BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi selalu berusaha secara konstan mencari cara untuk mencapai performa bisnis yang lebih baik dan mempertahankan keungulan bersaing dengan memberdayakan secara efektif sumberdaya yang dimilikinya dan mengembangkan bisnis proses yang lebih baik secara berkesinambungan. Organisasi memerlukan perencanaan dan kontrol sistem yang efektif dengan mensinkronkan seluruh kegiatan perencaan dalam seluruh aktifitas bisnisnya, untuk tujuan tersebut perusahaan bergantung pada infrastruktur sistem informasi yang solid selaras dengan core business prosess, yang dikembangkan untuk dapat memberikan produk dan layanan yang berkualitas dalam kerangka waktu yang optimal. Kebutuhan akan sistem informasi yang solid telah mendorong banyak perusahaan untuk memanfatkan teknolgi informasi dengan mengimplementasikan aplikasi software seperti Enterprice Recource Planning (ERP) untuk mensinergikan dan meningkatkan efisiensi operasi bisnisnya. Teknologi informasi menawarkan berbagai solusi, inovasi, dan perubahan pada bisnis perusahaan. Namun demikian penerapan teknologi informasi harus sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan sehingga investasi yang mahal tidak menjadi sia – sia. Jika pertanyaan diajukan kepada organisasi yang menerapkan Teknologi Informasi, “apa yang paling diharapkan dari penerapan sistem teknologi informasi dalam organisasinya?’ jawaban yang diberikan oleh organisasi yang menerapkan teknologi informasi pastilah sederhana yaitu sukses atau berhasil dalam pelaksanaannya. Akan tetapi apa yang dimaksud dengan kesuksesan dari sistem teknologi informasi dan bagaimana membuat teknologi informasi menjadi sukses. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan-pertanyaan penting yang penting dan menarik untuk didiskusikan. Secara
teknis sistem teknologi informasi telah berkembang dengan pesat, secara kualitas sistem teknologi informasi juga sudah meningkat secara signifikan, Jogiyanto (2007:1). Saat ini sudah menjadi hal yang umum Enterprice Resource Planning (ERP) dijadikan tulang punggung sistem informasi dalam operasi perusahaan berskala besar maupun kecil. Berdasarkan studi ARC (Advisor Group Inc.) yang dikutip oleh Garbot et. al (2008:1) pasar dunia untuk sistem ERP berkembang pada angka rata-rata kenaikan gabungan 4,8%, bergerak naik dari angka USD $16.7 milyar menuju angka USD $21 milyar pada tahun 2010. Angka yang cukup fantastis tersebut ternyata tidak diimbangi oleh laporan keberhasilan penerapan ERP. Seperti yang dilaporkan oleh David Bergen dalam Doc Palmer (2006:283), menyatakan kegagalan implementasi paket CMMS (Computer Maintenance Management System) yang merupakan salah satu stream dari ERP, diperkirakan sebesar 50%, tapi hal ini masih tergantung dari seseorang mendefinisikan arti dari kegagalan itu sendiri. Chister Idhammar (1998) meletakkan rata-rata keberhasilan implementasi paket CMMS hanya berada pada angka 18%. Fenomena ketidakcocokan atau ketidak seimbangan antara besaran investasi yang dikeluarkan untuk teknologi informasi dengan ukuran total output yang dihasilkan dideskripsikan sebagai sebuah “ IT productivity paradox “ sebuah isu yang hingga saat ini masih hangat dibicarakan dikalangan akademisi maupun praktisi teknologi informasi semenjak tahun 1980-an (Roach,1994). Mengevaluasi keberhasilan proyek implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sesuatu yang sangat penting mengingat besarnya nilai finasial dan sumberdaya manusia yang diinvestasikan, akan tetapi menurut laporan Bradford dan Sandy (2002), 57 % dari perusahaan yang diinterview menyatakan tidak pernah melakukan assesment terhadap performa Enterprise Resource Planning (ERP) yang diimplementasikan karena langkanya model dan
literature untuk evaluasi secara empirik yang bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan ERP. Pengukuran secara teknikal terhadap kesuksesan penerapan sistem informasi mudah dilakukan seperti yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal terhadap tingkat Maturity penerapan teknologi informasi dalam lingkungan maintenance section dari Processing and Infrastructure Department pada tahun 2010, dimana metode peneliaian yang digunakan diadopsi dari PAS-55 Asset Management Specification, tetapi hal ini belum mencerminkan kesuksesan penerapan teknologi informasi secara komprehensif dalam suatu organisasi, karena menurut Software Education Associates Ltd (2006), Produk sukses sistem informasi didefinisikan sebagai berikut: “ …is the measure of the value the delivered system returns to the organization, after completion of the project and when it is deployed to the eventual users to become part of the characteristic way business is conducted in the organization”.
notes: 0 = none, 1 = Initial, 2 = Developing, 3 = Foundation, 4 = Professional, 5 = Mastery
Gambar 1.1: Mapping Maturity Asset Management PID Sumber: Hasil audit PAM, PT MTS Indonesia 2010
Kesulitan penilaian kesuksesan dan keefektifan sistem informasi secara langsung mendorong banyak peneliti mengembangkan model untuk menilai kesuksesan sistem informasi, seperti yang dikembangkan oleh para peneliti (Bailey dan Person 1983, DeLone dan McLean 1992, Seddon 1997, Rai et al. 2002 dalam Sabherwal et al. 2004). Dari beberapa model kesuksesan sistem informasi tersebut, model DeLone dan McLean (1992) banyak mendapat perhatian dari para peneliti selanjutnya (Walstrom dan Hardgrave 1996, Walstrom dan Leonard 2000 dalam Mc Gill et al. 2003). Livari (2005) juga menguji secara empiris Model DeLone dan McLean tersebut, hasilnya membuktikan bahwa kesuksesansistem informasi dipengaruhi oleh kualitas sistem informasi dan kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem yang bersangkutan. DeLone dan McLean (1992) melakukan studi yang mendalam terhadap literatur mengenai kesuksesan sistem informasi. Mereka menemukan bahwa kesuksesan sebuah sistem informasi dapat direpresentasikan oleh karakteristik kualitatif dari sistem informasi itu sendiri (system quality), kualitas output dari sistem informasi (information quality), konsumsi terhadap output (use), respon pengguna terhadap sistem informasi (user satisfaction), pengaruh sistem informasi terhadap kebiasaan pengguna (individual impact), dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi (organizational impact). Model yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) adalah suatu causal model atau disebut disebut juga dengan variant model yang berusaha untuk menjelaskan covariant dari elemen- elemen model untuk menentukan apakah variansi dari satu elemen dapat dijelaskan oleh variansi dari elemen- elemen lainnya atau dengan kata lain apakah terjadi hubungan causal diantara elemen . Dari model causal DeLone dan McLean (1992), dapat dijelaskan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi secara mandiri atau bersama- sama mempengaruhi penggunaan dan kepuasan pemakai. Besarnya penggunaan dapat mempengaruhi kepuasan
pemakai secara positif ataupun negatif. Penggunaan dan kepuasan pemakai mempengaruhi dampak individual dan selanjutnya mempengaruhi dampak organisasional , Jogiyanto (2007: 5). Penelitian ini mencoba menggunakan obyek penelitian terhadap hasil penerapan Enterprise Resource Planning (ERP), yaitu sebuah paket perangkat lunak yang benama Ellipse yang diproduksi oleh Mincom Pty Ltd yang digunakan oleh PT Kaltim Prima Coal sejak tahun 1999. Perangkat lunak Enterprise Resource Planning (ERP), Ellipse dari Mincom Pty Ltd, yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis, yaitu Operation (Production) and Maintenance System, Material Management/Supply System, Finance System dan Human Resources adalah suatu perangkat lunak yang didisain untuk meningkatkan nilai tambah dan tingkat pengembalian investasi dari aset fisik. Masa implementasi selama 12 tahun dirasakan waktu yang cukup untuk mengevaluasi dan menilai Enterprise Resource Planning (ERP) dalam hal ini Ellipse yang diterapkan oleh di PT Kaltim Prima Coal. Penilain kesuksesan penerapan Enterprise Resource Planning (ERP) dalam penelitian ini mengadopsi Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone & McLean (D & M IS Succes Model). Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah tesis dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dampak Organisasi Dalam Penerapan Enterprise Resource Planning di PT Kaltim Prima Coal – Sangatta”.