BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia. Jakarta, bersama-sama dengan Bekasi, Bogor, Depok, dan Tanggerang (Jabodetabek), tercatat sebagai salah satu metropolitan terbesar berdasarkan populasi penduduknya, berada di peringkat ke-10 di dunia dengan populasi penduduk + 16.400.000 jiwa. Dengan luas 704,28 km2, populasi penduduk Jakarta mencapai 8.792.000 jiwa. Dengan demikian, kepadatan penduduk Jakarta berkisar 16.667
jiwa
/km 2. Jika
dibandingkan dengan kepadatan penduduk dunia yang hanya sekitar 43
jiwa
/km 2, dan
kota-kota besar lain di dunia seperti New Orleans dengan kepadatan penduduk 973 jiwa
/km 2, New York dengan 155,18
jiwa
/ km 2, Tokyo dengan 5.796
dengan 6.369,2 jiwa /km 2, serta Bangkok dengan 4.051 6.352
jiwa
jiwa
jiwa
/km 2, Singapore
/km 2 dan Hong Kong dengan
/km 2, maka terlihat jelas bahwa Jakarta sudah terlampau padat penduduk.
(http://en.wikipedia.org/wiki/; perkiraan jumlah penduduk tahun 2004-2007; 1 Maret 2008; 19:02)
Jakarta sudah sangat kekurangan lahan untuk dapat menampung dan memenuhi kebutuhan penduduknya, baik kebutuhan untuk melakukan kegiatan maupun kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini terbukti dengan kemacetan yang selalu terjadi yang disertai dengan terlampau padatnya perumahan penduduk.
1
Oleh karena itu, arah pembangunan yang sekarang dicanangkan adalah pembangunan ke arah vertikal, terbukti dari banyaknya bangunan tinggi di Jakarta baik untuk kantor, perpustakaan, sekolah, maupun tempat tinggal. Harga tanah yang terlampau tinggi dan terbatas membuat masyarakat menjadi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan hunian yang ideal. Hunian di Jakarta pada umumnya saling berdempetan, sebagai akibat dari populasi penduduk yang terlampau padat. Dibutuhkan suatu pemecahan akan kekurangan lahan ini, terutama untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal karena tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Sudah seharusnya tempat tinggal yang dimiliki hendaknya dapat memenuhi kebutuhan penghuninya sebagai tempat untuk berlindung secara layak dan ideal karena, mengutip dari IAC (International Architecture Competition): Apartment, Dormitory, and Guest House, “Housing is essential; it is a basic human need and cultural component in our daily lives. Because people need shelter, they also need shelter, which is adapted to geography, climate and place of work. Such shelter should provide certain standards of construction, space, hygiene and comfort in which the business of home-making can go forward effectively. Hence, housing is not only a commodity; it has complex social, cultural, and environmental consequences. The meaning of housing has been developed from a simple shelter to ‘a system of housing settings’.” (Jeong, 2007, p13) Salah satu pemecahan tersebut adalah dengan membangun housing bertipe rumah susun dimana pembangunannya mengarah secara vertikal, bukan horizontal seperti rumah tinggal biasa yang banyak terdapat pada saat ini.
2
Sudah merupakan hal yang lazim bahwa setiap orang mempunyai keinginan dan kepentingan yang berbeda-beda serta dapat terus berubah dan berkembang. Semakin tinggi taraf hidup mereka, semakin beragam pula keinginan dan kebutuhan hidup mereka. Terutama bagi masyarakat urban identik dengan kesibukan dan bekerja serta keterbatasannya waktu, sehingga mereka membutuhkan suatu hunian yang fleksibel dan efisien, yang dapat mengikuti perkembangan kebutuhan mereka. Hal ini juga terkait masalah kebudayaan kita yang terbiasa tinggal di rumah tinggal dimana pengaturan tata letak dan susunan ruang sesuai keinginan dan kebutuhan kita. Berdasarkan hasil survey, + 71,25 % dari mereka yang masih menghuni rumah tinggal mengatakan bahwa salah satu alasan mereka tidak tinggal di apartemen adalah karena desain apartemen yang sudah baku dan sulit untuk dirubah. M ereka merasa dibatasi kebebasannya untuk mengatur atau mengubah letak, kebutuhan, serta besaran ruang sesuai dengan kebutuhan mereka masingmasing ditambah dengan kenyataan bahwa kebutuhan mereka dapat berubah-rubah, seperti dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga atau seiring dengan pertumbuhan anak. Selain itu, harga apartemen juga relatif lebih mahal dikarenakan material finishing yang sudah dipasang dalam setiap unit, sehingga penghuni tidak dapat menurunkan budget dari pemilihan material interior. Dengan demikian, dibutuhkan suatu rancangan yang dapat memecahkan masalah keterbatasan lahan serta kefleksibelan ruang unit apartemen. Suatu desain dimana dapat mengefisiensikan penggunaan tapak secara optimal, tetapi tetap memperhatikan kebutuhan dan keinginan para penghuninya, sehingga ruang-ruang unit fleksibel dan dapat dimodifikasi semudah mungkin sesuai dengan keinginan
3
dan kebutuhan penghuninya. Hal ini dilengkapi dengan kebebasan bagi penghuni untuk memilih material interior hunian mereka sendiri agar dapat sesuai dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu, pada tapak dirasa cocok untuk dibangun apartemen bertipe loft dimana 83,75 % dari penduduk sekitar penghuni rumah tinggal yang mampu merasa tertarik untuk tinggal di apartemen bertipe loft karena faktor kefleksibelan ruang unit untuk diatur sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka masing-masing serta harga sewa unit menjadi relatif lebih murah karena unit yang disediakan masih berupa concrete floor sehingga biaya pembangunanpun juga turun. Dengan demikian, apartemen tipe loft ini menjadi terjangkau bagi keadaan ekonomi masyarakat sekitar. Yang menjadi sasaran utama penghuni adalah masyarakat urban yang identik dengan kesibukan dan bekerja, tetapi tetap mengikuti perkembangan jaman. M asyarakat urban sasaran penghuni disini dikelompokkan menjadi pria dan wanita single termasuk mahasiswa, pasangan muda, serta pasangan dengan anak. M asalah lingkungan juga kerap kali menjadi perhatian belakangan ini. Pembangunan yang berkelanjutan menjadi populer sebagai wujud dari perhatian masyarakat terhadap lingkungan yang kian rusak oleh perbuatan manusia itu sendiri. M asalah global warming sering muncul karena dampak dari global warming itu sendiri yang semakin parah dan mulai dirasakan dampaknya oleh manusia. Sustainable architecture merupakan salah satu bentuk kepedulian manusia terhadap masalah lingkungan yang timbul karena global warming tersebut, karena dalam sustainable architecture diterapkan usaha-usaha untuk mengurangi dampak negatif yang timbul ke lingkungan untuk mengurangi efek global warming.
4
Pembangunan apartemen bertipe loft merupakan salah satu contoh pengurangan efek global warming. Hal ini dikarenakan originality unit loft yang berupa ruang kosong terbuka, sehingga penghuni dapat dengan mudah mengatur ruangan unitnya tanpa harus melakukan pengrusakan terlebih dahulu terhadap desain ruangan sebelumnya yang menjadi pemborosan material dan pencemaran lingkungan. Terkait dengan sustainable architecture, masalah penyediaan air bersih juga menjadi perhatian utama belakangan ini dalam mendesain suatu bangunan berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan akan air bersih yang akan berdampak di masa depan. Jumlah manusia yang terus bertambah sehingga harus diimbangi dengan penyediaan air bersih yang meningkat pula karena kebutuhan akan air bersih yang ikut bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah kemampuan untuk mendaur ulang sendiri secara natural relatif lebih lama daripada waktu yang diperlukan manusia untuk menggunakan air bersih untuk kebutuhan hidupnya. Hal ini menyebabkan persediaan air tanah terus menipis yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah dan kemudian menyebabkan banjir yang sekarang ini sudah menjadi agenda tahunan di Jakarta, seperti banjir yang terjadi pada tahun 2001, 2006, dan 2007. Warga sekitar lokasi tapak juga terkena dampak dengan kaharusan menggali kembali sumur mereka untuk mendapatkan air bersih. Oleh karena itu, kita harus mencari jalan keluar untuk masalah kebutuhan air ini. Salah satu caranya adalah dengan efisien dalam menggunakan air bersih dalam kehidupan kita mulai sekarang, dimulai dari hunian karena 30 – 40 % air digunakan di rumah.
5
Oleh karena itu ”Loft Apartment” saya ambil sebagai judul tugas akhir pada Pendidikan Arsitektur di Universitas Bina Nusantara dengan topik dan tema ”Sustainable Architecture with Water Efficiency”.
I.2.
Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari perancangan Loft Apartemen ini adalah: -
M enciptakan sebuah hunian yang memiliki fleksibilitas ruang yang terkandung di dalam setiap unitnya. Dan tujuan dari perancangan Loft Apartment ini adalah:
-
I.3.
Efisiensi dalam pemanfaatan ruang di dalam unit yang fleksibel tersebut.
Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan dalam perencanaan proyek Loft Apartement ini meliputi: 1. Penyusunan kebutuhan program ruang yang sesuai dengan fungsi masingmasing sehingga aktifitas di dalamnya dapat terlaksana dengan optimal. 2. Penentuan kebutuhan dimensi ruang sehingga dapat tercapai ruang unit yang fleksibel serta efisien dalam penggunaannya. 3. Hubungan pengguna bangunan dengan fungsi bangunan serta terhadap lingkungan sekitarnya. 4. Pengolahan lahan, orientasi massa bangunan dan gubahan massa bangunan.
6
5. Penerapan topik dan tema sustainable design with water efficiency terhadap desain bangunan untuk menciptakan sebuah tempat tinggal yang ’bersahabat’ dengan lingkungan. 6. Pengolahan dan penggunaan air dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 7. Pencahayaan, temperatur (sirkulasi) udara, akustik yang sesuai dengan fungsi bangunan sebagai hunian. I.4.
Sistematika Pembahasan Penulisan Karya Tugas Akhir ini dibagi menjadi beberapa bab, antara lain adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Berisi tentang gambaran umum mengenai latar belakang pemilihan judul, topik dan tema, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari Tugas Akhir ini. Bab II: Tinjauan dan Landasan Teori Berisi tentang tinjauan umum dan tinjauan khusus serta kelengkapan data dan relevansi pustaka pendukung. Tinjauan umum mengenai definisi, fungsi, dan jenis dari sebuah apartemen. Tinjauan khusus mengenai topik dan tema, serta latar belakang pemilihan tapak, kondisi tapak dan lingkungannya. Kelengkapan data dan relevansi pustaka pendukung berisi tentang landasan teori serta hasil studi banding. Bab III: Permasalahan M engidentifikasi permasalahan arsitektural yang timbul dalam proses perancangan dari segi fisik dan non fisik dari tiga aspek yaitu manusia, bangunan, dan lingkungan yang digali dan dikaji dari hasil tinjauan referensi dan landasan teori.
7
Bab IV: Analisa Berisi mengenai ketajaman dan relevansi pendekatan perancangan arsitektural sesuai dengan topik Sustainable Design with Water Efficiency yang diuraikan dan diterapkan serta dipadukan dengan pendekatan khusus topik di dalam pendekatan perencanaan dari beberapa aspek terkait, yaitu: -
Analisa terhadap kondisi dan potensi lingkungan yang berkaitan dengan pengolahan lokasi, tapak dan lingkungan sekitar, orientasi, karakter, sirkulasi, dan tata ruang luar, serta kaitan lingkungan terhadap penerapan sustainable architecture with water efficiency.
-
Analisa terhadap aspek manusia yang berhubungan dengan pelaku kegiatan dan sistem ruang luar dengan urutan hubungan kegiatan, kebutuhan ruang, dan program ruang, ditinjau dari jenis kegiatan dan perilaku manusia, serta usahausaha manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam usaha pengefisienan air.
-
Analisa terhadap sistem bangunan yang meliputi jenis massa bangunan, bentuk bangunan, struktur bangunan, dan utilitas bangunan yang kemudian dikaitkan dengan pemilihan material dan sistem utilitas yang efisien terhadap air.
Bab V: Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang tahapan perancangan yaitu dasar perencanaan dan perancangan, konsep perencanaan dan perancangan, penekanan khusus, dan tuntutan rancangan. Konsep perencanaan dan perancangan berisi tentang lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, serta utilitas bangunan.
8
I.5
Kerangka Berpikir
Latar Belakang Menyediakan sebuah unit hunian yang fleksibel dan efisien dalam pemanfaatan ruang, serta efisien terhadap penggunaan air terkait dengan sustainable architecture.
Maksud dan Tujuan Menciptakan sebuah apartemen dengan unit hunian yang fleksibel sehingga ruang dapat dimanfaatkan dengan efisien.
F E E D B A C K
Permasalahan - Manusia Fleksibilitas unit.untuk penghuni. - Lingkungan Sustainable dan water efficiency. - Bangunan Material dan peralatan hemat air serta sistem efisien air bersih.
Analisa Menganalisa permasalahan yang timbul dan menerapkannya ke dalam perancangan.
Tinjauan Khusus - Penjelasan sustainable design dan water efficiency. - Studi literatur dan survei lapangan. Tinjauan Umum Definisi, tipe apartemen, karakteristik dan persyaratan dari loft apartemen.
Landasan Te ori
Konse p Pe rancangan Sesuai dengan maksud dan tujuan serta hasil kesimpulan dari analisa.
Skematik Desain
Perancangan
9