BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi Antar Budaya, seperti yang anda ketahui bukanlah suatu yang baru. Sejak awal peradaban, ketika manusia pertama membentuk kelompok suku, hubungan antarbudaya terjadi setiap kali orang-orang dari suku yang satu bertemu dengan anggota dari suku lain dan mendapati bahwa mereka berbeda. Terkadang Perbedaan ini, tanpa kesadaran dan toleransi akan keberagaman budaya, menimbulkan kecenderungan manusia untuk bereaksi secara dengki. Pertukaran budaya ini telah terakselerasi di masa lampau ke suatu titik , seperti yang pernah disebutkan diatas, dimana masyarakat dimasa depan akan meningkat, sehingga membutuhkan peningkatan pengetahuan akan budaya dan kemampuan bahasa. Termasuk didalam masalah globalisasi, konflik dan keamanan international, kompetisi dunia untuk sumber daya alam, masalah pelayanan kesehatan dunia dan perubahan populasi. Teknologi komunikasi dan transportasi telah menyatukan dunia dengan penduduk yang berbeda pandangan politik, sistem sosial, dan kepercayaan. Komunikasi dan transportasi membawa bangsa-bangsa kedalam era globalisasi dengan perbedaan politik dan falsafah hidup mengakui bahwa
1
2
bangsa-bangsa didunia sekarang ini dihadapkan dengan masalah yang harus dipecahkan bersama.1 Globalisasi telah menjadi istilah yang umum pada banyak bahasa dan telah digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Ada yang menggunakannya dengan positif dan sebaliknya. Globalisasi diartikan dengan beragam, tergantung dari cara sudut pandang dan tujuan si pengguna. Bagi Gannon, “Globalisasi merujuk pada meningkatnya ketergantungan antara pemerintah, perusahaan bisnis, organisasi bisnis, organisasi nirlaba, dan penduduk secara individu”
2
dari sudut pandang antropologis, globalisasi merupakan
“keterkaitan menyeluruh, bukti dari pergerakan global dari sumber daya alam, perdagangan barang-barang, tenaga kerja manusia, modal keuangan, informasi, dan penyakit menular”3 Salah satunya kita lihat dari beberapa transformasi masyarakat global ini, yang telah terpengaruh dengan globalisasi. Bidang ilmu komunikasi kini telah mengalami kemajuan yang sangat luar biasa pesat. Bayangkan kini seseorang dapat melakukan interaksi sosial dengan sangat mudah, melalui fasilitas internet seseorang dapat menjalin pertemanan dengan dengan orang lain yang berasal dari belahan negara lain. Banyaknya media sosial yang ada saat ini, juga mendorong adanya komunikasi antarbudaya didalamnya. Dengan adanya kecanggihan-kecanggihan komunikasi kini kegiatan berkomunikasi, 1
Alex H. Rumondor, Dkk. 2004. Komunikasi Antarbudaya. Cetakan keenam.Jakarta: Universitas Terbuka. Hlm. 13. 2 Larry A. Samovar, Richard E.Porter dan Edwin R, McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 3 3 W.A. Haviland, H.E.L.Prins, D. Walrath, dan B. McBride, Culture Anthropology : The Human Challenge, edisi ke-12 (Belmont, CA : Thompson Higher Education, 2008), Hlm 19.
3
berinteraksi dan mencari informasi semakin tidak berjarak, karena mampu meleburkan jarak geografis serta waktu. Seiring dengan pertukaran informasi yang semakin cepat sekarang ini, seakan menjadi sebuah keharusan bagi setiap manusia untuk dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan yang juga cepat berubah serta terbuka dengan segala perbedaan yang ada disekitarnya. Termasuk teknologi informasi yang semakin mudah melintasi bangsa dan salah satunya warna musik yang mendunia. Apalagi pasalnya semenjak era-globalisasi semakin mudahnya bangsa-bangsa saling berhubungan satu sama lain, bahkan saling bertukar budaya, dapat kita lihat pada kebudayaan luar yang masuk ke Negara kita Indonesia akibat globalisasi tersebut. Seperti sebelumnya budaya barat masuk ke Negara kita hingga mempengaruhi banyak masyarakat dan beberapa tahun terakhir ini semenjak budaya Asia Timur ikut tersorot hingga keseluruh dunia yaitu musik K-pop (Korean Pop) menjadi sangat popular di berbagai Negara di dunia, K-pop adalah salah satu genre musik dari korea selatan, di negara asalnya K-pop sudah lahir sejak tahun 1930-an. Memasuki tahun 2011, K-pop mulai merambah ke sejumlah Negara Asia bahkan Eropa, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini yang disebut dengan Korean Wave. Korean wave atau Hallyu dalam bahasa korea adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri yang disebarluaskan melalui media massa popularitasnya merambah kekawasan
4
asia terutama Cina, Taiwan, Hong Kong, Jepang, Filipina, Thailand, Indonesia, Vietnam, sebagian Rusia, serta Amerika Serikat, dan Eropa. Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus.4 Tak terhindari lagi, serbuan budaya luar (asing) secara pelan dan pasti “menyingkirkan” budaya yang telah lama kita anut. Berkah desa global telah menciptakan apa yang disebut dengan gaya hidupp global, the global life style. Budaya global melahirkan budaya popular. Perdebatan sengit mengenai budaya pop atau massa ini segera mengemuka beberapa pengamat berpendapat budaya pop telah meruntuhkan tatanan budaya luhur yang sarat dengan nilai dan filosofi kehidupan suatu komunitas. Nilai-nilai dan moralitas tergerus dan tercampakan. Boleh dan tidak, baik dan buruk tidak menjadi persoalan selama masyarakat atau massa menyukainya.5 Di tahun 1997 krisis ekonomi melanda Asia. Korea Selatan juga terkena dampak dari krisis ekonomi yang mengglobal ini. Karena adanya
4
KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/KoreanWave?affairId=209. Diakses pada tanggal 12 Juni 2013. 5 Dadan Anugrah dan winny kresnowiati. Komunikasi Antarbudaya :Konsep dan aplikasinya. 2007. Jala permata. Hal 173.
5
krisis
ekonomi
tersebut
Korea
selatan
mengambil
tindakan
untuk
mengembalikan keadaan ekonomi negaranya dengan meminta bantuan IMF. Lalu salah satu cara yang dilakukan untuk mengembalikan keadaan ekonomi tersebut melalui Pemerintah korea mendirikan organisasi yang berhubungan dengan kebudayaan, promosi pariwisata, dan fokus pada melindungi budaya tradisional mereka. Bagaimanapun pemerintah tidak menyadari bagaimana pentingnya industri budaya dan tidak mengetahui bagaimana mengelola pariwisata yang baik. Sesudah krisis ekonomi melanda asia di 1997, pemerintah korea selatan memberikan perhatian lebih pada urusan budaya dan pariwisata lebih dari sebelumnya. Pemerintah korea menyadari bahwa industri budaya adalah salah satu industri yang paling penting di abad 21. Terutama presiden Kim Dae Jung, dia menyadari bahwa industri budaya dapat membawa keuntungan lebih untuk negara dan kemudian memfokuskan untuk memulai mengelola industri budaya. 6 Beliau menetapkan hukum dasar untuk industri promosi budaya pada tahun 1999 dengan mengalokasikan 148, 5 juta dolar AS untuk proyek ini. Korea memberikan sentuhan tersendiri pada produk-produk budaya mereka dengan mencampurkan sifat-sifat aslinya dengan gaya asing secara inovatif dan unik melalui Korean Wave. Korean Wave sebagai soft power melibatkan agenda setting dan attraction sebagai peilaku dalam spektrum co-optive power untuk dapat mempengaruhi dan membentuk apa yang pihak lain inginkan (what others
6
Jessica Chen. 2008. A STUDY ON CULTURAL TOURISM AND SOUTH KOREAN GOVERNMENT. Paper from Wenzao Ursuline College of Languages.
6
want)7. Agenda setting atau pembentukan agenda Korean Wave sebagai soft power, merujuk agenda peningkatan perekonomian Korea Selatan pasca krisis ekonomi dengan institusi pemerintah Korea Selatan sebagai referee yang menentukan agenda tersebut. Menurut The Economist, Korean Wave diagendakan sebagai potensi soft power sejak kejatuhan ekonomi Korea pada masa krisis finansial Asia tahun 1998 dengan GDP yang turun drastis hingga 7% 8 . Selama satu dekade berikutnya yang diiringi dengan stagnansi perekonomian, tiga administrasi pemerintahan Korea mulai melihat Hallyu (Korean Wave) sebagai instrumen soft power, dengan harapan bahwa ekspansi profil Korea Selatan ke luar negeri melalui Korean Wave akan diikuti dengan permintaan terhadap ekspor
produk budaya dan pariwisatanya 9 . Dengan
memberikan pencitraan Korea Selatan dalam Korean Wave, Korea Selatan ingin membentuk profil yang dikenal oleh negara-negara di dunia yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk peningkatan perekonomian pasca krisis 1998 melalui ekspor produk-produk dengan label Korea Selatan. Sedangkan attraction yang dilakukan dalam Korean Wave sebagai soft power bersumber pada produk budaya populer yang diekspor ke berbagai negara dan melibatkan aktor-aktor seperti pemerintah, media televisi dan internet, industri drama televisi, film, musik, animasi, games serta perusahaan multinasional sebagai referees-nya. Attraction atau daya tarik dari Korean 7
Nye, J.S. (2005), ‘Soft Power and Higher Education’, Forum for the Future of Higher Education, diunduh dari http://www.educause.edu/Resources/SoftPowerandHigherEducation/158676, tanggal 04 Juni 2014 pukul 18.41 WIB 8 The Economist, South Korea’s pop-cultural exports: Hallyu, yeah! A “Korean wave” washes dan Phnom Penh) dalam warmly over Asia, 25 Januari 2010, (Seoul http://www.economist.com/node/15385735, diakses pada tanggal 04 Juni 2014 pukul 19.26 WIB 9 Ibid.
7
Wave ini memiliki beberapa faktor yang mendukung popularitas dan penerimaannya oleh publik negara-negara lain. Faktor pertama adalah kebijakan pemerintah terkait Korean Wave seperti dukungan anggaran finansial untuk perkembangan promosi budaya Korea ke luar negeri dan kebijakan liberal pemerintah Korea Selatan yang menghormati kreativitas individu, mengijinkan adanya struktur pasar budaya yang transparan serta kemampuan membangun suatu budaya populer yang kritis dan mampu bersaing. Dukungan finansial oleh pemerintah dapat dilihat melalui tindakan pemerintah Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata yang mulai menaruh perhatian lebih pada pengembangan industri budaya populer di Korea Selatan dengan memberikan dukungan administratif bagi ekspor budaya Korea. Faktor lainnya adalah kreativitas produksi produk budaya dalam Korean Wave. Dalam mempertahankan penerimaan Korean Wave di berbegai negara, Korea Selatan melakukan perkembangan strategi produksi produk budayanya. Salah satu usaha yang juga dilakukan oleh Korea Selatan adalah mengupayakan strategi lokalisasi dengan mendekati pasar lokal di negara lain. Strategi ini dilakukan dengan cara memberangkatkan artis Korea ke kota-kota di Asia seperti di Jepang dan Cina untuk lebih memperkenalkan diri mereka pada pasar lokal melalui kolaborasi pembuatan produk drama televisi dengan artis dan perusahaan lokal10. Selain itu dalam industri musik K-pop, terutama
10
Korean Culture and Information Service, (2011), The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon, (Korean Culture and Information Service, Ministry of Culture, Sports and Tourism), hlm. 70
8
di Asia telah dikenal dalam meproduksi lagu-lagu yang dibuat dalam multibahasa untuk memperluas penyimak musik K-pop. Hal ini membuat Korean wave mudah berkembang di hampir seluruh dunia terutama di Asia. Melalui fenomena inilah Korean wave dapat memperkuat hubungan budaya dan homogenitas antara Negara Asia. Berbeda dengan standar global yang lebih berorientasi terhadap nilai-nilai budaya Barat. Ekspor
budaya
Korea
dalam
Korean
Wave
tidak
hanya
menguntungkan dari sisi keuntungan ekspor produk budaya, namun juga meningkatkan keuntungan pemasaran produk komersial lain ke pasar internasional. Kepopuleran produk budaya dalam Korean Wave, seperti drama televisi membiasakan publik dengan gaya hidup ala Korea yang digambarkan dalam drama tersebut. Pembiasaan ini dapat mendorong konsumsi publik terhadap produk-produk yang digunakan dalam penggambaran gaya hidup ala Korea, misalnya gadget dengan teknologi terkini atau pakaian dan kosmetik untuk mendapatkan penampilan ala Korea. Selain itu, menurut Lash and Urry, dikatakan bahwa ada suatu proses yang disebut dengan aestheticization of commodities, yaitu proses penanaman komponen nilai estetis/keindahan pada obyek material11. Proses ini terjadi ketika artis-artis dengan pencitraan glamor dan pesonanya dilibatkan dalam mempromosikan produk yang membuat produk tersebut menjadi lebih menarik bagi konsumen12.
11
Lash S. dan Urry, J. (1994). Economies of Signs and Space, (London: Sage). hlm. 10
12
Ibid.
9
Popularitas
Korean
wave
di
Indonesia
ditandai
dengan
diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran kebudayaan Korea sejak tahun 2009 hingga 2011 yakni “Korea-Indonesia Week”. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang sosial kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi sebagai pusat informasi kebudayaan Korea Selatan.13 Perkembangan K-pop didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah Korea menjadikan K-pop sebagai upaya pembangunan citra ataupun nation-branding Korea Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional. Mulanya, tahun 2002 drama korea diperkenalkan di Indonesia. Populernya drama korea tersebut membuat segala sesuatu berbau korea
13
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online]. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp Diakses pada tanggal 12 Juni 2013.
10
diminati di Indonesia, salah satunya dibidang musik. Tidak sedikit juga artis drama korea yang turut berprofesi sebagai penyanyi.14 Semenjak drama seri korea yang ditayangkan di televisi Indonesia, disaat bersamaan masyarakat Indonesia mulai mencari tahu dan tertarik lebih mengenal budaya korea. Mulai dari artis pemain drama serinya dan soundtrack drama seri yang dinyanyikan oleh penyanyi korea yang tidak jarang juga merupakan member salah satu group idola disana. Seperti Boys before flower yang soundtracknya pun ikut terkenal. Alasan mengapa drama seri korea saat itu sangat digemari di Indonesia, karena pada saat itu disaat impor film sedang mahal, korea hadir dengan biaya impor film yang murah dengan cerita menarik yang sejenis dengan drama Taiwan yang saat itu juga sedang digemari masyarakat Indonesia. Disamping itu Musik Korea menawarkan aliran musik yang baru. Selain itu setiap beberapa bulan, perusahaan yang menangani boy band mengubah konsep bermusik dalam setiap album baru yang akan dikeluarkan. Di bidang fesyen atau gaya berpakaian, gaya berpakaian penyanyi Korea Selatan ini menawarkan gaya berpakaian yang unik. Tidak seperti gaya Harajuku yang terkenal di Jepang, namun tidak bisa diterapkan di Indonesia. Gaya Harajuku dari Jepang, cenderung terlalu ekstrim dan masih tidak wajar untuk di gunakan di Indonesia. Sedangkan gaya berpakaian yang dibawa dari negeri Ginseng, meskipun cenderung menggunakan pakaian berlapis, namun 14
Asal mula demam K-pop di Indonesia. [Online]. http://www.Tourismnews.co.id/category/music/asal-mula-demam-K-pop-di-indonesia . Diakses pada tanggal 16 September 2013.
11
jauh lebih feminim dan inovatif. Musik K-pop juga umumnya menampilkan tarian yang rapih dan inovatif yang bisa diikuti. Sehingga tidak sedikit dari boy/girlband memiliki kekhasan tarian masing-masing.15 Demam K-pop melanda Indonesia, sederetan artis Korea Selatan seperti Super Junior, TVXQ, Bigbang, Psy, dan 2PM membuat remaja bahkan dewasa sekalipun ikut mengandrungi lagu-lagu asal Korea Selatan tersebut. Kpop sendiri merupakan popular musik dengan bentuk modern, memiliki genre musik seperti dance-pop, pop ballad, electronic, rock, hip-hop, R&B dan lainnya. Karena itu hampir semua kalangan dapat menyukainya Bahkan saat artis asal korea selatan mengadakan konser pun terbukti antusiasme para fans sangat terlihat mereka dengan mudahnya mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam demi melihat artis pujaan padahal harga tiket yang tidak murah Rp. 500 ribu – Rp. 2,4 juta. Ini membuktikan besarnya perhatian masyarakat terhadap musik K-pop kini tengah populer. Populernya K-pop membuat munculah fans K-pop di Indonesia, dari fans biasa hingga fans fanatik yang sangat setia. Group idola pun sadar mereka tidak bisa berdiri tanpa fans karena itu pihak mereka mendirikan fandom yang merupakan kumpulan fans dari seorang idola. Masing-masing idola memiliki nama fandomnya sendiri. Seperti Super Junior fandomnya ELF, 2PM dengan Hottest, BIG BANG dengan VIP, TVXQ/DBSK dengan Cassopeia dan masih banyak lagi. 15
Alasan remaja kecanduan Kpop (online). http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remaja-duniakecanduan-kpop. diakses pada 30 may 2014 pukul 17.24 WIB
12
Kesamaan kesukaan itupun melandaskan fans K-pop Indonesia akhirnya membuat suatu perkumpulan pengemar yang disebut fanbase yang merupakan suatu forum yang ditujukan untuk mendukung seorang idola. Fanbase bisa berupa forum yang anggotanya dapat berkumpul dan bertemu atau bisa berbentuk page di Facebook, twitter, blog, dan website. Selain ini fanbase juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan seperti gathering, project (disaat idola ulang tahun atau konser) mereka bersama dengan satu tujuan, satu kesukaan bertukar informasi mengenai idola K-pop. Dari
fenomena
demam
K-pop
tersebut
menjadikan
alasan
pengambilan tema tersebut, peneliti melihat adanya antusiasme sejak masuknya musik asal Korea selatan tersebut. Dan hubungan kedua Negara Indonesia dan Korea Selatan di tahun 2013 sudah mencapai 40 tahun lamanya. Hubungan kenegaraan Indonesia dengan Korea Selatan telah berjalan selama lebih dari empat dasawarsa yang ditandai dengan penandatanganan pembukaan hubungan diplomatik tingkat konsuler pada 1966. Melalui sosialkebudayaan Korea Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave semakin digemari masyarakat Indonesia. K-pop bukan hanya menyedot teriakan pengemar di Indonesia, namun juga menginspirasi boyband dan girlband Indonesia berkonsep serupa. Misalnya Sm*sh, 7 icon, Cherry Belle, dan masih banyak lagi. Bahkan ada boyband yang salah satu personilnya merupakan orang Korea Selatan, yaitu Hitz. Yang kini sedang naik daun.
13
Ini salah satu bukti Korean Wave begitu mendominasi Indonesia saat ini terlihat dengan media massa didominasi oleh Budaya Korea Selatan seperti televisi dahulu hanya ada telenovela, sinetron Indonesia, drama seri Taiwan. Semenjak Korean Wave pasar merubah segalanya munculnya acara musik korea dibeberapa channel seperti B-channel dengan acara Pop Corn nya, dan Ochannel yang menayangkan MV (Music Video) dan mengulas informasi mengenai idola korea. Radio pun serupa munculnya lagu-lagu korea yang diputar dan direquest dibeberapa stasiun radio. Website kian mudah diakses, jika kita mengetik satu nama idola korea seperti “Super Junior” akan muncul ribuan website dan blog, yang berisikan mengenai informasi foto, video, akses download musik idola tersebut. Majalah dan tabloid baru bermunculan dipasar seperti Asian Plus, My Idol, Korean Drama dan masih banyak lagi. Bahkan majalah dan tabloid yang dulunya tidak mengulas artis korea sekarang justru berbondong-bondong banjir informasi mengenai idola tersebut. Munculnya ratusan Online shop K-pop yang sibuk menjual accessories dan perlengkapan group idola seperti jaket, tas, kaos, light stick, stiker, CD album, DVD konser. Apalagi disaat konser idola akan berlangsung mereka akan muncul dan hadir di tempat konser untuk berjualan. Hal tersebut adalah buktibukti mengenai budaya Indonesia yang telah dimasuki oleh Korean Wave yang begitu menarik minat masyarakat Indonesia.
14
1.2 Fokus Penelitian Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Internalisasi nilai-nilai keindahan musik Korea selatan (Korean Pop) melihat dari suksesnya K-pop masuk di musik Indonesia menciptakan tren yang ditiru banyak orang terutama para remaja. menjadi beberapa fokus penelitian dalam penelitian, nilai keindahan pada musik pop Korea seperti : 1. Nilai murni Yaitu berupa suara, tempo, irama, dinamika, nada/irama, lagu, dan harmonisasian. 2. Nilai kepercayaan Yaitu berupa suatu hal yang dapat menarik minat seseorang/suatu golongan. 3. Nilai ekpresi Yaitu berupa nilai keindahan yang bersumber pada perasaan (emosional) manusia. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan Fenomena yang peneliti lihat dalam wujud keterbukaan suatu budaya dan bukti Internalisasi budaya Korea Selatan, Musik (K-pop) di Indonesia. Berikut rumusan masalah : Bagaimana Penerimaan Internalisasi Nilai-Nilai Keindahan Musik Korea Selatan (K-pop) Dalam Pandangan Remaja?
15
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menjelaskan Bagaimana Penerimaan Internalisasi Nilai-Nilai Keindahan Musik Korea Selatan (K-pop) Dalam Pandangan Remaja. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan
Melakukan
penelitian
ini
maka
diharapkan
dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan, wawasan dan bahan referensi mahasiswa. Serta dapat mengetahui nilai-nilai
keindahan
musik
Korea
Selatan
(K-pop)
sebagai
Komunikasi Antarbudaya yang saling berbeda. 2. Praktis Sebagai bahan masukan terutama bagi para mahasiswa Public Relations. Dan dapat menyelesaikan masalah yang ada, menjalin persahabatan dan meningkatkan kredibilitas dan kreatifitas terutama para mahasiswa yang menyukai budaya Korea Selatan.