dan Perumusan Hipotesis Bab ini menjelaskan tinjauan literatur dan perumusan hipotesis, yakni atas dasar teori apa penelitian ini dilakukan dan kemudian dengan berdasarkan teori yang ada dirumuskanlah sebuah hipotesis yang nantinya akan diuji. c. Bab III: Metode Penelitian Dalam bab ini, dijelaskan metode pengujian yang digunakan dalam penelitian, metode pengambilan sampel, variabel operasional, uji validitas, uji reliabilitas, dan uji hipotesisnya. d. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini membahas demografi responden, hasil pengujian instrumen dan hipotesis, serta penjelasan lebih lengkap guna menjawab pertanyaan penelitian.
9
e. Bab V: Penutup Bagian ini merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, keterbatasan pada penelitian ini, dan saran-saran untuk penelitian serupa yang mungkin dilakukan selanjutnya.
10