2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan mendasar dalam menjalani kehidupan, karena pendidikan adalah suatu aktivitas
untuk
mengembangkan
aspek
keterampilan maupun kemampuan atau
kepribadian
manusia
baik
bakat yang terpendam dalam
dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa indonesia) yang memiliki pengetahuan dan kepribadian yang mantap dan mandiri terhadap bangsa dan negara. Undang-Undang RI N0. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 3 yang berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak
serta
peradaban
bangsa
yang
bermartabat
dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
1
Dirjen Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,Jakarta: Depag RI,2006.h.8.
3
Kurikulum dalam
perkembangannya
harus memahami dan
menyadari tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang tersebut.2 Sesuatu yang direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan pada akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap anak. Pengembangan potensi tersebut antara lain agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap, dan lain sebagainya. 3 Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu yang diamati dengan indra.4 Penelitian tentang pembelajaran
fisika
menunjukkan
banyak
faktor
yang
membuat
pembelajaran fisika menjadi menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi, salah satu faktor terpenting untuk menghasilkan itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat secara aktif dalam mengamati, mengoperasikan alat, atau berlatih menggunakan objek konkrit sebagai hasil pelajaran.5 Peneliti melakukan observasi di MAN Model Palangka Raya yang terletak di Jalan Tjilik Riwut km 5 Palangka Raya. MAN Model memiliki 23 ruangan kelas yang terdiri dari 7 (tujuh) ruangan untuk kelas X, 4 (empat) ruangan untuk kelas XI IPA, 2 (dua) ruangan untuk kelas XI IPS, 1 2
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2006, h.18 3 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Kencana, 2006, h.18 4 K.Kamajaya, Inspirasi Sains Fisika,Jakarta: Ganeca Exact, 2007, h. 2 5 Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, Malang: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, 2003, h.3
4
(satu) ruangan untuk kelas XI Bahasa, 1(satu) ruangan untuk kelas XI Agama, 4 (empat) ruangan untuk kelas XII IPA, 2 (dua) ruangan untuk kelas XII IPS, 1 (satu) ruangan untuk kelas XII Bahasa, dan 1 ruangan untuk kelas XII Agama. MAN Model juga mempunyai 1 (satu) ruangan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan internet dan perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar serta mempunyai 1 (satu) ruang laboratorium IPA. Perlengkapan laboratorium komputer dan laboratorium IPA cukup memadai untuk digunakan sebagai kegiatan belajar mengajar. Saat melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran, beliau mengatakan bahwa dalam Proses belajar mengajar di MAN Model mengunakan metode konvensional. Motode ini dianggap guru paling mudah dan efektif untuk diterapkan di sekolah. Siswa cenderung lebih banyak menerima informasi dari guru saja dan konsep yang diperolah siswa tersebut tidak tertanam dalam ingatan siswa. Sehingga sebagian besar siswa masih malu dan tidak berani mengemukakan pendapatnya karena siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan suatu konsep atau melatih keterampilan yang ada pada diri siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif agar siswa lebih aktif dan meciptakan pembelajaran lebih efektif adalah dengan model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa
5
belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.6 Belajar berkolaborasi dapat dipandang pula sebagai metode belajar mengajar yang menempatkan siswa bekerja berkelompok, berdiskusi, bereksplorasi, berelaborasi, memecahkan masalah, mengembangkan kreasi dalam menyelenggarakan proyek, mempresentasikan, berdebat, serta kegiatan lain yang memungkinkan siswa berkerja sama sehingga setiap individu dapat berkembang optimal dalam kerja sama kelompok. Dijelaskan lebih jauh bahwa belajar berkolaborasi pada dasarnya mengembangkan kegiatan dalam kerja sama kelompok.7 Pembelajaran fisika pada materi suhu dan kalor yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional dianggap metode yang paling mudah untuk diterapkan oleh guru. Pelajaran fisika pada materi Kalor dan Pepindahannya memiliki Kompetensi Dasar “Menganalisis Pengaruh Kalor terhadap suatu zat, Menganalisis Cara Perpindahan Kalor, dan Menerapkan Asas Black dalam Pemecahan Masalah”, jika dengan metode ceramah saja mungkin tidak tepat untuk menuntaskan satu kompetensi dasar ini. Pelajaran fisika pada materi ini tidak hanya bertujuan agar siswa dapat memahami materi kalor secara 6
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011, h. 309. 7
Rusmin Husain, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar Paket C, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 20.
6
teori saja, tetapi dengan praktik dan penyelesaian kuantitatifnya. Hal ini dapat dilihat pada materi kalor yang memiliki Kompetensi Dasar dengan kata operasionalnya adalah “ Menganalisis ”. Pembelajaran Kolaboratif pada materi pokok ini melatih siswa untuk memahami dan menggunakan persamaan kalor secara kuantitatif. Selain itu siswa juga dilatih untuk mengamati dan mendiskusikan perubahan dan perpindahan kalor. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan inilah, maka peneliti melakukan upaya untuk melihat hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan melaksanakan penelitian dengan judul: “Perbandingan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Kolaboratif dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Kalor di Kelas X Semester II MAN Model Palangka Raya Tahun Ajaran 2012/2013”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada materi kalor? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor?
7
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran konvensional pada materi kalor? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif pada materi kalor. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kolaboratif dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor. 3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kolaboratif pada materi kalor. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini yaitu: Ada perbedaaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kolaboratif dan Ha
pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor. Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran kolaboratif dan
Ho
pembelajaran konvensional pada siswa kelas X MAN Model Palangkaraya tahun ajaran 2012/2013 materi kalor.
8
E. Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Memberikan gambaran mengenai hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada materi suhu dan kalor di kelas X semester I MAN Model Palangka Raya sebagai bahan masukan bagi peneliti untuk persiapan menjadi tenaga pendidik. 2. Memberikan informasi pada guru-guru Fisika Madrasah Aliyah khususnya di MAN Model Palangka Raya tentang model pembelajaran kolaboratif. 3. Memberikan pertimbangan bagi guru dalam memberi metode pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. 4. Untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sarana informasi dan bahan acuan untuk penelitian yang relevan. F. Definisi Konsep Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. 8 2. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu“ yang dikenakan pada subjek selidik. 9
8
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 33 9 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 272.
9
3. Kolaborasi berarti kerja sama. Kolaborasi mengandung nilai-nilai dalam rangka
menggalang kerja sama, mengupayakan orang-orang bersedia
bekerja sama dalam satu hati, satu visi, dan semangat kebersamaan untuk mencapai harapan masa depan. 10 4. Hasil belajar siswa adalah hasil tes atau skor yang didapatkan siswa di akhir pertemuan. 5. Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh thermometer11 6. Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.12 G. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian: 1. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian. Dalam latar belakang penelitian ini digambarkan secara global penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, dirumuskan secara sistematis mengenai masalah penelitian yang akan dikaji agar penelitian lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian untuk mendefinisikan anggapan sementara pembahasan serta definisi
10
Rusmin Husain, Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar Paket C, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2012, h. 18. 11 Edi Estiyono, FISIKA untuk kelas X, Klaten: Intan Priwara, 2005, h. 4. 12
Edi Estiyono, FISIKA untuk kelas X, Klaten: Intan Priwara, 2005, h. 13.
10
konsep untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan dan terakhir dari bab pertama ini adalah sistematika pembahasan. 2. Bab kedua, memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori dalam penelitian yang memuat dalil-dalil atau argumen-argumen variabel yang akan diteliti. 3. Bab ketiga, metode penelitian yang berisikan waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel
serta metode dan desain penelitian.
Selain itu di bab dua ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data agar yang diperoleh benar-benar shahih dan dapat dipercaya 4. Bab keempat, berisi Hasil Penelitian dari data-data dalam penelitian dan Pembahasan dari data-data yang diperoleh. 5. Bab kelima, Kesimpulan dari Penelitian yang menjawab rumusan masalah dan saran-saran dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.