BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan bangsa. Untuk menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa, pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut Ihsan (2008:2), pendidikan adalah sebuah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi oleh kehidupan manusia sepanjang hayatnya. Seseorang memerlukan pendidikan sejak dini sebagai modal untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Dalam hal ini salah satu lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dasar sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak sejak dini untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas untuk bangsa Indonesia. “Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah” (Ihsan, 2008:22). Keberhasilan seorang siswa dalam proses belajarnya tidak terlepas dari peran seorang guru sebagai pendidik. Guru harus mampu merancang suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa agar siswa dapat berkembang sesuai dengan potensinya. Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran di samping aspek lain. Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang ada di sekolah sebagai media pembelajaran, bahkan tidak menutup kemungkinan
1
2
media diperoleh dari barang-barang bekas yang mudah didapat oleh siswa. Guru tidak harus selalu menggunakan metode ceramah dalam setiap mengajarnya, melainkan bagaimana siswa dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh guru melalui proses berfikirnya dan terlibat secara aktif dalam setiap pembelajaran. Anak usia Sekolah Dasar memerlukan banyak informasi melalui proses belajarnya sejak dini. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008:11), mengemukakan sebagai berikut “Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat”. Menurut Piaget (dalam Aisyah, dkk, 2007:2-4), berpendapat bahwa usia anak (7-12) tahun berpikirnya sudah dikatakan menjadi operasional. Periode ini disebut operasi kongkret sebab berpikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Hal ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas rendah terutama kelas I SD adalah masih terikat dengan objek kongkret yang dapat ditangkap oleh panca indera terutama dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika di SD merupakan pondasi utama untuk pengembangan pengetahuan matematika siswa di tingkat yang lebih tinggi. Kesulitan dalam matematika disebabkan karena pembelajaran matematika yang monoton, siswa masih belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga pemahaman siswa tentang konsep matamatika masih sangat lemah. Banyak persoalan keseharian, bahkan yang sangat sederhana membutuhkan matematika untuk memecahkan persoalan tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika yang abstrak guru harus mampu menerapkan metode
3
pembelajaran secara tepat dan siswa memerlukan alat bantu berupa media/alat peraga yang dapat memperjelas materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Berdasarkan observasi awal pada tanggal 20 Mei 2013 yang dilakukan di kelas I SDN Sumberejo 02 Batu diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika semester ganjil dua tahun sebelumnya tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 masih belum dapat dikatakan tuntas. Pada tahun ajaran 2011/2012 siswa yang dapat dikatakan tuntas belajar hanya 12 orang dari jumlah 29 siswa dengan nilai KKM 65,00, itu berarti
hanya 42% siswa yang tuntas. Sedangkan pada tahun ajaran
2012/2013, 12 dari 25 siswa memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan dengan nilai KKM sebesar 65,00. Artinya hanya 52% dari jumlah siswa dapat dikatakan tuntas dalam belajar. Padahal kondisi idealnya adalah 75% dari jumlah siswa harus tuntas belajar dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 65,00. Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari guru kelas, kondisi seperti ini disebabkan oleh: 1) hanya 36% atau 9 siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan 64% atau 16 siswa hanya diam saja, 2) guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang diperintahkan oleh guru, 3) media yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 selama ini masih menggunakan jari dan lidi. 4) pembelajaran matematika yang kurang bermakna, karena siswa masih belum dapat terlibat secara aktif untuk memperoleh pengalaman belajarnya. Hal ini
4
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa masih belum dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran karena guru lebih dominan dalam menggunakan metode ceramah sehingga penyerapan materi yang diajarkan sangat kurang. Sesuai dengan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka solusi untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu penggunaan metode dan media pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Metode yang digunakan haruslah dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah terutama dalam persoalan matematika. Pemilihan media pembelajaran secara tepatpun harus dilakukan agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam aktivitas belajar dan siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Menjadi guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Guru harus mampu menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode pembelajaran yang digunakan dalam mengatasi masalah tersebut adalah metode pembelajaran problem solving. Di dalam metode problem solving siswa tidak hanya dituntut untuk mendengar, mencatat, atau menghafal suatu pelajaran, tetapi lebih dituntut untuk berfikir secara aktif, berpikir, berkomunikasi,
mencari
dan
mengolah
suatu
data
akhirnya
dapat
menyimpulkannya. Sedangkan media pembelajaran yang cocok dalam mengatasi masalah penjumlahan dan pengurangan tersebut adalah dengan memanfaatkan media kalender. Alasan pemilihan media kalender ini adalah
5
karena di dalam kalender memuat tanggal-tanggal untuk mengenalkan lambang bilangan secara langsung dan dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. Selain itu, media kalender mudah didapatkan di lingkungan sekitar, menghemat biaya, dan praktis atau mudah diterapkan. Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul “Penggunaan Media Kalender dalam Metode Problem Solving untuk Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Sampai 20 Pada Siswa Kelas I SDN Sumberejo 02 Batu”.
B. Identifikasi / Fokus Masalah Berdasarkan permasalahan pada hasil belajar, terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan pada proses pembelajaran berupa hasil belajar yang rendah. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman siswa tentang konsep penjumlahan dan pengurangan yang masih rendah. Oleh karena itu harus diadakan peningkatan pembelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan perbaikan pembelajaran melalui penggunaan media kalender dalam metode Problem Solving pada kegiatan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika terutama tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 di SDN Sumberejo 02 Batu.
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan media kalender dalam metode problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 siswa kelas I SDN Sumberejo 02 Batu? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media kalender dalam metode problem solving pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 siswa kelas I SDN Sumberejo 02 Batu?
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan penggunaan media kalender dalam metode problem solving yang dapat meningkatkan hasil belajar pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 siswa kelas I SDN Sumberejo 02 Batu. 2. Menganalisis peningkatan hasil belajar dengan menggunakan media kalender dalam metode problem solving pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 siswa kelas I SDN Sumberejo 02 Batu.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, sekaligus dijadikan sebagai bahan masukan untuk pembelajaran di
7
Sekolah Dasar dalam meningkatkan hasil belajar siswa, serta dapat memperkaya khazanah keilmuan pendidik terutama dalam PGSD. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Manfaat penelitian bagi siswa adalah salah satunya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemecahan soal matematika pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 melalui media kalender dalam metode problem solving sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut. b. Bagi guru SD Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru SD yaitu untuk memperoleh alternatif dalam mengatasi permasalahan di kelas melalui media dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 di kelas I SD dengan menggunakan media kalender dalam metode problem solving. c. Bagi peneliti Peneliti berharap melalui penelitian ini dapat memperoleh pengalaman ilmiah dan praktek pembelajaran secara langsung di SD melalui penggunaan media kalender dalam metode problem solving untuk pembelajaran matematika kelas I tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20. d. Bagi sekolah Penggunaan media kalender dalam metode problem solving ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
8
pembelajaran matematika di kelas I SD pada penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 di SD, sekaligus untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar guru dan meningkatkan mutu pendidikan di SD.
F. Batasan Istilah 1. Media kalender Media kalender merupakan salah satu jenis dari media grafis atau dua dimensi. Media grafis adalah media yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Sadiman, dkk, 2010:28). Kalender adalah daftar hari dan bulan dalam setahun, penanggalan, almanak, takwim (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:494). Hal ini dapat disimpulkan bahwa media kalender termasuk media visual yang berisi daftar hari dan bulan dalam setahun yang menggunakan simbol-simbol angka dalam penanggalan untuk penyampaian pesan kepada siswa. 2. Metode problem solving Metode
Problem
Solving
atau
pemecahan
masalah
merupakan
pembelajaran yang berorientasi “learned centered” dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok (Majid, 2013: 213). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode problem solving merupakan cara yang dilakukan seorang guru dalam mengajar dengan menggunakan latihan pemecahan masalah melalui kerja kelompok.
9
3. Hasil belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011:22). Dapat dikatakan pula bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dikuasai siswa yaitu berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah siswa melalui proses belajarnya. 4. Pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan
untuk
menciptakan
suasana
lingkungan
(kelas/sekolah)
yang
memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah (Aisyah, dkk, 2007:1-37). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dirancang oleh guru untuk siswa dalam rangka kegiatan belajar matematika di kelas/sekolah. Penjumlahan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan menjumlahkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:480). Sedangkan pengurangan adalah proses, cara, atau perbuatan mengurangi atau mengurangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:616). Jadi, penjumlahan adalah proses menjumlahkan atau menemukan jumlah dua bilangan atau lebih, sedangkan pengurangan adalah proses mengurangi atau menemukan salah satu dari dua buah bilangan jika jumlahnya dan bilangan yang lain ditentukan. Penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 adalah suatu proses menemukan jumlah dua bilangan atau lebih dan menemukan salah satu dari dua buah bilangan jika jumlahnya dan bilangan yang lain ditentukan pada bilangan terbatas sampai 20.