BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Tanpa
adanya komunikasi, manusia tidak dapat berinteraksi dan bertukar pikiran sesamanya. Komunikasi merupakan hal yang kompleks, seperti yang dijabarkan dalam salah satu buku karya Martin dan Nakayama (2007: 91), yaitu: ”Communication, is as complex as culture”. Komunikasi seperti layaknya budaya yang sangat kompleks. Komunikasi terjalin karena adanya kesamaan makna dari komunikator kepada komunikan. Komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikan dapat dimengerti dengan baik. Maka dapat dikatakan komunikasi berlangsung dengan baik sehingga menimbulkan saling pengertian. Saat ini, dengan berkembangnya zaman semakin banyak kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia untuk melangsungkan hidup. Baik dari sandang, pangan, dan papan. Oleh karena itu, semakin banyak organisasi yang bermunculan untuk dapat menjawab semua kebutuhan dari manusia. Organisasi-organisasi itu mengandalkan strategi dan taktiknya untuk mendapatkan perhatian dari publik dan dapat mencapai tujuannya. Dalam merampungkan strateginya diperlukan peran dari karyawan dan juga komunikasi.
1
Di dalam kehidupan sebuah organisasi, baik organisasi yang mengejar profit maupun organisasi yang bergerak di bidang sosial, komunikasi sangat perlu untuk dibina. Berkomunikasi adalah salah satu hal yang tidak dapat dipungkiri dalam berjalannya proses bisnis. Menurut Roger dalam Mulyana (2006: 29): Komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam organisasi. Komunikasi meliputi seluruh kegiatan dalam organisasi yang dapat menghasilkan alat kerja yang penting di mana akan timbul saling pengertian serta kerjasama di antara anggota organisasi. Maka komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, dapat menentukan jalannya proses suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Seluruh anggota dalam organisasi merupakan pemangku kepentingan yang memegang peranan penting. Sehingga, membutuhkan upaya-upaya untuk membina komunikasi di dalam organisasi tersebut. Upaya tersebut pun harus ditata sedemikian rupa agar tidak terjadi misscommunication yang dapat menimbulkan kesalahan kecil yang seharusnya tidak terjadi. Komunikasi organisasi terbagi menjadi dua yaitu komunikasi di dalam organisasi (internal) dan komunikasi dari organisasi kepada pihak luar (eksternal). Komunikasi di dalam organisasi terbagi menjadi lima aliran yaitu atasan ke bawahan, bawahan ke atasan, lintas saluran, horizontal dan informal, pribadi, atau selintingan. Terkadang dalam komunikasi internal sering terjadi hambatan, hambatan ini dapat muncul dikarenakan adanya kesalahpahaman antar setiap anggota, munculnya sifat psikologis seperti keinginan untuk menang sendiri,
2
kurang rasa keterbukaan antar karyawan, sehingga komunikasi menjadi tidak efektif, hasilnya tujuan organisasi pun tidak dapat tercapai. Pace dan Faules (2005: 170) mengemukakan: “Tantangan besar dalam komunikasi di dalam sebuah organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.” Pada dasarnya menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan menerima informasi tersebut merupakan hal yang sulit, karena terkadang terdapat beberapa unit yang tidak mendapatkan informasi karena komunikasi yang terhambat. Menurut pendapat Cutlip (2009: 255) mengenai komunikasi internal dapat dijabarkan sebagai berikut: Komunikasi internal memiliki tujuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sama-sama bermanfaat antara organisasi dengan karyawan, di mana kesuksesan dan kegagalan organisasi akan tergantung pada karyawan. Salah satu hal yang membantu organisasi berkembang tidak hanya mengandalkan komunikasi, namun budaya juga berperan penting. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang menyandi, mengirim, dan menafsirkan pesan. Berdasarkan hal ini, maka budaya merupakan landasan komunikasi (Mulyana, 2006: 19). Budaya merupakan aspek yang selalu ada di dalam suatu masyarakat di seluruh dunia, setiap negara memiliki budaya yang berbeda, contohnya saja di Indonesia masyarakat lebih terbuka satu sama lain sedangkan di negara Barat 3
masyarakat cenderung lebih individualis. Secara tidak langsung, budaya memberi dampak bagi setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat. Dari komunikasi yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi terbentuklah sebuah budaya organisasi yang akhirnya menjadi pedoman bagi setiap anggotanya. Munandar (2001: 246) memberikan pandangannya bahwa, “Sejak berdirinya organisasi, secara sadar atau tidak, pendiri meletakkan dasar bagi budaya organisasi yang didirikannya.” Dari budaya organisasi yang ada dapat terlihat seperti apa garis besar dari organisasinya. Adapun Schein (1985: 168) mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut, “Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.” Budaya organisasi apabila dijalankan dengan konsisten oleh anggotanya akan menghasilkan hidup organisasi yang lebih terbuka, karyawan bebas dalam mengemukakan pikirannya, ide, perasaan, dan dapat menuangkan aspirasinya dalam proses pembuatan dan pengambilan keputusan. Dalam membentuk budaya organisasi tidaklah mudah, karena campuran latar belakang budaya yang dianut oleh setiap karyawan sangat beraneka ragam. Komunikasi internal sendiri dapat berperan sebagai komunikasi yang efektif, karena dengan adanya rasa keterbukaan antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Dari keterbukaan tersebut, dapat menghasilkan perasaan saling
4
menghormati antar sesama karyawan. Dengan begitu, tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai. Komunikasi internal dalam membentuk budaya organisasi sangatlah berperan penting, karena melalui komunikasi internal itulah sedikit demi sedikit mulai terbentuk suatu budaya organisasi yang nantinya dapat menciptakan suatu identitas perusahaan (corporate identity). Subjek penelitian ini difokuskan pada perusahaan PT Global Artha Futures. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004, organisasi ini merupakan anak perusahaan dari PT Indosurya Group yang telah ada sejak tahun 1989. PT Global Artha Futures menfokuskan dirinya di bidang emas. Namun bukan emas fisik, melainkan emas yang dijual secara online trading. Sumber daya manusia PT Global Artha Futures rata-rata merupakan karyawan yang masih berusia muda, memiliki keahlian yang memadai di bidang tersebut. Rata-rata karyawannya masih dibawah umur empat puluh tahun. Kesetiaan para karyawan terhadap organisasi sampai saat ini dikarenakan organisasi tidak memensiunkan karyawannya, sehingga para karyawan bekerja dengan status pekerja tetap. Namun, sejak berdiri dari tahun 2004 budaya organisasi yang terdapat dalam PT Global Artha Futures masih belum terlalu terlihat dan diketahui oleh setiap karyawannya. Padahal setiap organisasi pasti memiliki beberapa budaya organisasi yang dianut, membuatnya berbeda dari organisasi lainnya. Selain itu, memiliki budaya organisasi merupakan suatu keharusan dan sangat penting bagi 5
setiap organisasi dan juga karyawannya. Melihat bahwa budaya organisasi merupakan hal yang sangat penting, terdapat contoh dari dua perusahaan yaitu Bank Mandiri dan Nutrifood yang menunjukkan pentingnya budaya organisasi dimiliki bersama oleh seluruh karyawannya, di mana budaya organisasi berguna untuk meningkatkan performa perusahaan dan membuat perusahaan terus berkembang. Bank Mandiri, di mana pemimpinnya terdahulu yang bernama Agus Martowardojo berhasil membuat Bank Mandiri menjadi bank dengan Service Excellence terbaik di Indonesia. Salah satu hal yang dilakukan oleh beliau adalah dengan transformasi budaya kerja, baginya sukses tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan bisnis tidak terlepas dari budaya organisasi yang dianut. Beliau menerapkan budaya kerja yg lebih „fresh graduate’ dengan motto “Bank Mandiri Melayani Dengan Hati, Menuju Yang Terbaik”, serta menerapkan budaya kerja perusahaan yang terangkum dalam TIPCE (Trust, Integrity, Profesionalism, Customer Focus, dan Excellence).1 Nutrifood merupakan perusahaan manufaktur terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini juga menerapkan budaya organisasi yang menyenangkan namun turut memajukan perusahaannya. Ruang kerja di Nutrifood mencerminkan misi dan nilai budaya perusahaan yaitu I-Care: Integrity, Collaboration, innovAtion, Respect and Excellence. Suasana kerjanya yang santai tercermin dari ruang kerja,
1
Resep keberhasilan Agus Martowardjojo Memimpin Bank Mandiri, Kompasiana, http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/01/14/resep-keberhasilan-agus-martowardjojo-memimpinbank-mandiri-333144.html, ket: diakses tanggal 27 Februari 2013, jam 17.31.
6
ruang rapat, ruang olahraga serta Nutrifood menjaga keselarasan antara produk kesehatannya dengan pola hidup sehat yang dibudayakannya di tempat kerja. 2 Berdasarkan fenomena yang ada, dan juga faktanya bahwa komunikasi internal dan budaya organisasi merupakan aspek penting bagi organisasi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan proses komunikasi internal dalam membentuk budaya organisasi di PT Global Artha Futures. 1.2
Rumusan Masalah Dari komunikasi internal di dalam organisasi dapat membentuk budaya
organisasi, di mana budaya ini merepresentasikan tingkah laku, pekerjaan dan karakteristik dari organisasi tersebut. Melihat dari latar belakang yang ada bahwa komunikasi internal membentuk budaya organisasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses komunikasi internal dalam membentuk budaya organisasi PT Global Artha Futures?” 1.3
Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana komunikasi internal dalam membentuk budaya organisasi di PT Global Artha Futures.
2
Nutrifood, www.nutrifood.co.id , ket: diakses 27 Februari 2013, jam 18.03.
7
1.4
Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian mengenai komunikasi internal dan juga memberi kontribusi bagi perkembangan teori komunikasi organisasi. Selain itu, diharapkan dapat memberi tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai komunikasi internal dan budaya organisasi. 1.4.2 Signifikansi Praktis Penelitian ini dapat bermanfaat bagi organisasi agar memperoleh masukan dalam melaksanakan dan menerapkan budaya organisasi menjadi lebih baik lagi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, dorongan, solusi, motivasi, dan gambaran secara holistik terhadap suatu fenomena tertentu.
8