BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu, maupun pada permukaan jaringan tubuh kita sendiri, di segala macam tempat serta lingkungan di muka bumi ini (Ratna, S.H, 1983). Ruang operasi merupakan ruangan yang berpotensi tinggi menyebabkan infeksi nosokomial di rumah sakit terutama infeksi luka operasi. Pengamatan yang telah dilakukan terhadap penderita bedah di Philadelphia menunjukan kejadian infeksi luka operasi sebesar 10,7%. Di tempat ini segala tindakan infasi bisa dilakukan terhadap tubuh. Untuk menjamin tindakan operasi berjalan dengan lancar dan meminimalisir faktor – faktor pengganggu maka perlu dilakukan pengendalian kamar operasi yang baik (Iffa,2007). Pengendalian bakteri pada prinsipnya adalah mengandung unsur melakukan eliminasi agen dan reservoir, menghambat penularan infeksi, dan melindungi host dari infeksi. Ruang operasi yang kurang keaseptisannya akan berdampak pada infeksi luka operasi pada pasien yang bias diketahui setelah paska operasi (Sampurna,2007). Dalam pertumbuhan mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pencahayaan, dan lain-lain sesuai dengan yang diatur oleh Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/2004. Sterilisasi adalah
setiap
proses
yang
membunuh
semua
bentuk
hidup
terutama
1
mikroorganisme. Sterilisasi yang sering digunakan untuk ruangan adalah dengan sinar ulrafiolet.(Rasyid,2000; Chatim, 1994; Suparno, 2003) Kuman yang ada di masyarakart dengan mikroorganisme yang ada dirumah sakit berbeda, karena mikroorganisme yang berada dirumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat dan antibiotik. Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, suntikan. Pada kegiatan Jum’at bersih yang dilakukan di ruang operasi Rumas Sakit Roemani Semarang maka diruangan tersebut tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan operasi karena tujuannya dilakukan kegiatan jumat bersih adalah untuk menyeterilkan ruangan tersebut dari bakteri-bakteri, jamur, infeksi nosokomial yang terdapat di dalam ruangan tersebut. Sedangkan kegiatan jumat bersih itu sendiri adalah kegiatan yang dilakukan setiap hari jumat untuk membersihkan atau menyeterilkan tiap tiap ruangan dari infeksi nosokomial yang sering terdapat pada rumah sakit. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
apakah dapat ditemukan bakteri udara setelah dilakukan gerakan Jum’at bersih di ruang operasi Rumah Sakit Roemani Semarang. C. Tujuan Untuk identifikasi jenis bakteri udara yang terdapat pada ruang operasi rumah sakit Roemani Semarang setelah dilakukan gerakan Jumat bersih.
2
D. Manfaat Diharapkan dari hasil penelitian ini tentang adanya bakteri non patogen yang mencemari ruang operasi sebagai bakteri yang umum pada udara.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan angin. Bakteri yang berasal dari udara biasanya akan menempel pada permukaan tanah, lantai, maupun ruangan. Bakteri yang berasal dari udara terutama yang mengakibatkan infeksi di rumah sakit misalnya Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Pneumococcus, Coliform, virus hepatitis, Clostridium sp., ( Bibiana,1992). B. Bakteri pada ruang operasi. Ruang operasi merupakan tempat untuk melakukan tindakan atau serangkaian
tindakan
medik
terhadap
organ
tubuh
manusia.
Tujuan
dilaksanakannya suatu operasi adalah membuang seluruh atau sebagaian organ yang sakit kemudian memulihkan fungsi dari organ tersebut (Lumenta, 1998). Kamar operasi merupakan ruangan tindakan atau serangkaian tindakan yang dilakukan atas tubuh organik (dengan tangan atau instrumen), dengan menolong objek atas lukanya, menyembuhkan, atau mencegah meluasnya penyakit. Salah satu upaya untuk menjaga mutu agar terhindar dari infeksi nosokomial adalah menjaga sanitasi rumah sakit sehingga menciptakan kondisi lingkungan rumah
4
sakit yang nyaman. Upaya pelayanan sanitasi lingkungan rumah sakit tersebut antara lain sterilisasi. Kamar operasi adalah salah satu ruangan yang berisiko untuk terjadi infeksi nosokomial (Ririn Arminsih W. Dewi Susana, Zakianis dan Ema Herawati). C. Pengendalian Bakteri Udara Pengendalian bakteri sangat esensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama pengendalian organisme adalah : Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Bakteri dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi bakteri, diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
bakteri pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba. 2.
Desinfeksi Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
5
Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora. 3.
Antiseptis Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh
untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba. 4.
Sterilisasi Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas. 5.
Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya.
6.
Pengendalian Mikroba dengan Radiasi.
7.
Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi.
D. Sterilisari Ruangan Sterilisasi adalah proses (kimia atau fisika) yang digunakan untuk membunuh semua bentuk kehidupan mikroorganisme, untuk menghilangkan pencemaran oleh jasad renik baik hidup maupun mati (Jensen,1998). Cara Sterilisasi dengan menggunakan metode fisika yaitu: 1.
Pemanasan Pemanasan merupakan metode sterilisasi yang paling praktis digunakan
untuk kebanyakan benda. Sterilisasi dengan cara pemanasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : Pemanasan Basah yaitu Pemanasan basah yang biasa dilakukan dengan menggunakan autoclave yang menggunakan uap panas dan tekanan 1 atm, atau dengan menggunakan pasteurisasi dengan suhu 65oC selama 30 menit.
6
Sedangkan Pemanasan Kering yaitu Pemanasan kering yang biasa dilakukan dengan cara sterilisasi denan udara panas/hot air sterilization. 2.
Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap
panas, seperti serum, toksin kuman, dan ekstrak sel. 3.
Radiasi Sinar Ultrafiolet Radiasi sinar ultraviolet dapat merusak mikroorganisme menyebabkan
kematian. Sinar ultraviolet bersifat letal karena diserap oleh asam nukleat sel. E. Infeksi Nosokomial 1.
Pengertian Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di dalam rumah sakit.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani dari kata noso yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat atau rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit. Infeksi nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmelweis. Angka infeksi nosokomial yang tercatat di beberapa negara berkisar antara 3,3%-9,2%, artinya sekian persen penderita yang dirawat tertular infeksi nosokomial dan dapat terjadi secara akut ataupun kronik. Saat ini, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan patokan mutu pelayanan rumah sakit. Walaupun ilmu pengetahuan tentang mikrobiologi meningkat tetapi banyak orang yang mati karena infeksi nosokomial, hal ini disebabkan semakin meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit yang
7
bermacam-macam, bakteri yang resisten terhadap antibiotik, dan adanya jamur dimana-mana. Infeksi nosokomial dapat terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh kuman yang didapat dari bahan di lingkungan rumah sakit, dan penderita itu sendiri yang berada di rumah sakit. 2.
Cara Penularani Infeksi Nosokomial Cara penularan biasanya diakibatkan karena kontak langsung dengan
penderita atau pasien yang ada pada rumah sakit. Sumber infeksi dapat berupa : a.
Benda yang bernyawa, misalnya manusia atau binatang.
b.
Benda tidak bernyawa, benda atau bahan yang terdapat dilingkungan kita dapat berupa debu, udara, dan benda-benda yang telah terkontaminasi.
3.
Cara Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial Cara pencegahan adanya infeksi nosokomial pada rumah sakit dengan cara
penambahan antibiotik, nutrisi yang cukup, vaksinasi, pembersihan atau sterilisasi ruangan agar terhindar dari infeksi nosokmial.
8