BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jamu tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kita, kini kita bisa menjumpainya dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk segar rebusan, sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong. Jamu juga diproduksi dalam bentuk kapsul dan pil siap minum demi alasan kepraktisan. Pada umumnya jamu dalam kelompok ini diracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal berdasarkan pengalaman turun-temurun (Yuliarti, 2009). Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah dalam upaya pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatatn kesehatan (promotatif), bahkan dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang terus meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali kealam (back to nature) (Katno et al, 2004). Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi tren saat ini sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tumbuhan obat (herbal), sebenarnya sudah sejak zaman 1
2
dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat, selain lebih ekonomis efek samping ramuan herbal sangat kecil. Karena itu pengguna obat herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih efektif (Agromedia, 2008). Saat ini pengobatan alternative semakin populer. Data yang didapatkan di Amerika, pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter umum sedangkan di Eropa penggunaannya bervariasi, 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis, di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif. Data penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker diketahui pula bahwa bervariasi antara 9 % sampai dengan 45 % dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9 sampai 56 %. Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64 % penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternative, di Inggris ada sekitar 40 % dokter mengadakan pelayanan pengobatan alternative (Maichel, 2009). Hasil Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan sebelum survey 30,90%. Penduduk Indonesia yang mengeluh sakit, 65,01% memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat tradisional. Pengertian obat tradisional adalah bahan atau ramuan
3
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Supardi & Susyanty, 2007). Usai proses persalinan, tiba saatnya bagi rahim untuk menjalani pemulihan diri. Ibu harus menjalani proses pembersihan diri atau disebut masa nifas biasanya berlangsung 40 hari, karena itulah diciptakan Jamu untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 40 hari, jamu tersebut berguna untuk memulihkan rahim, menambah nafsu makan, menghentikan darah yang terlalu banyak, melancarkan peredaran darah, menguatkan urat-urat pada kaki dan tangan dan melancarkan ASI supaya tetap sehat dan segar. Jamu ini berisi 4 macam, yaitu: pil, param, pilis dan tapel (Meishin, 2010). Kesadaran masyarakat provinsi Aceh terhadap akses pelayanan kesehatan modern masih minim, hal ini dibuktikan dengan masih tingginya persentase penduduk yang menggunakan pengobatan tradisional yaitu 37,36 % pada tahun 2010. Persentase ini juga lebih tinggi dari persentase Nasional yang mencapai 27,58 % pada tahun 2010 (Yuni, 2012). Tradisi masyarakat Aceh berupa api diang (bahasa Aceh “Madeueng”) merupakan suatu prosesi dimana sang ibu atau wanita yang baru selesai melahirkan harus melakukan pantangan selama 44 hari. Terapi berupa api diang yang ditempatkan di bawah atau di sisi pembaringannya, sehingga tubuh si ibu selalu mendapat udara panas untuk memulihkan kembali bagian-bagian tubuhnya
4
sehingga segar bugar. Api diang ini terdiri atas api dan asap yang dibuat sedemikian rupa dengan campuran kayu, daun dan rempah-rempah tertentu yang mengandung aroma harum dan berkhasiat untuk kesehatan. Dilanjutkan dengan proses bakar batu (Toet Batee), batu yang telah dipanaskan lalu diangkat dan dibungkus dedaunan tertentu, seperti daun jarak lalu dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya. Gulungan batu tersebut lalu disandarkan pada perut perempuan yang sedang berbaring di balai-balai tersebut. Usai empat puluh empat hari lamanya, barulah diperbolehkan untuk acara turun mandi yang di istilahkan dengan “manoe peut ploh peut” artinya mandi suci atau mandi hadas besar yang dilaksanakan setelah hari ke empat puluh empat, usai acara mandi barulah sang ibu diperbolehkan untuk menjejakkan kakinya diatas tanah, karena dianggap telah suci (Saptriyawati, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya dari tahun 2012 jumlah ibu nifas 22 orang dan dari 10 orang yang peneliti wawancarai, peneliti menemukan bahwa 7 orang masih menggunakan obat tradisional khususnya untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 44 hari. Berdasarkan yang peneliti wawancarai, peneliti menemukan bahwa mereka masih menggunakan obat tradisional untuk perawatan ibu sehabis melahirkan dan masyarakat di Desa Bineh Krueng masih sangat mempercayai akan khasiat obat tradisional tersebut, contohnya : batu yang telah dipanaskan lalu diangkat kemudian dibalut kain beberapa lapis hingga
5
panasnya masih dapat dirasakan kemudian diletakkan diatas perut ibu, batang kincung, daging dalamnya dipanggang kemudian airnya diperas lalu diminum, daun pacar, batang serai tumbuk, peras airnya kemudian diminum, kunyit, ketumbar, beras dipanaskan dalam satu wajan, masukkan pati santan aduk sampai mendidih kemudian angkat, setelah hangat di oleskan keseluruh bagian tubuh, mereka percaya obat-obat tradisional tersebut dapat membersihkan rahim dari sisa-sisa bekuan darah yang tertinggal, mereka juga percaya obat tersebut dapat menyegarkan dan menyehatkan tubuh si ibu. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Faktor-faktor Apa Sajakah Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013?”.
6
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013. 2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
b.
Untuk mengetahui hubungan kepercayaan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
c.
Untuk
mengetahui
hubungan
pendapatan
keluarga
dengan
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Responden Ibu dapat memperoleh informasi dan memahami tentang penggunaan obat tradisional.
7
2.
Bagi Peneliti Mengembangkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
3.
Bagi Institusi Pendidikan Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta menambah referensi buku di pendidikan khususnya mengenai penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
4.
Bagi Lokasi Penelitian Sebagai bahan masukan bagi desa tentang informasi yang benar tentang penggunaan obat tradisional.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Obat Tradisional 1.
Pengertian Jamu atau obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Yuliarti, 2009). Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (dalam Notoatmodjo, 2007) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sediaan galenik adalah hasil ekstraksi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Menurut Anief (2003) obat tradisional adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Sediaan gelanik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.
9
2.
Perkembangan Obat Tradisional di Masyarakat Ramuan/obat tradisional banyak di manfaatkan secara turun-temurun untuk pengobatan sendiri atau kalangan masyarakat dalam ruang lingkup terbatas. Ramuan ini dikemas secara sederhana dalam bentuk cair, rajangan, tapel, pipis dan parem (Musito, 2002). Menurut Notoatmodjo (2007), secara garis besar pemanfaatannya penggunaan obat tradisional bertujuan untuk : a.
Memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani (promotif)
b.
Mencegah penyakit (preventif)
c.
Upaya pengobatan penyakit baik untuk pengobatan sendiri maupun untuk mengobati orang lain sebagai upaya pengganti atau mendamping penggunaan obat jadi (kuratif)
d.
Memulihkan Kesehatan (rehabilitatif) Menurut
Agromedia
(2003)
kecenderungan
meningkatnya
penggunaan obat tradisional didasari pada beberapa alasan sebagai berikut : a.
Harga obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin mahal, sehingga masyarakat mulai menerima alternative pengobatan yang murah dan mudah didapatkan tetapi tidak kalah manjurnya dengan obat-obatan buatan pabrik.
b.
Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil, bahkan beberapa jenis tanaman tertentu tidak menunjukkan efek samping sama sekali.
10
c.
Kandungan unsur kimia yang terkandung dalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern.
B. Konsep Dasar Masa Nifas 1.
Pengertian Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organorgan yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni et al, 2009). Masa nifas (puerperium) masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama enam minggu (Saleha, 2009). Menurut F. Gary Cunningham, MacDonald (dalam Yanti & Sundawat, 2011) masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
2.
Tujuan Perawatan Masa Nifas Dalam masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan. Perawatan masa nifas ini termasuk perawatan kebidanan, karena arti kebidanan secara luas tidak hanya terbatas pada masa hamil dan bersalin
11
tetapi juga masa sesudah bersalin sampai uterus dan ovarium kembali seperti semula, siap mengadakan kehamilan lagi, yang berarti proses kebidanan akan seperti semula kembali (Suherni et al, 2009). Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah untuk menjaga kesahatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis, mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, kemudian memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari (Saleha, 2009). 3.
Perawatan Masa Nifas Menurut Saleha (2009), Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan masa nifas adalah sebagai berikut : a.
Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan, tujuannya : mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri; pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu; mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi; jika bidan menolong persalinan maka bidan harus menjaga
12
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi stabil. b.
Kunjungan kedua, waktu enam hari setelah persalinan, tujuannya : memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat; memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
c.
Kunjungan ketiga, waktu dua minggu setelah persalinan, tujuannya : sama seperti kunjungan hari ke enam.
d.
Kunjungan keempat, waktu enam minggu setelah persalinan, tujuannya : menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu atau bayinya; memberikan konseling untuk KB secara dini.
4.
Perawatan Masa Nifas Dengan Pengobatan Tradisional Siklus kehidupan wanita umumnya mempunyai tahap-tahap masa remaja, menjelang perkawinan, masa kehamilan, melahirkan, menyusui dan menopause, dalam setiap tahap siklus kehidupan tersebut dikenal perawatanperawatan khusus, masyarakat dan kebudayaan kita telah mengembangkan
13
kebolehan-kebolehan yang diturunkan dalam perawatan tersebut (Yuliarti, 2009). Usai melahirkan, paraman dipakai pagi dan sore sesudah mandi untuk memberi rasa segar dan menghilangkan kelelahan. Ramuan untuk param tersebut antara lain mengandung jahe, kencur, minyak serai, dan bangle. Tapel digunakan juga agar perut menjadi kempes/kecil kembali dan mengembalikan peranakan seperti semula. Ramuan tapel berisi kapur sirih yang diberi minyak kayu putih dan jeruk nipis, semakin lama ramuan tapel semakin panas agar darah kotor yang masih tersisa dikeluarkan lebih lancar. Penggunaan ramuan pilis dengan cara menempelkannya dikening yang bertujuan untuk merelakskan atau mengembalikan kesejukan pada mata karena sifatnya mendinginkan, bisa juga untuk menurunkan darah putih dari daerah mata, sesuatu yang mengganjal terus yang membuat si ibu cepat lamur/rabun kemudian bisa juga untuk menghilangkan pusing kepala dan menghangatkan tubuh. Jamu setelah melahirkan, ramuannya antara lain terdiri atas kunyit yang berkhasiat menyembuhkan dan mengeringkan koreng. Daun katuk menurunkan panas, membersihkan darah dan memperlancar pengeluaran air susu ibu. Kayu rapet berguna untuk menguncupkan rahim. Rempah untuk cebokan dan berendam, ramuannya mengandung daun sirih yang berguna untuk menghilangkan bau badan serta berfungsi sebagai antiseptik dan membersihkan lendir-lendir (Musito, 2002).
14
Tapel yang terbuat dari aneka rempah jejamuan ini dimaksudkan untuk menghangatkan daerah sekitar perut, selain untuk membantu merontokkan lapisan kulit perut yang berwarna kehitaman akibat pemelaran selama kehamilan, kendati mengundang rasa gatal dan keinginan untuk menggaruk, sarannya cobalah tahan untuk tidak menggaruknya. Cukup dielus-elus agar tidak muncul garis/guratan yang bukan tidak mungkin membuat suami jadi tidak berselara (Anief, 2003). Meishin (2010), Indonesia telah menciptakan jamu untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 40 hari, yang berisi : a.
Pil No. 1 (Hari ke 1 s/d 10) : Membantu membersihkan rahim dari darah yang kotor, mengobati rasa mulas, menyehatkan rahim dan menjaga agar tidak masuk angin.
b.
Pil No. 2 (Hari ke10 s/d 17) : Membantu memelihara kesehatan rahim, mengobati rasa mulas dan mengobati luka-luka sehabis melahirkan.
Menguatkan
buah
pinggang,
melancarkan
dan
menambah banyak ASI dan memperlancar buang air besar. c.
Pil No. 3 (Hari ke 17 s/d 24) : Membantu membersihkan darah putih dan mengurangi bau yang tidak sedap dalam rahim. Melancarkan kembali peredaran darah dan menguatkan urat-urat pada kaki dan tangan,
mengobati kepala pusing,
segala
sawan-sawan dan
kesemutan. Membuat mata menjadi terang dan bercahaya kembali.
15
d.
Pil No. 4 (Hari ke-24 s/d 30) : Memelihara kesehatan, membantu memperbaiki nafsu makan, membantu meringankan ganggunan sulit tidur
e.
Pil No. 5 (Hari ke-31 s/d 38) : Membantu menyehatkan dan mengencangkan rahim. Mengurangi kelebihan lemak supaya perut tetap ramping dan badan menjadi singset, langsing dan tampak kelihatan muda.
Terdapat juga : a.
Parem Habis Bersalin : Untuk wanita yang habis bersalin, param ini dipakai untuk mengobati masuk angin dan bengkak, melemaskan dan menguatkan
urat-urat
serta
memperbaiki
peredaran
darah.
Digosokkan di badan, kaki atau tangan. b.
Pilis Singgul : Pilis ini baik untuk wanita setelah bersalin supaya mata menjadi terang karena pada saat melahirkan sang Ibu mengeluarkan tenaga cukup besar untuk mendorong sang bayi untuk keluar dari rahim, sehingga peredaran darah mengalir ke atas terutama di sekitaran mata, mencegah mata supaya tidak lamur, mengobati rasa pusing. Juga baik sekali untuk wanita yang rajin merawat badan.
c.
Tapel Ratus 1 : Untuk wanita sehabis bersalin 30 hari perlu pakai tapel ratus ini supaya perut menjadi singset, gempi dan halus seperti biasa.
16
d.
Tapel Sirih 1 : Tapel ini baik untuk wanita setelah bersalin 7 hari, untuk mengobati rasa mulas, angin di dalam perut, serta menghaluskan, menyegarkan dan menyehatkan kulit.
e.
Tapel Sosok 1 : Tapel sosok baik untuk wanita setelah bersalin 17 hari, untuk mengobati segala angin di dalam perut. Melangsingkan, menghaluskan, menyegarkan dan menyehatkan kulit. Obat tradisional yang digunakan masyarakat desa Bineh Krueng
untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 44 hari adalah : a.
Obat Minum Hari ke 1 s/d 3 : batang kincung, daging dalamnya dipanggang kemudian peras lalu airnya diminum. Hari ke 4 s/d 6 : daun gambas, peras kemudian airnya diminum. Hari ke 7 s/d 9 : daun pepaya, peras dengan menmbahkan garam dan abu dapur kemudian airnya diminum. Hari ke 10 s/d 13 : akar batang kelapa, ditumbuk dan diperas airnya kemudian diminum. Hari ke 14 s/d 16 : daun pacar, batang serai tumbuk, peras airnya kemudian diminum. Hari ke 10 s/d 44 : kunyit, jahe, jera hitam, jera putih, daun duku anak, daun pacar, daun sembung, daun senggani, daun jeruk nipis, manjakani 2 butir, air buah sangkis, campur semua bahan tersebut haluskan kemudian diminum.
17
b.
Obat Olesan Di Perut Hari ke 1 s/d 3 : kapur sirih, jeruk nipis. Hari ke 4 s/d 6 : abu dapur, jeruk nipis. Hari ke 7 s/d 9 : pinang muda. Hari ke 10 s/d 44 : abu dapur, pisang monyet masak, dda juga proses bakar batu, dimana batu yang telah dipanaskan lalu diangkat kemudian dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya kemudian diletakkan diatas perut ibu.
c.
Param Kunyit, ketumbar, beras dipanaskan dalam satu wajan, masukkan pati santan aduk sampai mendidih kemudian angkat, setelah hangat di olehkan keseluruh bagian tubuh.
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas 1.
Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, segala apa yang diketahui berdasarkan
18
pengalamannya yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan juga merupakan mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2011). Penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi prilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : a.
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.
Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
c.
Evolution (menimbang-nimbang), terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d.
Trial, dimana objek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a.
Tahu ( know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
19
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima oleh sebab itu “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. b.
Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c.
Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang benar. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d.
Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
20
e.
Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaiaan terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan ilmu kuno yang diperoleh dari warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Ilmu kuno yang bermanfaat ini diketahui secara luas oleh masyarakat, tidak dapat dipastikan sejak kapan ramuan tradisional ini digunakan untuk pengobatan namun dari informasi yang berkembang pengobatan tradisional telah dilakukan sejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu. Pengetahuan mengenai ramuan tradisional diterimanya dari angkatan
21
sebelumnya dan dipergunakan begitu saja sesuai dengan penggalaman atau anjuran angkatan sebelumnya (Agromedia, 2003). 2.
Kepercayaan Kepercayaan adalah anggapan (keyakinan), sesuatu yang dipercayai (dianggap benar), harapan dan keyakinan (Poerwadarminta, 2005). Kepercayaan
diri
adalah
keyakinan
bahwa
dirinya
boleh
mengendalikan kehidupan dengan baik serta segala cobaan yang dihadapi dengan jayanya (Suhaimin, 2006). Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis, kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan dapat bersifat rasional atau irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut masuk diakal, sebaliknya seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia mempercayai air putih yang diberi mantera oleh seorang dukun bisa menyembuhkan penyakitnya (Notoatmodjo, 2010). Kepercayaan yang luar biasa terhadap keampuhan tanaman obat terkadang menjadi sesuatu kekuatan besar pendorong bagi kesembuhan penyakit tertentu. Penyakit-penyakit yang relative mudah diatasi dan terbukti keberhasilannya secara empiris adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kulit, perut atau masalah pencernaan, luka dan kelahiran anak, sementara tingkat kelahiran yang masih tinggi dibeberapa pedesaan dan
22
tingkat kepercayaan terhadap dukun yang dapat digunakan untuk ibu-ibu sebelum maupun sesudah melahirkan (Hidayat. S, 2005). Efek samping negatif yang terkandung dalam obat tradisional sangat kecil jika dibandingkan dengan obat-obataan modern lainya, alsannya bahan baku pembuatannya berasal dari alam berbeda dengan obat modern yang berasal dari hasil sintetik kimiawi, selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatan yang higenis dan cara penyimpanan yang baik maka efek samping obat tradisonal dapat diperkecil (Agromedia, 2003). 3. Pendapatan Keluarga Penghasilan adalah pendapatan yang didapatkan oleh seorang dalam sebulan yang kemudian dibagikan berdasarkan jumlah anggota keluarga (Badan Pusat Statistik, 2004). Tingkat perekonomian adalah perolehan uang yang diterima oleh orang tua selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung, tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit (Asmiadi, 2007). Seseorang yang berasal dari keluarga berpenghasilan tinggi cenderung lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi tentang kesehatan, dibandingkan dengan orang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah.
Keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung
mendapatkan kesempatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan pengetahuan
23
dan informasi tentang arti kesehatan dan manfaat pelayanan kesehatan (Asmiadi, 2007). Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh tahun 2013 adalah Rp. 1.550.000.- perbulan, ini menggambarkan bahwa penghasilan keluarga minimal untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga di Aceh adalah Rp. 1.550.000.- perbulan, bila penghasilan keluarga tidak mencapai Rp. 1.550.000.- perbulan, maka akan sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga (Susanti, 2012). Menurut Agromedia (2003) obat tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah, dengan tingkat harga yang tinggi terhadap obat modern maka penggunaan obat tradisional dapat menjadi pilihan yang menguntungkan, dikarenakan beberapa alasan, sebagai berikut : a.
Harga obat tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat modern.
b.
Bahan obat tradisional mudah diperoleh disekitar lingkungan tempat tinggal.
c.
Pengolahannya tidak rumit, sehingga dapat dibuat didapur sendiri tanpa memerlukan peralatan yang khusus dan biaya yang besar.
24
D. Kerangka Teoritis Dalam penelitian ini Notoatmodjo juga mengatakan mengikuti teori Lawrence Green (1980) Penggunaan obat tradisional merupakan perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :
Faktor Predisposisi (predisposing factors) - Pengetahuan - Sikap - Tradisi - Kepercayaan - Pendidikan - Sosial Ekonomi Faktor Pemungkin (enabling factors) - Ketersediaan - Jarak
Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas
Faktor Penguat (reinforcing factors) - Dukungan Lingkungan Sosial Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
25
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penelitian Penggunaan obat tradisional dalam pengobatan sendiri merupakan suatu perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo juga mengatakan mengikut teori Lawrence Green (1980) perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : (1) Faktor predisposisi (predisposing factors). (2) Faktor pemungkin (enabling factors). (3) Faktor penguat (reinforcing factors). Penulis hanya meneliti tentang pengetahuan, kepercayaan dan pendapatan keluarga terhadap penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan
Kepercayaan
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas
Pendapatan Keluarga Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
26
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen 1.
Penggunaan obat tradisional
Penggunaan obat Menyebarkan angket Kuesioner tradisional oleh dengan kriteria : Ada, bila ibu ibu nifas menggunakan obat tradisional
- Ada
Nominal
- Tidak ada
Tidak ada, bila ibu tidak menggunakan obat tradisional Independen Pengetahuan 2.
3.
4.
Kepercayaan
Pendapatan Keluarga
Segala sesuatu yang diketahui ibu nifas tentang obat tradisional Segala sesuatu yang diyakini atau dipercaya oleh ibu nifas tentang manfaat/khasiat dari obat tradisional Pendapatan keluarga yang diperoleh setiap bulan atau pendapatan yang
Menyebarkan angket Kuesioner dengan kriteria : Tinggi, bila x ≥ 7,32 Rendah, bila x < 7,32 Menyebarkan angket Kuesioner dengan kriteria : Percaya, bila x ≥ 5,2 Tidak Percaya, bila x < 5,2
Menyebarkan angket Kuesioner dengan kriteria : Tinggi, bila x ≥ Rp. 1.550.000 Rendah, bila
- Tinggi
Ordinal
- Rendah
- Percaya
Nominal
- Tidak percaya
- Tinggi - Rendah
Ordinal
27
diperoleh dari usaha yang telah dilakukan
x < Rp. 1.550.000
C. Hipotesa Penelitian Ha
Ada
hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan obat
tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013. Ha
Ada hubungan antara kepercayaan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
Ha
Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
28
BAB IV METODEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu nifas yang bertempat tinggal di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 yang berjumlah 22 jiwa.
2.
Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling pada ibu nifas yang bertempat tinggal di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 yang berjumlah 22 jiwa.
29
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 14
Juli 2013.
D. Pengumpulan Data 1.
Tehnik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengisian kuesioner yang sudah tersusun secara terstruktur berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas. Instrumen terdiri dari 11 soal multiple choice meliputi : a.
Soal nomor 1 untuk mengetahui ibu ada tidaknya menggunakan obat tradisional untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 44 hari
b.
Soal nomor 2 – 7 untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap penggunaan obat tradisional, nilai ≥ 7,32 diberikan untuk pengetahuan tinggi dan nilai < 7,32 diberikan untuk pengetahuan rendah
c.
Soal nomor 8 – 10 untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap penggunaan obat tradisional, jika menjawab “Ya” berarti percaya,
30
diberikan nilai ≥ 5,2 dan jika menjawab “Tidak” berarti tidak percaya, diberikan nilai < 5,2. d. 2.
Soal nomor 11 untuk mengetahui pendapatan keluarga perbulan
Instrumen Pengumpulan Data a.
Data primer Data primer dikumpulkan langsung dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
b.
Data sekunder Data sekunder berupa data terkait penelitian yang didapatkan di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya dan literature lainnya.
E. Pengolahan dan Analisa data 1.
Pengolahan Data Metode pengolahaan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dilakukan oleh (Arikunto, 2006) sebagai berikut : a.
Editing Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pemeriksaan pada lembar kuesioner untuk memastikan bahwa semua jawaban telah terisi.
31
b.
Coding Melakukan pengkodean dengan memberikan penomoran pada setiap kuesioner atau memberikan kode berupa angka-angka untuk setiap hasil jawaban pada kuesioner.
c.
Trasfering Memindahkan data dalam bentuk tabulating.
d.
Tabulating Memasukkan data yang telah diperoleh kedalam tabel.
2.
Analisa Data Analisa data akan dilakukan secara univariat dan bivariat a.
Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap pada tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilakan
distribusi
dan
presentase
dari
tiap
variabel
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Budiarto (2002) data yang telah dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi ditentukan presentase perolehan untuk masingmasing variabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
p
f 100% n
32
Keterangan :
b.
P
:
Presentase
f
:
Frekuensi Teramati
n
:
Jumlah Sampel
100%
:
Bilangan Tetap
Analisa Bivariat Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Uji Chi Kuadrat atau
. Menurut Hidayat (2009) Uji Chi Kuadrat atau
dapat digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan terhadap variabel yang diteliti, dengan rumus sebagai berikut : =∑
(
)
Keterangan : = Uji Chi Kuadrat o
= Frekuesin Observasi / observed frequencies
e
= Frekuensi Harapan / expected frequencies
e
=
Dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Jika
hitung ≥
tabel maka Ha diterima artinya signifikan.
2) Jika
hitung <
tabel maka Ha ditolak artinya tidak signifikan.
33
BAB IV METODEOLOGI PENELITIAN
F. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Tradisional Bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
G. Populasi dan Sampel 3.
Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu nifas yang bertempat tinggal di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 yang berjumlah 22 jiwa.
4.
Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling pada ibu nifas yang bertempat tinggal di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 yang berjumlah 22 jiwa.
34
H. Tempat dan Waktu Penelitian 3.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bineh Krueng Kecamatan TanganTangan Kabupaten Aceh Barat Daya.
4.
Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 14
Juli 2013.
I.
Pengumpulan Data 3.
Tehnik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengisian kuesioner yang sudah tersusun secara terstruktur berdasarkan tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas. Instrumen terdiri dari 11 soal multiple choice meliputi : e.
Soal nomor 1 untuk mengetahui ibu ada tidaknya menggunakan obat tradisional untuk perawatan ibu sehabis melahirkan sampai 44 hari
f.
Soal nomor 2 – 7 untuk mengetahui pengetahuan ibu terhadap penggunaan obat tradisional, nilai ≥ 7,32 diberikan untuk pengetahuan tinggi dan nilai < 7,32 diberikan untuk pengetahuan rendah
g.
Soal nomor 8 – 10 untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap penggunaan obat tradisional, jika menjawab “Ya” berarti percaya,
35
diberikan nilai ≥ 5,2 dan jika menjawab “Tidak” berarti tidak percaya, diberikan nilai < 5,2. h. 4.
Soal nomor 11 untuk mengetahui pendapatan keluarga perbulan
Instrumen Pengumpulan Data c.
Data primer Data primer dikumpulkan langsung dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
d.
Data sekunder Data sekunder berupa data terkait penelitian yang didapatkan di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya dan literature lainnya.
J.
Pengolahan dan Analisa data 3.
Pengolahan Data Metode pengolahaan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dilakukan oleh (Arikunto, 2006) sebagai berikut : e.
Editing Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pemeriksaan pada lembar kuesioner untuk memastikan bahwa semua jawaban telah terisi.
36
f.
Coding Melakukan pengkodean dengan memberikan penomoran pada setiap kuesioner atau memberikan kode berupa angka-angka untuk setiap hasil jawaban pada kuesioner.
g.
Trasfering Memindahkan data dalam bentuk tabulating.
h.
Tabulating Memasukkan data yang telah diperoleh kedalam tabel.
4.
Analisa Data Analisa data akan dilakukan secara univariat dan bivariat c.
Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap pada tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilakan
distribusi
dan
presentase
dari
tiap
variabel
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Budiarto (2002) data yang telah dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi ditentukan presentase perolehan untuk masingmasing variabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
p
f 100% n
37
Keterangan :
d.
P
:
Presentase
f
:
Frekuensi Teramati
n
:
Jumlah Sampel
100%
:
Bilangan Tetap
Analisa Bivariat Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Uji Chi Kuadrat atau
. Menurut Hidayat (2009) Uji Chi Kuadrat atau
dapat digunakan untuk mengestimasi atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan terhadap variabel yang diteliti, dengan rumus sebagai berikut : =∑
(
)
Keterangan : = Uji Chi Kuadrat o
= Frekuesin Observasi / observed frequencies
e
= Frekuensi Harapan / expected frequencies
e
=
Dengan ketentuan sebagai berikut : 3) Jika
hitung ≥
tabel maka Ha diterima artinya signifikan.
4) Jika
hitung <
tabel maka Ha ditolak artinya tidak signifikan.
38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara geografis luas Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya adalah 66 Hektar, terdiri dari 3 dusun yaitu : Dusun Sa’diah, Dusun Srikandi dan Dusun Dayah Puteh. Desa Bineh Krueng terletak di Jalan Nasional Gampong Bineh Krueng, yang berbatasan dengan : 1.
Sebalah Utara berbatasan dengan Gampong Adan
2.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Suak Nibong
3.
Sebelah Timur berbatasan dengan Drien Kipah
4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Drien Jalo Desa Bineh Krueng terdiri dari 228 Kepala Keluarga, dengan 22 orang
jumlah ibu nifas yang ada di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2012.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya mulai tanggal 5 sampai
39
dengan 14 Juli 2013 dengan cara membagikan kuesioner yang terdiri dari 1 pertanyaan tentang penggunaan obat tradisional, 6 pertanyaan tentang pengetahuan, 3 pertanyaan tentang kepercayaan, 1 pertanyaan tentang penghasilan yang diberikan kepada 22 responden, pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh masing-masing responden dan dari hasil pengumpulan data terhadap 22 responden didapat hasil sebagai berikut : 1.
Analisa Univariat a.
Penggunaan obat tradisional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Tradisional Responden di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
frekuensi
%
Ada
15
68,2
Tidak Ada
7
31,8
22
100
Penggunaan Obat Tradisional
Total Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 22 responden yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 68,2 %. b.
Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
40
Pengetahuan
frekuensi
%
Tinggi
8
36,4
Rendah
14
63,6
22
100
Total
Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 22 responden yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 63,6 %. c.
Kepercayaan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Kepercayaan
frekuensi
%
Percaya
16
72,7
Tidak percaya
6
27,3
22
100
Total Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 22 responden yang percaya terhadap penggunaan obat tradisional yaitu sebanyak 72,7 %. d.
Pendapatan Tabel 5.4
41
Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Pendapatan
frekuensi
%
Tinggi
8
36,4
Rendah
14
63,6
S Total um ber : Data Primer (diolah, 2013)
22
100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 22 responden yang mempunyai pendapatan tinggi yaitu sebanyak 63,6 %.
2.
Analisa Bivariat a.
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari pengetahuan ibu Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Obat Tradisional bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Penggunaan obat tradisional Total Pengetahuan Ada Tidak ada f % f % F % Tinggi 4 18,2 4 18,2 8 36,4 Rendah
11
50
3
Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
13,6
14 63,6
hitung
10,9
tabel
3,841
42
Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 14 responden yang berpengetahuan rendah ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 50%, dari 8 responden yang berpengetahuan tinggi ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 18,2%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 10,9 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
penggunaan obat tradisional.
b. Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari kepercayaan ibu Tabel 5.6 Hubungan Kepercayaan dengan Penggunaan Obat Tradisional bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Penggunaan obat tradisional Kepercayaan
Percaya Tidak percaya
Ada
Total
Tidak ada
hitung
f
%
f
%
F
%
14
63,6
2
9,1
16
72,7
1
4,5
5
22,8
6
27,3
13,5
tabel
3,841
43
Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 16 responden yang percaya ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 63,6%, dari 6 responden yang tidak percaya ternyata yang ada menggunankan obat tradisional 4,5%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 13,5 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara kepercayaan dengan
penggunaan obat tradisional.
c. Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari pendapatan keluarga Tabel 5.7 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Penggunaan Obat Tradisional bagi Ibu Nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya
Pendapatan Penggunaan obat tradisional Keluarga
Ada
Tidak ada
Total
hitung
tabel
44
Tinggi Rendah
f
%
f
%
4 11
18,2 50
4 3
18,2 13,6
F
%
8 36,4 14 63,6
10,9
3,841
Sumber : Data Primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 14 responden yang berpendapatan rendah ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 50%, dari 8 responden yang berpendapatan tinggi ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 18,2%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 10,9 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga
dengan penggunaan obat tradisional.
C. Pembahasan 1.
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari pengetahuan Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 14 responden yang berpengetahuan rendah ternyata yang ada menggunakan obat tradisional
45
sebanyak 50%, dari 8 responden yang berpengetahuan tinggi ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 18,2%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 10,9 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan penggunaan obat tradisional. Berdasarkan
teori
yang
dikemukakan
oleh
Mubarak
(2011),
pengetahuan merupakan kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
pancainderanya,
segala
apa
yang
diketahui
berdasarkan
pengalamannya yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengetahuan juga merupakan mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Murni (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Eksitensi Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional (TOT) Suku Serawai Diera Medikalisasi
Kehidupan”,
mengatakan
bahwa
ada
hubungan
antara
pengetahuan dengan pemanfaatan tanaman obat tradisional, karena semakin rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat desa suku serawai, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan obat tradisional. Masyarakat setempat masih menggunakan obat tradisional untuk penyembuhan ataupun sebagai pencegahan suatu penyakit, pengobatan tersebut baik meracik sendiri atau diracik oleh dukun.
46
Menurut asumsi peneliti dapat dinyatakan bahwa penggunaan obat tradisional ada hubungan dengan pengetahuan, karena semakin rendahnya tingkat pengetahuan ibu semakin tinggi pula tingkat penggunaan obat tradisional, hal ini dikarenakan pengetahuan ibu tentang obat modern masih sangat rendah sehingga ibu lebih memilih menggunakan obat tradisional yang memang telah digunakannya secara turun-temurun dikeluarga. 2.
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari kepercayaan Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 16 responden yang percaya ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 63,6%, dari 6 responden yang tidak percaya ternyata yang ada menggunankan obat tradisional 4,5%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 13,5 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara kepercayaan
dengan penggunaan obat tradisional. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis, kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Menurut Widiono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Etnobotani Penggunaan Obat Tradisional Etnis Karo Di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo” mengatakan bahwa ada hubungan antara
47
kepercayaan dengan penggunaan obat tradisional, hal ini dikarenakan masyarakat karo memiliki keyakinan bahwa obat tradisional karo sangat bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh atau meningkatkan kesehatan. Masyarakat karo juga memiliki tradisi dan kepercayaan mengenai tanaman obat dan penggunaan obat tradisional. Menurut asumsi peneliti dapat dinyatakan bahwa kepercayaan berkaitan erat dengan penggunaan obat tradisional, karena seluruh ibu nifas di desa bineh krueng masih menggunakan obat tradisional untuk perawatannya sehabis melahirkan dan mereka juga percaya obat tradisonal tidak kalah manjurnya dengan obat modern berdasarkan pengalaman mereka secara terun-temurun. 3.
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari pendapatan keluarga Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 14 responden yang berpendapatan rendah ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 50%, dari 8 responden yang berpendapatan tinggi ternyata yang ada menggunakan obat tradisional sebanyak 18,2%. Hasil Uji Chi Kuadrat diketahui bahwa nilai dari nilai
hitung 10,9 lebih besar
tabel 3,841, berarti bahwa ada hubungan antara pendapatan
keluarga dengan penggunaan obat tradisional. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Asmiadi (2007), tingkat perekonomian merupakan perolehan uang yang diterima oleh orang tua selama satu bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah
48
anggota keluarga yang ditanggung, tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang dan cara memperoleh pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. Menurut Nugroho & Julianti (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
dengan
Pengambilan
Keputusan
Penggunaan Obat Analgetika Tradisional”, mengatakan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pengambilan keputusan penggunaan obat analgetika tradisional, karena pada masa krisis ekonomi sekarang ini, harga obat analgetika modern dirasakan semakin mahal oleh masyarakat, oleh karena itu diperlukan obat alternatif yang lebih murah dan terjangkau masyarakat. Menurut asumsi peneliti dapat dinyatakan bahwa penggunaan obat tradisional ada hubungan dengan pendapatan keluraga, karena semakin rendahnya pendapatan keluarga semakin tinggi penggunaan obat tradisional, hal ini dikarenakan harga obat tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat modern, bahan obat tradisional yang mudah didapati disekitar lingkungan tempat tinggal dan cara pengolahannya tidak rumit, sehingga dapat dibuat didapur sendiri tanpa memerlukan peralatan yang khusus dan biaya yang besar.
49
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Berdasarkan hasil uji Chi Kuadrat didapatkan nilai
hitung 10,9 berarti
pengetahuan ada hubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh barat Daya. 2.
Berdasarkan hasil uji Chi Kuadrat didapatkan nilai
hitung 13,5 berarti
kepercayaan ada hubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh barat Daya. 3.
Berdasarkan hasil uji Chi Kuadrat didapatkan nilai
hitung 10,9 berarti
pendapatan keluarga ada hubungan dengan penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas di Desa Bineh Krueng Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh barat Daya.
B. Saran 1.
Bagi Responden
50
Diharapkan ibu dapat memahami dan memperoleh informasi yang benar tentang penggunaan obat tradisional. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam penulisan karya tulis ilmiah di STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 3. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan dan pendapatan keluarga terhadap penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas. 4. Bagi Lokasi Penelitian Diharapkan bagi masyarakat desa Bineh Krueng dapat memahami dan memperoleh informasi yang benar tentang penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
51
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia Redaksi, (2003), Buku Pintar Obat Tradisional, Jakarta, Agromedia Pustaka , (2008), Buku Pintar Tanaman Obat, Jakarta, Agromedia Pustaka Anief. M, (2003), Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Arikunto. S, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Renika Cipta Asmiadi. T.M, (2007) Motivasi Alihan Pelajar, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press Badan Pusat Statistik, (2004), Survei Ekonomi Nasional, http://www.kapanlagi.com, diakses 10 Januari 2013 Budiarto. E, (2002), Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC Hidayat. A.A, (2009), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Jakarta, Salemba Medika Hidayat. S, (2005), Resep Obat Tradisional dan Keampuhan Obat, Jakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Katno et al., (2004), Buku Kesehatan Obat Tradisional, Jakarta, Salemba Medika Maichel, (2009), Survei Penggunaan Obat Alternative Tingkat Internasional, http://www.blogspot.com, diakses 10 Januari 2013 Meishin. O, (2010), Konsep Dasar Masa Nifas, http://www.lusa.web.id, diakses 10 Januari 2013 Mubarak. W.I, (2011), Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika
52
Murni. S.A, (2012), Eksitensi Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional (TOT) Suku Serawai Diera Medikalisasi Kehidupan, http://.mediamedika.net/archives, diakses 28 Juli 2013 Musito. B, (2002), Perkembangan Obat Tradisional, http://blogspot.com, diakses 10 Januari 2013 Notoatmodjo. S, (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta, Renika Cipta , (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Renika Cipta , (2007), Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Renika Cipta , (2010), Ilmu Prilaku Kesehatan, Jakarta, Renika Cipta Nugroho. T & Julianti. H.P, (2002), Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Penggunaan Obat Analgetika Tradisional, http://www.mediamedika.net/archives/149, diakses 28 Juli 2013 Saleha. S, (2009), Asuhan Kebidana Pada Masa Nifas, Jakarta, Salemba Medika Saptriyawati. E, (2011), Orang Madeung Bahasa http://acehpedia.org/Madeueng , diakses 10 Januari 2013
Aceh,
Suhaimin, (2006), Sikap dan Motivasi Pada Diri Sendiri, Jakarta, Bintang Indonesia Suherni et al., (2009), Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta, Fitramaya Supardi.
S & Susyanty. A.L, (2007), Survey Sensus http://apotekputer.com/ma/index, diakses 10 Januari 2013
Nasional,
Susanti. E, (2012), UMP di Aceh Pemerintah Diminta Tingkatkan Sosialisasi, http://atjehpost.com/read, diakses 28 Maret 2013 STIKes, (2012), Buku Panduan Penyusunan Skripsi dan Karya Tulis Ilmiah, Banda Aceh, U’Budiyah Poerwadarminta, (2005), Kehidupan Lingkungan Sekitar Kita, Bandung, Refika Aditama
53
Yanti. D & Sundawat. D, (2011), Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Bandung, Refika Aditama Yuliarti. N, (2009), Sehat Cantik Dan Bugar Dengan Herbal dan Obat Tradisional, Yogyakarta, ANDI Yuni. P, (2012), Statistik Daerah Aceh, www.bps.go.id, diakses 20 Januari 2013 Widiono. S, (2010), Studi Etnobotani Penggunaan Obat Tradisional Etnis Karo Di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo, http://www.mediamedika.net/archives/169, diakses 28 Juli 2013