1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu
Negara. Keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya. Pendidikan yang diselenggarakan dengan baik dan bermutu akan menghasilkan anak didik yang berkualitas dan tangguh bagi pembangunan nasional. Menurut Rahman (2008:453) Masalah kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah krusial di bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh Negara–negara berkembang termasuk Indonesia. Selain masalah–masalah kuantitas,
masalah efektivitas,
masalah efisiensi, dan masalah relevansi
merupakan masalah yang dihadapi bidang pendidikan di Indonesia. Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah, proses belajar mengajar akan menunjukkan hasil yang baik apabila unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Namun diketahui, bahwa salah satu permasalahannya pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah mengenai rendahnya kualitas pendidikan pada jenjang dan satuan pendidik. Dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan tercipta kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Guru mempunyai
peranan
penting
dalam
melakukan
usaha-usaha
untuk
menumbuhkan dan memberi motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik sehingga hasil belajar siswa menjadi baik. Berbicara cara belajar merupakan suatu proses atau hasil kerja anak didik untuk meraih suatu tujuan hasil yang baik. Dalam belajar suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya suatu aktivitas belajar. Untuk mengetahui bahwa seseorang telah mengalami perubahan dan memiliki pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap maka dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapainya. Prestasi belajar dapat dikatakan berkualitas tinggi jika prestasinya menunjukan pencapaian yang tinggi baik ditinjau dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMK Swasta Prayatna Medan dapat diketahui bahwa masih banyak prestasi belajar siswa yang rendah. Hal ini diketahui dari hasil ulangan mata pelajaran korespondensi sebanyak 61% yang belum mencapai KKM ( Ketuntasan Kriteria Minimum) Sedangkan sisanya 31% Sudah Mencapai KKM tersebut. Dan KKM di SMK Swasta Prayatna Medan Sebesar 75. Dan masih kurang banyak bagi siswa yang mendapatkan nilai diatas minimum tersebut. Karena masih banyak siswa yang kurang aktif atau kreatif dalam belajar maka mereka mendapatkan nilai dibawah minimum tersebut. Dan rendahnya prestasi belajar tersebut karena cara belajar dan kreativitas siswa yang tidak maksimal. Seharusnya pada kenyataannya siswa harus banyak berpikir atau menghasilkan daya kreasi mereka dalam pelajaran korespondesi tersebut, sesab banyak pelajaran yang membahas tentang adanya bentuk surat kata-kata maupun
cara penulisan, tetapi kreativitas dalam belajar mereka terkesan lambat. Namun kenyataannya cara belajar mereka terlihat berkurang karena daya kreasi siswa yang sedikit. Seharusnya seperti yang dikatakan diatas bahwa seseorang dalam belajar korespondensi harus lah memiliki daya kreasi yang cukup agar sistem pembelajaran tidak membosankan. Dalam hal ini banyak siswa gagal atau tidak mendapatkan hasil yang baik dalam pelajarannya karena tidak mengetahui caracara belajar yang efektif. Sedangkan Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik kalau subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Dan belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan ransangan–ransangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Melalui usaha pendidikan di harapkan kualitas generasi muda yang cerdas dan kreatif. Selain kecerdasan, krativitas juga diperlukan siswa dalam mencapai prestasi belajar. Namun kenyataannya kreativitas siswa sekarang ini berkembang lambat dan frekuensi belajar siswa yang kurang. Dan akibatnya siswa kurang memiliki tingkah laku yang kritis bahkan cara berfikir untuk mengeluarkan ide–ide yang sifatnya inovatif pun terkesan lambat. Dulu orang biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi. Namun, sekarang makin disadari
bahwa yang menentukan keberhasilan bukan hanya intelegensi melainkan juga kreativitas untuk berprestasi.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan imaginasi dalam berpikir konstruktif. Seseorang dikatakan mempunyai daya kreasi yang tinggi bila mana ia menemukan serta menggabungkan gagasan atau ide–ide atau pemikiran baru dan dalam kombinasi yang baru. Ia tidak terpengaruh oleh pemikiran maupun cara orang lain. Namun dengan daya kreasinya ia mampu mengembangkan Alternative lain yang lebih berani. Dengan
demikian
cara
belajar
siswa
dan
kreativitas
cukup
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dan tujuan pembelajaran Korespondensi itu sendiri adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa mengetahui berbagai cara adanya surat - menyurat. Dalam pembelajaran tersebut seharusnya siswa aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk berkreativitas. Tetapi anak didik mempunyai cara belajar tersendiri dan pola pikir yang berbeda, ada yang mempunyai tingkat belajar yang tinggi dan ada yang rendah, sehingga kemapuan untuk dapat belajar juga berbeda. Berdasarkan dari latar belakang diatas tersebut maka peneliti mengangkat permasalahan tersebut kedalam suatu penelitian yang berjudul : “ Hubungan Cara Belajar Siswa Dan Kreativitas Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK Praytna Medan T.P. 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Cara Belajar Siswa dalam Pelajaran Korespondensi ? 2. Bagaimana Prestasi Belajar Siswa di SMK Swasta Prayatna Medan ?
3. Adakah Hubungan Cara Belajar Siswa dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Swasta Prayatna Medan ? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak terjadi kesalah pahaman. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan Cara Belajar Siswa Dan Kreativitas Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Korespondensi Kelas X SMK Praytna Medan T.P. 2014/2015”.
1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada Hubungan Cara Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015 2. Apakah ada Hubungan Kreativitas Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015 3. Apakah ada Hubungan Cara Belajar dan Kreativitas Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015
1.5 Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan yang dilakukan. Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan cara belajar dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015 2. Untuk mengetahui hubungan kreativitas dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015 3. Untuk mengetahui hubungan cara belajar dan kreativitas dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Prayatna Medan T.P. 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai penambah pengetahuan dan menambah wawasan bagi peneliti tentang hubungan antara cara belajar dengan prestasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Korespondensi 2. Sebagai penambah pengetahuan atau cara berpikir siswa dan kreativitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran Korespondensi 3. Sebagai bahan masukan dan bahan referensi bagi mahasiswa di Universitas Negeri Medan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.