BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, kemampuan dalam berbahasa Inggris menjadi salah satu kebutuhan utama. Bahasa Inggris merupakan bahasa terpopuler dan paling banyak digunakan di dunia serta diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bahasa internasional. Bahasa Inggris memiliki peranan yang sangat penting, baik dalam berinteraksi secara langsung maupun dalam menguasai teknologi baru. Bahasa Inggris digunakan untuk berkomunikasi sebagai bahasa pengantar yang paling banyak digunakan di dunia. Menurut Dardjowidjojo (1999), tujuan utama bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai instrumental untuk menuju ke dunia teknologi baru atau pasar internasional.
Sejak dini seorang anak sudah dapat mempelajari bahasa Inggris, terutama pada masa Sekolah Dasar. Menurut Hurlock (1992), anak-anak SD berada pada masa kanak-kanak akhir yang merupakan periode kritis dalam dorongan berprestasi, yaitu suatu masa dimana meningkatnya inteligensi yang salah satunya adalah bahasa. Masa ini merupakan masa emas dalam mempelajari bahasa kedua setelah bahasa ibu. Mereka mampu memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman terhadap bahasa ibunya dalam empat keterampilan berbahasa: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sujana dan Narasintawasi (2006), yang mengatakan bahwa belajar
Universitas Sumatera Utara
bahasa Inggris pada usia anak-anak memiliki keunggulan yang baik secara biologis maupun secara psikologis. Sejak awal anak harus didorong untuk memahami tujuan bahasa tulis untuk menumbuhkan minat baca mereka. Seseorang dapat memahami makna bacaan (reading comprehension) yang ada dalam suatu teks atau tulisan dengan membaca. Menurut Papalia (2008), semakin sering seorang anak membaca maka akan semakin meningkat kapasitas memori kerja mereka, sehingga mereka akan lebih memahami makna dari apa yang dibaca. Seorang anak akan belajar membaca dengan pemahaman yang lebih baik jika tulisan tersebut dapat mengekspresikan ide serta perasaan mereka (Papalia, 2008). Seorang anak akan mudah dalam memahami bacaan jika minat baca anak dikembangkan sejak dini. Minat membaca teks bahasa Inggris harus dikembangkan sejak tingkat dasar atau Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan anak usia Sekolah Dasar juga lebih mampu mempertahankan konsentrasinya dibandingkan anak yang lebih muda. Mereka dapat fokus kepada informasi yang dibutuhkan dan diinginkan serta menyaring informasi yang tidak relevan pada waktu yang sama (Papalia, 2008). Pembaca
dikatakan
memahami
bacaan
apabila
pembaca
dapat
mengungkapkan kembali setiap makna yang ada pada teks. Menurut Mc Ginnis & Smith (dalam Tarigan, 1991), kemampuan membaca seseorang dapat dilihat dari upaya mengenali, menginterpretasi, dan mengevaluasi gagasan-gagasan atau ideide dari bahan tulisan. Pemahaman bacaan adalah kegiatan membaca yang
Universitas Sumatera Utara
berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kogntif dari bahan tertulis (dalam Tarigan, 1991). Menurut
Burgoyne,
dkk
dalam
penelitiannya
dikatakan
bahwa
perkembangan bahasa pada aspek pemahaman bacaan terjadi pada anak kelas IV SD. Pengembangan keterampilan phonic dan decoding terjadi sebelum anak memasuki kelas III SD. Pengembangan ini bertujuan agar anak dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk membaca teks dengan ketepatan dan efisien. Membaca teks dengan ketepatan dan kefasihan diperlukan agar anak dapat mengakses makna teks. Keseimbangan perhatian dalam membaca akan sepenuhnya bergeser dari decoding kata ke pemahaman bacaan pada anak kelas IV SD (dalam Burgoyne, Whiteley, dan Hutchinson, 2010). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan berkembang dengan baik pada masa anak kelas IV Sekolah Dasar. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik mengambil sampel pada kelas IV SD. Pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar diharapkan untuk dapat memberikan kemampuan memahami keterangan lisan dan tertulis serta ungkapan sederhana. Pada Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompentensi Kelulusan dikatakan bahwa kemampuan membaca merupakan salah satu syarat kelulusan, baik dalam pelajaran bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Kenyataan yang terjadi, hasil pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, khususnya dalam hal pemahaman bacaan, tidak sesuai dengan harapan. Penelitian Sujana & Narasintawati (2006) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Inggris
Universitas Sumatera Utara
masih banyak menyisakan permasalahan yang memerlukan penanganan yang lebih serius. Hasil penelitian Susanti (2002), mengatakan bahwa membaca merupakan aspek bahasa yang kurang disenangi siswa, terutama pada topik yang kurang menarik minat siswa. Hal ini terlihat pada saat siswa mengerjakan ulangan bahasa Inggris, mereka cenderung mengerjakan soal-soal yang lain terlebih dahulu daripada soal-soal mengenai pemahaman isi wacana (reading comprehension). Hasil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa minat membaca siswa terhadap teks bahasa Inggris sangat minim. Banyak hal yang menyebabkan permasalahan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, khususnya pada aspek membaca, salah satunya adalah metode mengajar yang kurang menarik. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang baru diperkenalkan di pendidikan Sekolah Dasar (SD). Mengajarkan bahasa Inggris pada anak Sekolah Dasar hampir sama seperti mengajarkan bahasa pertama pada anak bayi. Suatu metode pembelajaran yang menyenangkan dibutuhkan untuk membuat ketertarikan terhadap bahasa Inggris tersebut. Salah satu metode pembelajaran yang menarik adalah bercerita. Bercerita merupakan pengalaman unik manusia yang memungkinkan individu untuk menyampaikannya melalui kata-kata yang merupakan aspek dari diri sendiri ataupun orang lain, dan dunia nyata ataupun imajinasi (dalam Alterio dan McDrury, 2004). Bercerita dapat disampaikan melalui teknik membaca cerita (story reading) dan teknik mendongeng (storytelling). Teknik membaca cerita adalah
Universitas Sumatera Utara
sebuah teknik menyampaikan cerita oleh seorang individu dengan menggunakan media buku dan dilakukan dengan cara membacakannya (Gallets, 2005). Teknik mendongeng adalah teknik menyampaikan cerita secara lisan oleh seorang individu kepada penonton tanpa menggunakan buku bergambar (Gallets, 2005). Teknik membaca cerita adalah teknik yang biasa digunakan di sekolah dalam pembelajaran reading comprehension. Guru sangat berperan penting dalam mendorong antusiasme anak-anak untuk membaca pada teknik membaca cerita ini. Gerakan, efek suara, dan penggunaan alat peraga kurang menonjol dalam teknik ini. Teknik membaca cerita memfokuskan siswa pada tulisan-tulisan yang ada pada buku cerita dan suara dari guru sehingga tingkat pemerosesan informasi siswa hanya pada level dangkal (shallow). Matlin (2005) mengatakan bahwa seseorang akan mampu mengingat sedikit kata ketika hanya memperhatikan bentuk (physical appereance) dari kata tersebut (misalnya huruf kapital dalam kata tersebut) atau suara dari kata tersebut (misalnya rhyme atau suara dari kata tersebut). Teknik mendongeng sangat memperhatikan mutasi, efek suara, dan penggunaan alat peraga dalam proses bercerita. Pembelajaran melalui teknik mendongeng terlihat santai namun dapat memberikan kesempatan pada pendengar untuk menggunakan imajinasinya dalam menciptakan cerita. Pada proses imajinasi ini seorang anak akan mengaitkannya dengan pengalaman di masa lalu ataupun hal-hal lain yang berkaitan dengan stimulus yang berkaitan. Pada proses ini anak akan berada pada tingkat pemerosesan informasi level dalam (deep). Menurut Matlin (2005), tingkat pemerosesan informasi (deep) dalam merupakan
Universitas Sumatera Utara
tingkat pemerosesan informasi yang memfokuskan dan melibatkan informasi terhadap makna (meaning). Berdasarkan uraian ini dapat dilihat perbedaan pengaruh teknik membaca cerita dan teknik mendongeng terhadap pemahaman bacaan berdasarkan tingkat pemerosesan informasi. Etnis juga berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman bacaan. Hal ini diperkuat oleh penelitian Prive (2004) yang mengatakan bahwa etnis sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan membaca individu. Indonesia merupakan negara yang multietnis, meliputi: Jawa, Batak Toba, Tionghoa, Aceh, Sunda, Melayu, dll. Setiap etnis yang ada di Indonesia memiliki bahasa daerah yang merupakan alat komunikasi intraetnis. Menurut hipotesis Sapir-Whorf, bahasa yang berbeda dapat mempengaruhi cara individu berpikir (Sternberg, 2006). Konsep hipotesis Sapir-Whorf menjelaskan bahwa proses kognitif, seperti pikiran dan pengalaman, dapat dipengaruhi oleh kategori dan pola bahasa seseorang ketika berbicara (Sternberg, 2006). Pemahaman bacaan merupakan bagian dari aspek kognisi (Santrock, 2008). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pengaruh etnis terhadap pemahaman bacaan. Mayoritas etnis yang ada di kota Medan adalah etnis Batak Toba dan etnis Tionghoa. Hal ini didukung oleh data sensus penduduk kota Medan pada tahun 2010 yang menunjukkan persentasi penduduk etnis Batak Toba sebanyak 17.12% dan etnis Tionghoa sebanyak 9.47% (Harahap, 2013). Kedua etnis ini juga dikenal sebagai etnis yang masih memperkenalkan dan mendidik kebudayaan masingmasing terhadap anaknya. Orang tua etnis Batak Toba dan Tionghoa di kota Medan juga mendidik anaknya untuk menggunakan bahasa daerah sebagai
Universitas Sumatera Utara
komunikasi sehari-hari mereka di rumah. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik meneliti pada etnis Batak Toba dan Tionghoa. Keseluruhan uraian-uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh teknik bercerita dan latar belakang etnis terhadap pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada anak SD. Apakah kedua variabel bebas ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada anak Sekolah Dasar.
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh teknik bercerita dan latar belakang etnis yang berbeda terhadap pemahaman bacaan teks bahasa Inggris?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemampuan pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada siswa Sekolah Dasar dengan penerapan teknik bercerita (membaca cerita dan mendongeng) dan latar belakang etnis yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Manfaat Teoritis a. Mengetahui
apakah
teknik
bercerita
berpengaruh
terhadap
pemahaman bacaan teks bahasa Inggris, khususnya pada anak SD. b. Mengetahui apakah latar belakang etnis juga berpengaruh terhadap pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada anak SD 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh teknik bercerita dan latar belakang etnis terhadap pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada anak SD. b. Bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar dapat mengetahui gambaran tingkat pemahaman bacaan teks bahasa Inggris pada anak kelas IV SD sehingga dapat menjadi acuan dalam pembentukan metode belajar yang menarik.
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah yang akan dibahas, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
Universitas Sumatera Utara
Bab II : Landasan Teori Meliputi tinjauan pustaka yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan penelitian. Tinjauan pustaka ini berisikan teori-teori yang menjelaskan penelitian. Bab III : Metode Penelitian Meliputi metode-metode dasar dalam penelitian, yaitu: identifikasi variabel, definisi operasional, teknik kontrol, populasi dan teknik pengambilan sampel, alat ukur dan instrumen penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, uji coba alat ukur penelitian, dan metode analisis data. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Meliputi analisis data, hasil utama penelitian, hasil analisis tambahan, dan pembahasan data-data penelitian dari teori yang relevan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Meliputi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang diperlukan, baik untuk penyempurnaan penelitian ataupun untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara