BAB I PENDAHULUAN
B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya ini dilakukan dengan berbagai proses yang paling sederhana sampai proses-proses yang menggunakan teknologi canggih.Sebagai konsekuensinya terjadi penggalian (eksplorasi), pemanfaatan (manipulasi) dan penggunaan (eksploitasi) terhadap unsur lingkungan, biologis, kimiawi, fisik dan sosial1). Dalam rangka membangun perekonomian, maka pengembangan industi sedang berlangsung dengan menggunakan semakin luas dan beraneka ragam teknologi modern. Proses pengembangan industri demikian dan juga pembangunan sektor ekonomi lainnya mengandung efek sampingan dengan timbulnya berbagai risiko yang membahayakan tenaga kerja. Dalam kaitan ini tenaga kerja atau penyakit – penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan2). Tenaga kerja mempunyai peranan yang penting dalam menggerakkan kegiatan ekonomi dan industri. Upaya perlindungan dari bahaya yang timbul dari lingkungan kerja merupakan kebutuhan yang mendasar sehingga tercipta ketentraman dan cara kerja yang aman.3) Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas kerja setinggi-tingginya. Maka perlu keseimbangan yang menguntungkan dari faktor - faktor beban kerja, beban tambahan akibat kerja, kapasitas kerja. Beban kerja
terdiri dari beban fisik, mental, sosial. Seorang pekerja memiliki
kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Beban tambahan akibat lingkungan kerja yaitu sebagai tambahan kepada beban kerja yang langsung akibat pekerjaan sebenarnya.
Kapasitas kerja adalah kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada lainnya dan sangat tergantung pada ketrampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh4). Industi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan barang yang diperlukan bagi kehidupanya menerapkan berbagai proses yang melibatkan perangkat kerja, bahan - bahan dan teknologi hasil samping dalam bentuk bahan atau zat buangan limbah cair, limbah padat dan gas dpaparkan keluar instalasi atau tempat industri ke alam sekitarnya. Industi yang potensial menjadi sumber pencemaran antaralain industri kimia, pabrik baja , pabrk tekstil, pabrk kertas dan lain- lain1). Pertumbuhan industri di Indonesia mencapai sekitar 12% pertahun. Dari sekitar 80 juta tenaga kerja. 10 – 12% diantaranya bekerja pada sektor industri. 36 – 38 %pada sektor ekonomi marginal termasuk industri rumah tangga atau kerajinan tangan dan 48 –51% pada sektor pertanian 2). Ada faktor-faktor dalam ruang kerja yang dapat menyebabkan
timbulnya
penyakit akibat kerja, yang dapat digolongkan menjadi golongan fisik, kimia , biologi, fisiologi dan mental psikologi. Adapun yang termasuk golongan fisik adalah suara yang memekakan atau bising , sinar ultra violet , suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dan penerangan yang kurang baik4). Kebisingan bisa bersumber dari kendaraan darat dan udara. sumber lain yang utama dalam penyebab kebisingan adalah buangan industri yang termasuk dalam kategori ini adalah bising yang ditimbulkan dari mesin-mesin di industri dan prosesproses yang ada di industri. Seperti misalnya mesin pengering, mesin pencampur dan mesin penyedot udara. Proses industri yang juga memberikan efek bising adalah pemintalan, pembangunan kapal, pemanasan dan peledakan. Demikian pula asal bising dari industri bervariasi tergantung dari desain atau pola kerja, bagian dan cara kerja, mesin yang digunakan1). Lingkungan kerja beserta semua faktor-faktornya dapat merugikan kesehatan pekerja apabila tidak dikelola dengan baik. Penyakit akibat kerja timbul karena pekerja terpapar pada lingkungan kerja yang mengandung bermacam-macam bahaya kesehatan baik yang bersifat kimia, fisik, biologis, psikososial5).
Dalam industri, peningkatan mekanisme mangakibatkan meningkatnya tingkat bising5). Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera - indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif. Mula –mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja ditempat bising. Tetapi kerja terus menerus ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih kembali4). Suara yang mendadak dan keras akan menimbulkan rasa terkejut denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur, muka menjadi pucat, otak menjadi tegang, hilang kontrol diri, dan lain-lain. Apabila seseorang memang lemah jantung dan nerveus, dapat pingsan seketika dan bahkan dapat meninggal mendadak. Gaduh juga menimbulkan ketegangan terus menerus, membebankan kerja saraf sehingga akan menimbulkan kelelahan saraf, kurang tidur, akhirnya menimbulkan gangguan jiwa6). Bunyi yang tidak diinginkan atau bising atau berisik menimbulkan rasa kesal, menekan perasaan atau mengejutkan. Reaksi tubuh terhadap itu menyebabkan perubahan kadar hormon di dalam darah, yang akan membangkitkan perubahanperubahan jasmani, seperti denyut jantung makin cepat, pembuluh darah menyempit, kejang-kejang, pupil mata membesar dan sebagainya7). Pada suatu penelitian di Jerman menunjukkan pekerja yang mengalami kebisingan dapat menyebabkan gangguan hormonal, sistim saraf dan merusak metabolisme. Para ahli Rusia menemukan pekerja-pekerja di industri mengalami perubahan saluran darah, brady cardi, fisik lesu dan mudah terangsang8). Menurut Lestari.ES
tahun 1997 dalam penelitianya yang berjudul Studi
Tentang Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Bekerja Diruang Penenunan Pada Intensitas Kebisingan diatas Nilai Ambang Batas Di Perusaahaan Tekstil PT. Sandratex Semarang, menyebutkan bahwa adanya peningkatan tekanan darah pekerja sebelum dan sesudah bekerja pada intensitas kebisingan berkisar antara 91,22-114,37dB(A)9). PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal adalah perusahan tekstil dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kebisingan. Survaiy yang dilakukan, didapatkan bahwa di ruang tenun mempunyai kebisigan yang sangat tinggi diatas Nilai Ambang
Batasyang diperkenakan yaitu 85dB(A). Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan pada bulan oktober tahun 2004 didapatkan hasil intensitas kebisingan diruang tenun sebesar 92.87 dB(A).
Berdasarkan data yang didapatkan dari balai
pengobatan perusahaan terdapat beberapa kasus hipertensi, untuk pekerja dibagian tenun dari data bulan juni sebanyak 11 orang terdiagnosa hipertensi.
C. Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang dapat disimpulkan permasalahan penelitian adalah “Apakah ada perbedaan tekanan darah pekerja berdasar intensitas kebisingan di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal?”.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah pekerja berdasar intensitas kebisingan di ruang tenun dengan dengan bagian administrasi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal. 2. Tujuan khusus a. Mengukur intensitas kebisingan di ruang penenunan di PT.Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal. b. Mengukur intensitas kebisingan bagian administrasi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal. c. Mengukur tekanan darah pekerja di bagian tenun dan administrasi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks Tegal. d. Menganalisa perbedaan tekanan darah pekerja berdasar intensitas kebisingan di bagian tenun dan di bagian administrasi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Pabriteks
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapokan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Perusahaan
Sebagai bahan masukan kepada perusahaan tentang akibat negatif dari kebisingan serta upaya pengendalian kebisingan ditempat kerja. 2. Tenaga kerja Tenaga kerja mengetahui dampak negatif dari bising, sehingga secara sadar mereka mau memakai alat pelindung telinga ketika sedang bekerja. 3. Peneliti Sebagai tambahan wawasan, pengetahuan dan pengalaman dibidang kesehatan dan keselamatan kerja
A. Bidang Ilmu Bidang kajian yang berhubungan dengan penelitian ini termasuk bidang ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Kesehatan dan keselamatan kerja.