BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen operasi merupakan area bisnis yang berfokus pada proses produksi barang dan jasa, serta memastikan operasi bisnis berlangsung secara efektif dan efesien. Seorang manajer operasi bertanggung jawab mengelola proses pengubahan input (dalam bentuk material, tenaga kerja, dan energi) menjadi output (dalam bentuk barang dan jasa). Yang kemudian hasil output tersebut akan disimpan yang disebut dengan persediaan. Heizer dan Render (2005) mengungkapkan dalam salah satu keputusan operasinya, persediaan merupakan faktor penting dalam menjalankan suatu perusahaan. Manajer operasional menyadari bahwa manajemen persediaan merupakan faktor penting dalam menjalankan sebuah perusahaan, terutama adalah perusahaan dengan skala yang besar. Melalui manajemen persediaan perusahaan dapat mengetahui seberapa optimal perusahaan dalam mengatur persediaannya. Inilah kenapa pentingnya perusahaan dalam mengatur persediaannya. Bagi perusahaan perdagangan, barang-barang tersebut berupa persediaan barang dagangan, sedangkan bagi perusahaan yang berproduksi (industri) berupah persediaan barang mentah, persediaan bahan pembantu, persediaan barang yang sedang diproses dan persediaan barang jadi (Munandar, 1991). Sudah menjadi hal umum
1
bahwa persediaan menjadi aset yang paling sulit untuk dikelola pada sebuah perusahaan ritel. Masalah pengelolaan persediaan merupakan masalah antara optimasi antara kelebihan stok dan kekurangan stok, kelebihan pada persediaan menyebabkan resiko-resiko yang akan timbul seperti biaya, kerusakan, pembusukan, dan lain-lain (Georgios et al, 2000). Ritel didefinisikan sebagai segala kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pibadi maupun bisnis. Industri ritel di Indonesia saat ini semakin berkembang dengan semakin banyaknya pembangunan geraigerai baru di berbagai tempat. Kegairahan para pengusaha ritel untuk berlomba-lomba menanamkan investasi dalam pembangunan gerai-gerai baru tidaklah sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan ekonomi ratarata di atas 3% sejak tahun 2000 dan makin terkendalinya laju inflasi, bisa menjadi alasan mereka bahwa ekonomi Indonesia bisa menguat kembali di masa mendatang (Soliha, 2008).
Menurut
Asosiasi
Pengusaha
Ritel Indonesia
(APRINDO),
bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran
tahun
perekonomian
1980
an seiring
Indonesia.
Hal
dengan ini
mulai
dikembangkannya
timbul sebagai
akibat
dari
pertumbuhan yang terjadi pada masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan
timbulnya
permintaan terhadap
supermarket
dan
departement store (convenience store) di wilayah perkotaan. Trend inilah yang kemudian diperkirakan akan berlanjut di masa-masa yang akan
datang. Menurut data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
2
(APRINDO) pada tahun 2010 tercatat terdapat 48 perusahaan Ritel yang beroperasi di Indonesia.
Hal
lain
yang mendorong
perkembangan
bisnis
ritel
di
Indonesia adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas, terutama di kawasan perkotaan yang cenderung lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat perkotaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
berbelanja saja namun juga sekedar
jalan-jalan dan mencari hiburan. Berkembangnya usaha di industri ritel ini juga diikuti dengan persaingan yang semakin ketat antara sejumlah peritel baik lokal
maupun
peritel
asing
yang
marak
bermunculan di Indonesia.
Pengelolaan pesediaan perusahaan ritel sangatlah penting karena apabila
perusahaan
mengalami
kekurangan
pasokan
dapat
mengakibatkan permintaan dari konsumen tidak terpenuhi. Tentunya perusahaan tidak ingin mendapatkan penilaian negatif dari konsumen mengenai buruknya pelayanan akan persediaan. Agar pengelolaan persediaan lebih efisien perusahaan dapat menggunakan ratio laba kotor. Agar
perputaran
persediaan
tidak
mengalami
penurunan
maka
pengelolaan laba kotor penting agar ketersediaan persediaan dapat terjaga.
Pembiayaan dalam bidang investasi dalam peningkatan mutu pelayanan seperti teknologi informasi dan sistem manajemen logistik dapat menunjang perusahaan dalam mengelola persediaannya. Hal
3
tersebut dapat mengurangi waktu tunggu perusahaan apabila penerapan informasi dapat diterapakan dalam perusahaan ritel (Eppen et al, 1981). Keuntungan
dalam
implementasi
informasi
manajemen
dalam
pengelolaan manajemen persediaan untuk alokasi barang ke konsumen (Cachon dan Fisher, 2000). Untuk mengetahui seberapa besar alokasi perusahaan dalam peningkatan investasinya untuk operasionalnya perusahaan dapat menggunakan intensitas modal.
Peramalan merupakan salah satu komponen penting dalam pengambilan keputusan untuk persediaan kedepannya. Menurut Fildes and Beard (1992), pengelolaan persediaan sepenuhnya didorong oleh peramalan, terutama perusahaan yang terkonsentrasi pada permintaan. Akurasi akan peramalan ini akan digunakan manajemen persediaan dalam pemenuhan jumlah persediaan yang akan memenuhi permintaan konsumen, sehingga kedepannya tidak ada kendala yang dihadapi pada rantai pasokan (Yelland, 2006). Untuk itulah bagaimana pentingnya perusahaan dalam mengetahui nilai peramalannya agar tepat dalam menetapkan angka persediaannya, oleh karena itu perhitungan angka peramalan penjualan perlu diperhitungkan.
Dalam mengatur persediaannya seorang manajer persediaan dalam hal ini operasional harus mengetahui bagaimana penjualan dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang dapat berdampak positif atau negatif dalam pengelolaan persediaan dapat mempengaruhi keputudan manajerial perusahaan, seperti penjualan, permodalan, dan peramalan kedepannya. Penjualan pada peerusahaan ritel menjadi tolak ukur pada
4
level mana jumlah persedaiaan dianggape sebagai tingkatan yang aman. Sehingga perusahaan dapat mengetahui laba kotor yang tercatat agar bisa menjadi pertimbangan kedepannya. Sama halnya dalam faktor penunjang lain seperti intensitas modal untuk menaikkan keefektifitasan perusahaan
dalam
mengatur
persediaannya
seperti
peningkatan
teknologi. Faktor yang paling utama adalah peramalan penjualan agar manajer persediaan dapat memberi keputusan pada angka persediaan berapakah perusahaan optimal dalam mengelola persediaannya.
Semakin merebahnya perusahaan ritel di Indonesia menjadikan berbagai macam spekulasi strategi perusahaan dalam mengatur kegiatan ekonominya. Salah satu yang menjadi sorotan adalah bagaimana perusahaan ritel tersebut dapat mengatur persediaannya sehingga tidak menimbulkan masalah dikedepannya. Perputaran persediaan merupakan hal yang perlu dikaji agar manajer persediaan dapat mengatur mengatur persediaan perusahaannya sehingga tidak mengganggu rantai produksi baik dari hulu maupun hilir nantinya.
Melihat perkembangan perusahaan ritel di Indonesia yang terus berkembang dengan berbagai aspek yang telah diketahui, penelitian ini mengambil judul PENGARUH LABA KOTOR, INTENSITAS MODAL, DAN PERAMALAN TERHADAP PERPUTARAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN RITEL DI INDONESIA.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dapat dibuat sebagai berikut:
5
1. Bagaimana
deskripsi
Perputaran
persediaan,
Laba
kotor,
Intensitas modal, dan Sales Suprise pada perusahaan ritel di Indonesia? 2. Bagaimana
pengaruh
Laba
kotor
terhadap
Perputaran
persediaan? 3. Bagaimana pengaruh Intensitas modal terhadap Perputaran persediaan? 4. Bagaimana pengaruh Peramalan penjualan terhadap Perputaran persediaan?
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris : 1. Menyajikan
deskripsi
Perputaran
persediaan,
Laba
kotor,
Intensitas modal, dan Peramalan Penjualan pada perusahaan ritel di Indonesia.. 2. Menemukan bukti empiris pengaruh
Laba
kotor
terhadap
Perputaran persediaan. 3. Menemukan bukti empiris pengaruh Intensitas modal terhadap Perputaran persediaan. 4. Menemukan
bukti
empiris
pengaruh
terhadap Perputaran persediaan. D. Manfaat Penelitian
6
Peramalan
penjualan
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap literatur bagaimanakah pengelolaan persediaan pada perusahaan ritel di Indonesia. 2. Bagi
praktisi,
memberikan
penelitian pandangan
ini
memberikan
mengenai
kontribusi
pengaruh
yang
dalam terjadi
terhadap Perputaran persediaan. Adanya Laba kotor, Intensitas modal, dan Peramalan penjualan dapat memberikan pengaruh terhadap Perputaran persediaan.
7