BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh
United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu warisan budaya dunia sejak tanggal 2 Oktober 2009. 1 Sejak saat itu, industri batik berkembangsangat pesat.Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sampai tahun 2014, jumlah pengrajin batik di Indonesia sekitar 136.000 usaha atau 20% dari total Industri Kecil dan Menengah (IKM) tekstil nasional.2 Industri Kecil dan Menengah batik tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebesar 165.000 karyawan hingga awal 2011. 3 Batik tulis merupakan seni melukis kain dengan lelehan lilin batik menggunakan canting. Proses pembuatan batik tulis memerlukan waktu cukup lama, bahkan bisa berbulan-bulan.4 Lilin batik harus dipanaskan terlebih dahulu di atas kompor, kemudian lelehannya dituangkan ke canting.5 Proses pelelehan lilin akan menghasilkan asap yang secara tidak langsung terinhalasi oleh pengrajin batik. Bahan dasar lilin batik adalah parafin. Selain itu, parafin juga dapat dikombinasikan dengan lilin lebah, kedelai, tumbuhan, ataupun lemak sapi (produk sisa dari lemak daging). Parafin merupakan turunan dari petroleum, tetapi sekarang zat ini dapat dibuat secara sintetik. 6 Parafin mengandung timbal dan klorin yang diduga dapat mengganggu kesehatan khususnya pada sistem pernafasan.7
1
2
Salah satu hasil pemeriksaan yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Bantul mengemukakan bahwa gas yang dominan terkandung dalam asap pelelehan lilin batik adalah karbonmonoksida (CO).7 Selain CO, asap ini juga mengandung NO2, SO2, CO2, HC, H2S dan partikel.8 Polutan tersebut dapat menganggu kesehatan karena berinteraksi dengan molekul-molekul yang berperan penting dalam proses-proses biokimia dan fisiologi dalam tubuh manusia.9 Apabila polutan tersebut dihirup oleh pekerja, dapat menimbulkan kerusakan akut maupun kronik pada jaringan paru tergantung konsentrasi polutan, lama pemaparan, dan kerentanan tubuh. Bila proses ini berlangsung lama dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.8 Penelitian Anindyajati pada tahun 2007 mengungkapkan bahwa beberapa pekerja industri batik “Melati” di Tegalayu Laweyan, Solo, yang telah lama bekerja dan kontak langsung dengan asap lilin, 50% pekerja mengungkapkan adanya gangguan pernafasan. Selain itu juga terjadi gangguan pada separuh pekerja industri batik “Fatimah” di Songgalan, Solo. Gangguan tersebut seperti sesak nafas dan biasanya tubuhnya kurus seperti seorang perokok berat. 7 Konsentrasi polutan yang tinggi memberikan respon inflamasi pada sistem respirasi yang ditandai dengan menurunnya Forced Vital Capacity (FVC), forced expiratory volume in the first second (FEV1), dan laju aliran inspirasi maupun ekspirasi.9Studi belah lintangyang memeriksa efek zat-zat tersebut terhadap fungsi paru dewasa menunjukkan bahwa setiap kenaikan 10 µg/m3 SO2 dan NO2 ratarata per tahun menyebabkan penurunan FEV1 sebesar 0,7% pada orang sehat.10
3
Gas-gas polutan bersifat iritan terhadap saluran pernafasan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada saluran pernapasan sehingga memicu terjadinya penurunan kadar VO2max.8 Hasil penelitian pada pekerja batik di Surakarta menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan VO2max yang bermakna antara pekerja pabrik batik yang ada di dalam pabrik dan pekerja pabrik batik yang ada di luar pabrik batik. VO2max pekerja di dalam pabrik batik 3,9 mL/kgBB/menit lebih rendah daripada pekerja batik di luar pabrik batik.8 Dari berbagai penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa paparan gas-gas polutan memiliki efek yang buruk terhadap fungsi paru. Efek buruk tersebut dapat dialami oleh pengrajin batik tulis yang setiap hari terpapar asap pembakaran lilin batik dalam waktu yang cukup lama. Penelitian mengenai hubungan antara asap pembakaran lilin batik dengan fungsi paru pengrajin batik tulis di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti hal tersebut di Indonesia, khususnya di Semarang. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara paparan asap pembakaran lilin batik dengan fungsi paru pengrajin batik tulis? Permasalahan umum tersebut selanjutnya dirinci menjadi permasalahan khusus sebagai berikut: a. Apakah terdapat perbedaan kapasitas vital paksa paru, perbedaan volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik, dan arus puncak ekspirasi antara
4
pengrajin batik tulis yang terpapar asap pembakaran lilin batik dengan kelompok kontrol yang tidak terpapar? b. Apakah terdapat hubungan antara paparan asap pembakaran lilin batik dengan kategori fungsi paru pengrajin batik tulis? c. Apakah terdapat hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paksa paru, volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik, dan arus puncak ekspirasi pengrajin batik tulis? 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara paparan asap pembakaran lilin batik dengan fungsi paru pengrajin batik tulis. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: a. Menilai perbedaan kapasitas vital paksa paru, volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik, dan arus puncak ekspirasi antara pengrajin batik tulis yang terpapar asap pembakaran lilin batik dengan kelompok kontrol yang tidak terpapar. b. Menilai hubungan antara paparan asap pembakaran lilin batik dengan kategori fungsi paru pengrajin batik tulis. c. Menilai hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paksa paru, volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik, dan arus puncak ekspirasi pengrajin batik tulis.
5
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
dan
menambahwawasan mengenai hubungan paparan asap pembakaran lilin batik dengan fungsi paru pengrajin batik tulis. 1.4.2
Manfaat untuk Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk petugas kesehatan dalam melakukan pencegahan dan pengelolaan kasus gangguan kesehatan khususnya fungsi paru akibat paparan asap pembakaran lilin batik. 1.4.3
Manfaat untuk Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kemananan dan keselamatan kerja serta mencegah timbulnya penyakit akibat kerja 1.4.4
Manfaat untuk Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan dan data yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dari penelitian selanjutnya. 1.5
Keaslian Penelitian
Berdasarkan
hasil
penelusuran
pustaka
pada
database
Pubmed
(www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed) dan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) penelitian tentang hubungan antara asap pembakaran lilin batik dengan fungsi paru pengrajin batik tulis belum pernah dilaporkan sebelumnya, beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:
6
Tabel 1.Penelitian Terdahulu tentang Paparan Asap Pembakaran Lilin Batik No 1
Judul
Metode
Hasil
Anindyajati, EA. Pengaruh asap pelelehan lilin batik (malam) terhadap struktur histologis trakea dan alveoli pulmo, jumlah eritrosit serta kadar hemoglobin Mencit (mus musculus l.) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 2007.7
Desain: studi eksperimental Sampel: mencit (Mus musculus L.) Variabel bebas: paparan asap pelelehan lilin batik dengan durasi 0, 3, 6, dan 9 jam per hari selama 30 hari Variabel terikat: tinggi epitel trakea, diameter trakea, perbandingan diameter trakea dengan tinggi epitel trakea, diameter alveoli, jumlah eritrosit, dan kadar Hb
Hasil penelitian tersebut menunjukkan pemberian paparan asap pelelehan malam dengan variasi waktu menyebabkan terjadinya penyempitan diameter trakea, silia sel epitel trakea mereduksi, penurunan tinggi epitel, besarnya nilai perbandingan diameter trakea dengan tinggi epitel, pelebaran diameter alveoli pulmo, penebalan septum interalveolaris, dan emfisema, dan penurunan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah mencit
7
Tabel 1.Penelitian Terdahulu tentang Paparan Asap Pembakaran Lilin Batik (lanjutan) No 2
Judul Hafidzah, F. Pengaruh Paparan Polutan Udara Terhadap VO2Max pada Pekerja Batik di Lingkungan Pabrik Batik. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol. 1/No. 2/Juli/2009.8
3
Santoso. Gangguan Faal Paru pada Pekerja Batik Tradisional di Kotamadya Surakarta dan Pekalongan (Hubungannya dengan asap malam batik dan gas-gas alat pemanas) Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.1993.11
Metode Desain: studi belah lintang Sampel: 60 orang pekerja pabrik batik Variabel bebas: polutan udara lingkungan pabrik batik Variabel terikat: VO2max Desain: Epidemiologi analitik belah lintang Sampel: 222 tukang cap batik Variabel: Asap malam batik, keluhan saluran pernapasan, faal paru, masa kerja, merokok
Hasil Hasil penelitian tersebut menunjukkan nilai VO2max pekerja di dalam pabrik lebih rendah daripada pekerja yang ada di luar pabrik.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan paparan asap malam batik berhubungan dengan gangguan faal paru pekerja batik.
Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pengrajin batik tulis dengan menggunakan kelompok kontrol. Waktu serta tempat penelitian pun berbeda dengan penelitian sebelumnya. Variabel terikat yang diteliti pun merupakan kombinasi dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu kapasitas vital paksa paru, volume ekspirasi paksa paru dalam satu detik, dan arus puncak ekspirasi.