BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, setiap manusia harus dituntut untuk bisa
mengikuti teknologi yang berkembang pesat. Perkembangan teknologi yang pesat inilah membuat manusia sangat diuntungkan dari berbagai sisi. Salah satu keuntungan yang didapatkan dari adanya teknologi adalah setiap manusia di segala penjuru dunia dapat saling berinteraksi. Interaksi ini dilakukan dengan berbagai macam cara. Sebut saja penggunaan e-mail, sebagai salah satu media untuk berinteraksi. Setiap pengguna e-mail, di segala penjuru dunia dapat saling berinteraksi dengan mengirim pesan, foto, file bahkan video dalam hitungan detik. Selain penggunaan e-mail, dewasa ini marak sekali penggunaan media sosial seperti Facebook, dan penggunaan micro blogging yaitu twitter. Menurut Rustian (dalam The Beauty of Social media, 2012) media sosial adalah sebuah sarana bagi manusia untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Media sosial yang saat ini sedang populer adalah Facebook dan twitter. Penggunaa twitter di dunia mencapai 36 juta orang dan
telah
memproduksi lebih dari 28 miliar tweet (An Exhaustive study of twitter users around the worlddalam Beevolve, 2012). Setiawan (dalam Gatra, 2012) menyatakan “perkembangan dunia teknologi berkembang sangat pesat di dunia tidak terkecuali Indonesia dengan mencapi peringkat ketiga Asia untuk jumlah
1
2
pengguna internet. Tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan tercatat sebanyak 19,5 juta pengguna twitter di Indonesia”. Perusahaan riset Semiocoast yang berbasis di Paris, Perancis menempatkan Jakarta sebagai kota pengguna twitter paling aktif di dunia. Seperti di lansir pada situs Mediabistro.com tanggal 13 Agustus 2012, Jakarta merupakan kota yang menduduki peringkat pertama dalam membuat postingan di twitter
(Semiocast,dalam mediabistro, 2012).
Jakarta yang memiliki populasi penduduk sebanyak 10 juta orang telah mengungguli New York dan Tokyo Sedangkan london dan San Paolo berada di posisi 4 dan 5. Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat saat ini cenderung lebih bersikap terbuka dengan blog pribadi ataupun status di sebuah situs jejaring sosial untuk menuliskan kejadian yang sedang dialaminya daripada harus bercerita dengan lingkungan sekitarnya (Tarigan, 2012). Para pengguna blog atau situs jejaring sosial merasa lebih leluasa dalam menceritakan keluh kesahnya kepada blog dengan asumsi bahwa orang yang melihat tulisannya tersebut dapat memberikan masukan kepada dirinya, tanpa harus bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan (Tarigan, 2012) . Melalui twitter, terciptalah sebuah komunikasi antarpribadi dengan para pemilik akun twitter yang telah menjadi following ataupun follower seseorang. Komunikasi antarpribadi tersebut berupa sebuah self disclosure atau proses mengungkapakan informasi pribadi kita kepada orang lain atau sebaliknya. Salah satu tipe komunikasi dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan diri orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (Rakhmat, dalam Tarigan, 2012).
3
Pola komunikasi dapat terbentuk karena adanya asertivitas. karena asertivitas merupakan bagian dari pola komunikasi itu sendiri. Asertivitas di definisikan dalam berbagai bentuk, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, memilih bagaimana bertindak, mempertahankan hak-hak yang dimiliki, mempertinggi harga diri, dan dapat berkata tidak pada saat yang tepat (Bower & Bower dalam Fiftina, 2011). Perilaku asertif adalah usaha untuk mengemukakan pikiran, perasaan, pendapat secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai yaitu tidak menyakiti dan merugikan diri sendiri maupun orang lain (Jakubowski dalam Zulkaida, 2005).
Orang yang memiliki perilaku asertif adalah mereka yang
menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak orang lain (Alberti & Emmons, 2002). Menurut Alberti dan Emmons (2002), perilaku asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Lange dan Jakubowski (1978) yang menyatakan bahwa perilaku asertif adalah “standing up for rights and expressing toughts, feelings and beliefs in direct, honest, and appropriate ways which do not violate another person’s rights” (hal.7). Perilaku asertif adalah mampu mengungkapkan gagasan ,mempertahankan hak-hak kita dan mengekspresikan apa yang kita yakini, rasakan serta inginkan secara langsung dan jujur tanpa
4
merugikan diri sendiri ataupun orang lain dengan menunjukkan penghargaan terhadap hak-hak orang lain. Situs twitter mampu menjadikan diri seseorang menjadi pribadi yang lebih terbuka dengan fasilitas status yang terdapat di situs micro blogging tersebut (Tarigan, 2012). Oleh sebab itu, sebelum melakukan segala sesuatu, haruslah dipikirkan dampak yang akan timbul kedepannya, dan harus selalu berpijak pada etika yang dianut (Tarigan, 2012). Etika yang di anut ini berkaitan erat dengan adanya sebuah kebudayaan. Dimana kebudayaan itu sendiri merupakan salah satu faktor terbentuknya perilaku asertif. Kebudayaan juga mempengaruhi perilaku yang muncul. Kebudayaan biasanya dibuat sebagai pedoman batas-batas perilaku setiap individu (Rathus & Nevid dalam Novianti &
Tjalla, 2008). Sehingga perilaku asertif dapat
berkembang sesuai dengan kebudayaan yang di anut oleh masing masing individu. Dengan adanya kebudayaan membuat seseorang memunculkan sebuah perilaku, seperti perilaku asertif. Akan tetapi, perilaku asertif juga tidak hanya terjadi pada para pengguna twitter saja. Dengan melihat subjek penelitian yang tidak menggunakan twitter,akan terlihat apakah penggunaan twitter ini berpengaruh pada perilaku asertif para penggunanya atau tidak. Individu dengan tidak menggunakan twitter menjadi hal yang patut diteliti, mengingat perilaku asertif merupakan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap individu terutama pada kalangan dewasa muda. Karena pada masa ini merupakan permulaan dari masa dewasa awal, dimana individu dituntut untuk memiliki kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki
5
masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap (Santrock, 2002). Terkait dengan pekerjaan pada masa dewasa muda, individu akan meniti karir. Memiliki pekerjaan dan meniti karir akan mustahil didapat, tanpa adanya perilaku asertif. Untuk itulah perilaku asertif menjadi penting pada masa dewasa muda Dewasa muda memiliki istilah adult tau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Juditha, 2011). Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Harlock dalam Juditha, 2011). Sebuah perilaku asertif harus selaras dengan adanya hubungan interpersonal yang baik (Beddel & Lenox, 1977). Membina hubungan interpersonal menggunakan media sosial seperti twitter merupakan hal yang harus dimiliki pada setiap individu. Hubungan interpersonal memiliki 2 cara, yaitu yang pertama adalah pertukaran informasi antara 1 orang atau lebih yang memiliki komunikasi yang di bentuk berdasarkan intrumen dan hubungan dari tujuan yang ingin dicapai bersama; kedua adalah pengetahuan mengenai keinginan yang lebih istimewa (Berger & Chaffee, 1989). Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama antara 1 orang atau lebih ini menekankan adanya kesepakatan bersama. Kesepakatan yang ada akan membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Sikap yang membantu adanya hubungan yang baik adalah sikap langsung, jujur dan penuh respek. Sikap
6
ini dapat ditranformasikan sebagai sebuah perilaku asertif. Perilaku asertif merupakan penunjang untuk seseorang mampu membina hubungan interpersonal yang baik. Membina hubungan interpersonal yang baik tentunya akan menimbulkan perilaku asertif (Berger & Chaffee, 1989). Dengan melihat definisi perilaku asertif di atas, perilaku asertif yang ditunjukkan dalam twitter berupa sebuah postingan di dalam twitter yang termasuk kedalam postingan status,postingan foto, me-retweet dan membalas mention dengan tetap mengungkapkan pendapat, perasaan, pikiran tanpa mengurangi hak-hak orang lain dan tidak merugikan orang lain. Perilaku asertif di dalam penggunaan twitter dimasa seseorang individu memposting (status, re-tweet, membalas mention) apa yang dipikirkan,dirasakan, dan pendapatnya tanpa memicu terjadinya pengurangan hak-hak orang lain, seperti tidak memposting hal-hal yang menyinggung mengenai SARA. Tidak memposting yang dapat menyinggung orang lain, seperti memposting dengan bahasa yang menyindir. Banyak sekali pengguna twitter yang selalu mencurahkan perasaannya pada twitter, namun seringkali bernada sindiran yang mampu menimbulkan atau menyinggung perasaan orang lain yang mungkin sengaja di lakukan. Perilaku asertif pada penggunaan twitter merupakan perilaku yang bisa menyalurkan pikiran, perasaan pendapat tapi tetap sesuai dengan norma yaitu tidak menyinggung perasaan orang lain atau menimbulkan konflik dengan adanya berupa postingan yang kurang memiliki sikap asertif.
7
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, rumusan
permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada perbedaan asertivitas di kalangan dewasa muda yang pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter di Jakarta?”
1.3
Tujuan Penelitian Perbedaan asertivitas di kalangan dewasa muda yang pengguna dan bukan
pengguna media sosial twitter di Jakarta. Dengan melihat subjek penelitian merupakan usia dewasa muda yang sangat membutuhkan perilaku asertif di dalam masa perkembangannya.