10/12/2010
INPUT DAN PROSES
Pendahuluan SMK3 adalah suatu sistem, maka harus terdiri atas input, proses, output, serta umpan baliknya, sehingga semua perbaikan dapat p p dimonitor apakah p ada kemajuan j atau tidak. Untuk itu perlu dipertanyakan : • Apakah output yang dikehendaki manajer pada berbagai level. • Data input apa yang diperlukan untuk pelaporan tadi. • Mengingat proses atau model yang digunakan, bagaimanakah data base manajemen sistemnya, agar dapat diproses dengan cepat dan dibuat output yang cepat pula.
1
10/12/2010
Model Prosesor Investigasi Kecelakaan dan Bahaya
Laporan Pesan Model Umpan balik
Keputusan Tindakan
Input
Prosesor
Output
Subsistem beserta Hubungan Diantaranya • Subsistem adalah bagian tersendiri dari suatu sistem tetapi bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. • Subsistem utama dalam SMK3 adalah subsistem input, prosesor, dan subsistem output
Mengingat bahwa angka kecelakaan itu banyak dan banyak pula repetisi pula repetisi perhitungan yang diperlukan yang diperlukan komputerisasi data sangat membantu Untuk mendapatkan efisiensi pencegahan, maka perlu diketahui kecelakaan jenis apa yang perlu diperbaiki terdahulu menghitung skor resiko Skor resiko terbesar untuk tugas tertentu itulah yang ditangani terdahulu.
2
10/12/2010
Subsistem Output Output diarahkan : • Untuk tujuan motivasi : Total biaya kecelakaan, manajemen melakukan Control Cost: kecelakaan tertentu mengakibatkan pengeluaran sejumlah biaya dan pencegahannya akan saving sejumlah biaya : keuntungan
• Untuk keterlibatan manajer dalam mengeliminasi penyebab tidak langsung : – Laporan penyebab kecelakaan – Laporan Risk Score
Subsistem Input • Ke dalam subsistem ini perlu dimasukkan data: ‐ dicatat tanggal, dimana tanggal dimana terjadi kecelakaan, kecelakaan mengenai bagian badan apa, dan jenis jejas seperti apa, biaya total, hari kerja yang hilang, keadaan dan tindakan tidak aman, dan ‐ penyebab dasar dari kecelakaan tersebut. • Bila kecelakaan belum terjadi perlu dilengkapi d t data: ‐ tanggal, alat yang perlu diganti, tempat bahaya, perubahan yang dilakukan.
3
10/12/2010
Skema: Subsistem input IInvestigasi ti i kecelakaan
Pencatatan P t t dan d pelaporan
A i /d t basis Arsip/data b i
dan bahaya
Management g
Subsistem Prosesor • Subsistem komponen ini menerima data dari input membuat perhitungan dan melaporkan input, membuat sesuai dengan yang dikehendaki output. • Laporan dilaporkan pada manajer yang berwenang memperbaiki saja • Laporan digunakan untuk pertimbangan mengambil bil keputusan. k t • Keputusan dan tindak lanjutnya akhirnya masuk sebagai input kembali
4
10/12/2010
Skema: Subsistem Prosesor Prosesor
Input
Laporan
Mgt
Manajer
Keputusan
Ti d k Tindakan
Perubahan P b h mendasar
R Rencana tindak lanjut
Subsistem prosesor menghitung berbagai hal yang dilakukan secara rutin : • Menghitung dan melaporkan biaya total kecelakaan. • Menghitung skor resiko, dan rankingnya. • Menyajikan berbagai alternatif untuk tindak lanjut (J, CF, DC).
sub ‐ 1 sub ‐ 2 sub ‐ 3
sub - 4
sub ‐ 1
INPUT
sub ‐ 2 sub ‐ 6 sub ‐ 7
sub ‐ 5
OUTPUT
5
10/12/2010
BASIS DATA KECELAKAAN SEBAGAI INPUT SISTEM • Basis data sangat dibutuhkan untuk menjadi dasar bagi tindakan pencegahan di masa datang. datang. kecelakaan dan mengapa terjadi dapat direncanakan tindakan preventif untuk situasi yang sama. • Setelah terjadi, diadakan investigasi data dikompilasi dalam sebuah laporan proses analisis (Konsep pendekatan reaktif)
• Basis data juga dibutuhkan untuk : ‐ Memenuhi peraturan perundang‐undangan, misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tebaga Kerja, dan sebagainya, ‐ Melindungi hak hukum pekerja. Jika tidak ada catatan/arsip tentang luka atau sakit akibat kecelakaan kerja, pekerja tidak dapat mengajukan permohonan kompensasi, ‐ Mengukur performansi. Banyak perusahaan yang mengukur performansi K3‐nya berdasarkan jumlah jam kerja tanpa kecelakaan, dan biasanya untuk itu disediakan penghargaan tanpa arsip yang benar, cara ini tentu tidak dapat diterapkan. Data statistik dapat dipakai manajer untuk mengembangkan indikator kuantitatif dari performansi K3 dan pengambilan keputusan. ‐ Mengenali bahaya. Dengan mengumpulkan data kecelakaan dan mempelajarinya, data tersebut tindakan korektif yang spesifik mempelajarinya, data tersebut yang spesifik dapat ditentukan. ‐ Menentukan tarif dasar asuransi. Catatan kecelakaan biasa digunakan untuk menetapkan nilai kerugian dari luka (injury) atau kerusakan, yang dibayar oleh asuransi.
6
10/12/2010
Basis Data Kecelakaan Hal‐hal yang termasuk didalamnya, yaitu : • Occupational Injury and Illness • Tidak Tid k semua injury i j d illness dan ill di dimasukkan kk ke k dalam d l b i d basis data, melainkan l i k hanya yang dapat dicatat, yaitu : – semua peristiwa kematian karena kecelakaan – semua illness dan injury dalam lingkungan kerja termasuk kehilangan kesadaran – keterbatasan kerja atau gerak – pemindahan bagian kerja – pengobatan medis (selain pertolongan pertama untuk lecet, terbakar, tersayat, dan lain‐lain sekalipun hal tersebut dikerjakan oleh tenaga medis professional). f i l)
• Hari hilang (lost workday) • Laju insiden (incident rate) • Tingkat keparahan (severity measure)
Basis data lain: • Basis data pelatihan, • Kejadian paparan, • Masalah peralatan K3, dan sebagainya. Data yang dimaksud ke dalam basis data adalah yang berasal dari: ‐ inspeksi bahaya dan ‐ investigasi kecelakaan, antara lain data sebab kecelakaan, biaya kecelakaan, dan alternatif tindakan perbaikan. Bahaya yang terdapat di perusahaan hasil dari inspeksi rutin yang dilakukan, laporannya dimasukkan ke dalam basis data. Data‐data yang baik akan sangat menunjang pelaksanaan SMK3 perusahaan, karena mempunyai banyak keuntungan
7
10/12/2010
• Data yang diperlukan sebagai input adalah data yang diperlukan oleh prosesor, dan juga disimpan dalam basis data sesuai dengan model prosesor yang dipakai. • Data input ini berisikan prosedur pengumpulan data, penyimpanan, cara retrieving/pengeluaran, dan cara handling data. • Di dalam input ini ada data yang diperlukan untuk prosesor, ada yang diperlukan untuk presentasi output, dan ada data yang menerima input baru, misalnya perubahan akibat tindakan perbaikan. Data yang diperlukan oleh model keputusan untuk perbaikan bisa dibagi ke dalam dua bagian, yakni: • Data retrospektif, apabila kecelakaan telah terjadi, dan • Data prospektif, data bahaya Data prospektif data bahaya (hazards), jadi, kecelakaan (hazards) jadi kecelakaan belum terjadi. Data retrospeksi adalah data sebab kecelakaan, biaya total kecelakaan, dan alternatif untuk perbaikan. Data prospektif adalah data tentang bahaya yang terdapat di industri berasal dari inspeksi rutin yang dilakukan
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA KECELAKAAN Model Penentuan Resiko K‐3 untuk dapat menentukan jenis atau bentuk kecelakaan yang harus diatasi. Ada dua buah, yakni model dari Smith (1982) dan Fine (1980).
8
10/12/2010
Model Smith • Smith mengembangkan model atas dasar model yang digunakan dalam program ruang angkasa. • Model memerlukan tiga variable dalam penentuan prioritasnya, yakni : – Keparahan p suatu jjejas j – Kemungkinan bahwa kecelakaan bakal terjadi, dan – Cost‐effectiveness dari tindakan koreksi
• Untuk mendapatkan nilai bagi ketiga variabel tadi dilakukan rating secara subjektif dan kualitatif: ‐ H (high = tinggi), ‐ M (medium), dan ‐ L (low =rendah). L (low =rendah) ‐ Dibuat ranking untuk menilai prioritas bahaya yang harus dikoreksi. ‐ Bahaya yang mendapat ranking tertinggi adalah yang mempunyai nilai H untuk ketiga variable ‐ Bagaimana ranking itu dilakukan tidak jelas.
Kelemahan Model Smith • Hubungan antara variable yang satu dengan yang lain, tidak dijelaskan aplikasi model ini menjadi sulit: probabilitas dengan keparahan sangat tergantung satu pada yang lain. Semakin parah suatu jejas, semakin jarang terjadi variable biaya mungkin dapat berdiri sendiri. • Model ini mementingkan keparahan dibanding f k frekuensi i terjadinya t j di k l k kecelakan: Misalnya bahaya dengan ranking, H, M, dan L lebih tinggi rankingnya dibanding M, H dan L
9
10/12/2010
Model Fine • Model Fine berbeda dari model Smith sejak konsep dasarnya. • Prioritas koreksi dalam model ditentukan oleh resiko relatif yang disebabkan adanya bahaya. • Semakin besar resiko, semakin tinggi prioritas, tetapi biaya untuk koreksi tidak diperhitungkan. • Biaya akan menjadi penting pada saat ditentukan tindakan alternatif koreksi yang akan diambil. • Model Fine terdiri atas dua tahapan, yakni : – Penentuan skor resiko beserta rankingnya, dan – Penentuan tindakan alternatif terbaik untuk koreksi.
• Penentuan skor resiko RS = C x E x P Keterangan : RS = skor resiko C = Konsekuensi yang mungkin terjadi akibat bahaya, atau keparahan ~ injury severity rate E = frekuensi paparan terhadap penyebab ~ injury frequency rate E = frekuensi injury frequency rate P = Kemungkinan bahwa urutan lengkap kecelakaan akan terjadi, = dapat dihitung dengan jumlah kecelakaan yang menimbulkan jejas dan mengenai anggota badan yang sama dibagi dengan jumlah seluruh kecelakaan yang terjadi dalam periode yang sama
• Justifikasi tindakan alternatif terbaik J = RS / CF x DC Keterangan : J = justifikasi untuk koreksi RS = skor resiko CF =factor biaya DC = degree of correction atau sejauh mana koreksi itu dapat mengatasi bahaya
10
10/12/2010
• Model ini berbeda dari model Smith dalam menilai frekuensi dan keparahan jenis kecelakaan Model Fine mengenggapnya sama penting, Ada pula usaha mencari alternatif terbaik bagi tindakan koreksi, dan bersifat kuantitatif. • P Perhitungan hit skor k resiko ik di industri i d t i juga j dil k k dilakukan tetapi untuk setiap unit, dan bukan untuk setiap jenis kecelakaan
Nilai rating untuk C (derajat keparahan, consequences) a. b. c.
Bencana alam: banyak kecelakaan fatal (cacat tetap 100 atau meninggal), kerusakan yang luas (lebih dari $1.000.000) Beberapa kecelakaan fatal, kerusakan $500.000- 50 $1.000.000 Kecelakaan fatal, kerusakaan $100.000-$500.000 25
d.
Injury sangat serius (amputasi, cacat permanen) kerusakan $1000-$100.000
15
e.
Luka yang menyebabkan cacat, kerusakan sampai $1000 Luka minor, memar, benjolan, kerusakan minor
5
f.
1
11
10/12/2010
Nilai rating untuk E (exposure) a.
Terus menerus (sering dalam sehari)
10
b.
Sering (sekitar sekali sehari)
6
c.
Sekali-sekali (1x seminggu – 1x sebulan)
3
d.
Biasa (1x sebulan – 1x setahun)
2
e.
Jarang (pernah terjadi)
1
f.f
Sangat jarang (belum pernah terjadi, terjadi tapi ada kemungkinan terjadi
05 0,5
Nilai rating untuk P (probability) a.
Paling memungkinkan terjadi bila ada peristiwa bahaya Agak memungkinkan (50-50) (50 50) Tidak biasa/kebetulan
10
d.
Kejadian kebetulan yang kecil peluangnya (pernah terjadi)
1
e.
Sangat kecil kemungkinannya, tapi mungkin terjadi (tidak pernah terjadi setelah sekian tahun paparan) Secara praktek tidak mungkin terjadi (tidak pernah terjadi meskipun berahn-tahun paparan)
0,5
bb. c.
f.
6 3
0,1
12
10/12/2010
Nilai rating untuk CF (cost factor) a. b b. c. d. e. f. gg.
> $50.000 $ 25.000-$50.000 25 000-$50 000 $10.000-$25.000 $1.000 - $10.000 $100 - $1.000 $25 - $100 < $25
10 6 4 3 2 1 0,5
Nilai rating untuk DC (degree of correction) a.
Bahaya dihilangkan 100%
6
6
b.
Bahaya dikurangi sekitar 75%
4
c.
Bahaya dikurangi 50%-75%
3
d.
Bahaya dikurang 25%-50%
2
e.
Hanya berpengaruh kecil pada bahaya (< 25%)
1
13
10/12/2010
Contoh: (Kecelakaan telah terjadi) Diketahui : J l h total pekerja Jumlah l k j – 1400 orang 1400 Jam kerja – 56 jam/minggu
Dari data‐data di atas dapat diketahui : •Injury Frequensy Rate •Injury Severity Rate •Probability •Risk Score
No.
Jenis Kecelakaan
Penyebab Kecelakaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Terkena teropong Terkena teropong Terkena gram besi Terjepit rool Terkena teropong Terkena teropong Terkena teropong Terkena teropong Terkena teropong Terkena teropong T k Terkena griper i Terjepit beam Terkena teropong Terjepit bean Terkena teropong Terkena cutter Terkena teropong Terjepit lade Terkena teropong Terkena teropong Terbentur roda Terjepit mesin sungle Terkena teropong Terjepit beam Terkena teropong Terkena teropong Terkena teropong Terpercik abu Terpecik api Terkena mesin Terkena teropong Terkena sattle Terkena teropong Terjepit mesin jaguar Terkena teropong Terbentur pintu Terkena teropong
Loncatan teropong Loncatan teropong Percikan gram bubutan Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong K Kecerobohan b h kerja k j Kecerobohan kerja Loncatan teropong Kecerobohan kerja Loncatan teropong Kecerobohan kerja Loncatan teropong Sedang service Loncatan teropong Loncatan teropong Terpeleset saat mendorong Kecerobohan kerja Loncatan teropong Kerebohan kerja Loncatan teropong Loncatan teropong Loncatan teropong Kecerobohan kerja Hubungan arus pendek Kecerobohan kerja Loncatan teropong Sattle terbanting Loncatan teropong Keceroboahn kerja Loncatan teropong Terpeleset saat mendorong Loncatan teropong
Jumlah Hari Hilang 2 2 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 3 7 3 1 2 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2
• Injury Frequency Rate Injury Frequency Rate, E Number of disabling injury X 1.000.000 Total number of man hour worked = (37 X 1.000.000) / (1400 X 365 X 8) = 9 • Injury Severity Rate Injury Severity Rate, C Number of days lost X 1.000 Total number of man hour worked = (108 X 1.000) / (1400 X 365 X 8) = 0.03 • Probability Probability, P Number of disabling injury Days = 37/365 = 0.1 • Risk Score Risk Score, RS = C x E x P = 9 x 0,03 x 0,1 = 2,7%
14
10/12/2010
CONTOH 2: (Kecelakaan belum terjadi) •
PADA SEBUAH LABORATORIUM PROSES EKSPLOSIF, TERDAPAT BEBERAPA OVEN YANG DIGUNAKAN UNTUK TESTING MATERIA EKSPLOSIF. OVEN‐OVEN INI MENIMBULKAN PANAS YANG DAPAT SAJA BERLEBIH BILA ‘ALAT KONTROL’NYA RUSAK, YANG KEMUDIAN DAPAT MENYEBABKAN MATERI EKSPLOSIF MELEDAK. BANYAK ORANG YANG LEWAT DI LUAR LABORATORIUM TERSEBUT. POTENSI BAHAYA YANG ADA PADA KEADAAN INI ADALAH: BAHAYA EKSPLOSIF TERHADAP ORANG YANG LEWAT DI DEPAN/LUAR LABORATORIUM
Situasi dipelajari untuk menentukan RS: • • • • • • •
terdapat beberapa oven yang dipakai, yang mengandung materi eksplosif manusia lewat di luar laboratorium thermostat rusak suhu naik kondisi bahaya thermostat rusak kontrol pemutus aliran emergency tidak berfungsi oven memanas materi eksplosif meledak manusia yang lewat terluka akibat pecahan & bangunan
Risk Score = Consequences X Exposure X Probability = 25 X 1 X 1 = 25 fatality ; most likely exposure: pernah terjadi probability: semua oven sudah dilengkapi pengaman,pemutus aliran emergency juga ada ketidakberfungsian salah satu peralatan diatas quite unlikely kedua fungsi pengaman gagal pada salah satu oven very remote possibility
15
10/12/2010
CONTOH 3: (Kecelakaan belum terjadi) BEBERAPA SILINDER OXYGEN BERTEKANAN BERDIRI TANPA PENYANGGA DI DEPAN SEBUAH TOKO PADA JALAN YANG CUKUP RAMAI. CAPS (PENUTUP TABUNG/SILINDER) DIPASANG DENGAN BAIK. ADA 2 KEMUNGKINAN YANG DAPAT TERJADI: 1 TABUNG BISA TERGULING DAN MENYEBABKAN CEDERA KAKI 1. TABUNG BISA TERGULING DAN MENYEBABKAN CEDERA KAKI 2. TABUNG BISA TERGULING, RUSAK, DAN GAS DAPAT KELUAR DAN MEYEBABKAN KERUSAKAN LEBIH SERIUS Bila ada seseorang yang lewat dan menabrak sebuah tabung, treguling tabungnya dan mengenai kaki orang tersebut Risk Score = C X E X P = 5 X 10 X 4 = 200 consequences: akibatnya disabling injury exposure: orang menabrak tabung ketika berjalan terjadi sering kali dalam sehari probability: kemungkinan terjadi: tabung terguling, jatuh mengenai kaki orang, menyebabkan patah tulang Quite possible
Kemungkinan lain: kejadiannya dimulai dengan tabung jatuh tetapi tabung rusak dan katup membuka, mengeluarkan gas tekanan tinggi, karena banyak orang lewat cedera serius Risk Score = C X E X P = 15 X 10 X 1 = 150 consequences exposure probability: menilai semua tahap terjadi remote possibility
16
10/12/2010
Hasil perhitungan di atas dapat digunakan oleh perusahaan untuk : • Mengetahui apakah pencegahan kecelakaan masih harus disempurnakan • Menentukan (sebagai ukuran) pengalaman kecelakaan dari suatu perusahaan • Menentukan apakah pengalaman tadi lebih baik/menjadi buruk tiap bulan/tahunnya / • Membedakan pengalaman dari suatu unit operasi dengan yang lain • Menjadi dasar untuk mengadakan perbandingan antara satu dengan unit lain dalam hal pencegahan kecelakaan. Setelah mendapat nilai Risk Score, maka dapat dipilih pula alternatif metode perbaikan sehingga risiko terjadinya kecelakan bertambah kecil dengan menggunakan persamaan Fine kedua kecil, dengan Fine kedua untuk ‘Justifikasi Justifikasi untuk Koreksi’. Nilai JC yang diterima untuk dilaksankan sangat tergantung dari nilai risko yang dapat diterima oleh suatu industri. Nilai rating untuk komponen DC (degree of correction) dan CF (cost factor),
17