BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Nek Sawak merupakan suatu dusun yang ada di Desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan berpenduduk asli ‘Dayak’. Istilah ‘Dayak’ tersebut digunakan untuk menyebut orang nonMuslim atau non-Melayu (King, 1993: 29), atau juga dikatakan oleh Ian Charles Stewart dan Yudit Shaw untuk menyebut lebih dari 200 suku sakat di pedalaman Kalimantan (Nihin, 1994: 233), atau sekitar 450 subsuku yang tersebar di seluruh Kalimantan (Ukur, 1992: 27). Suku Dayak merupakan kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan identitas kebudayaannya, khususnya bahasa (Nihin, 1994: 234). Namun meskipun terdapat sejumlah perbedaan di antara suku-suku tersebut, Dayak mempunyai banyak kesamaan sehingga ada kemungkinan untuk mengkaji kebudayaan Dayak sebagai satu kesatuan (Ukur, 1992: 27-28). Kesamaan yang dimiliki oleh masyarakat Dayak dan masyarakat Nek Sawak khususnya yaitu dimungkinkan terbentuk dari kondisi yang melingkupi kehidupan masyarakatnya, yang umumnya memiliki matapencaharian sebagai seorang petani. Penghasilan yang tidak menentu dari kegiatan bertani ladang dan karet tersebut, membuat A. Dj. Nihin (1986: 239) menggambarkan masyarakat Dayak sebagai masyarakat yang memiliki keterbatasan sarana, prasarana, arus informasi, dana, transformasi hingga jenis barang-barang kebutuhan, yang dapat melahirkan keterpencilan, serta tingkat kehidupan yang relatif rendah dan lemah.
1
Keterbatasan-keterbatasan tersebut yang kemudian ditafsirkan oleh Hamid (1986: 3) bahwasanya akan menghasilkan ‘permodalan yang lemah’. Akibatnya, kekurangan modal ini sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha dari masyarakat, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kurangnya modal yang dimiliki masyarakat kemudian memunculkan pihak-pihak baru yang berperan sebagai penanam modal. Tentu saja pihak-pihak tersebut dapat menguras keuntungan yang tidak sedikit dari kelemahan masyarakat tersebut. Seperti halnya dengan kredit perorangan, yang pada umumnya mampu memberikan pinjaman dengan bunga tinggi; atau bank, yang mana meminta sebuah jaminan sertifikat tanah sebagai ganti dari penanaman modal tersebut. Pihak penanaman modal yang seperti itu, tentunya akan semakin memberikan beban kepada masyarakat pedesaan. Letak Dusun Nek Sawak yang berada di pedalaman Kalimantan Barat dan jauh dari pusat pemerintahan, tidak menutup kemungkinan adanya campur tangan dari kedua penanam modal tersebut. Di mana campur tangan yang dilakukan akan memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial dan/atau ekonomi masyarakat di sana. Sebaliknya, kebiasan-kebiasan dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Nek Sawak juga memungkinkan memberi pengaruh kepada para penanam modal tersebut. Pengertian menabung sebagai penyimpanan untuk masa depan dengan mempertahankan atau menambah nilai ekonomis simpanan yang masyarakat pedesaan miliki, belum menjadi kebiasaan mereka (Florus, P. 1994: 225). Hal tersebut yang kemudian akan berpengaruh dalam kelangsungan dari penanam modal.
2
Bunga pinjaman yang rendah dan adanya pendidikan yang ditujukan pada perubahan mental dan sikap masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah keuangan yang mereka hadapi (Bamba, 2001: 108) merupakan pihak penanam modal yang pastinya diimpikan oleh masyarakat pedesaan. Penanam modal yang demikian disebut oleh FY. Khosmas sebagai (2010) ‘paripurna dari ekonomi kerakyatan baru’ atau Credit Union. Dikatakan demikian karena, secara nasional Credit Union (CU) di Indonesia kini bukan lagi sekedar lembaga keuangan, tetapi sudah menjadi gerakan ekonomi karena besar dan luasnya dampak yang dihasilkannya, bahkan hampir seluruh pedalaman Kalimantan Barat, yang sangat sulit dijangkau lembaga keuangan lainnya, sudah ada pelayanan Credit Union (Carollina, 2013:2).
B. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai Credit Union; baik berupa artikel, skripsi, tesis, ataupun tulisan dalam bentuk lainnya, yang diterbitkan ataupun tidak, kini tengah menjamur. Pasalnya sistem ‘paripurna dari ekonomi kerakyatan baru’ tersebut dimungkinkan menjadi alternatif untuk lemahnya permodalan masyarakat pedesaan. Tumbuhnya koperasi tersebut memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan dana, membantu memecahkan masalah keuangan, dan paling tidak menggantikan peran kredit perorangan yang sebelumnya banyak meminjamkan uang kepada masyarakat (khususnya pedesaan) semakin berkurang (puskopdit, 2009). Credit Union bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan/simpanan anggota dalam bentuk simpanan wajib, pokok,
3
dan sukarela, secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara mudah, cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan (Anoraga dan Widiyanti, 1993). Penjelasan lain mengenai Credit Union yang juga disampaikan oleh Ayub Barombo (2012) dalam penelitiannya di Pontianak yang menyebutkan bahwa, anggota Credit Union dididik agar terjadi perubahan pola pikir dalam mengatur ekonomi rumah tangga. Anggota dididik untuk merancang masa depannya dengan hidup hemat dan tekun berusaha. Lebih dalam dari penelitian tersebut, Ayub Barombo hanya memberikan penjelasan mengenai Credit Union saja, dan tanpa memberikan kesimpulan atas apa yang telah ditelitinya. Credit Union menjadi popular di Indonesia ketika sulitnya masyarakat mengakses dana dari perbankkan, karena tujuan dari didirikannya jenis koperasi kredit tersebut yaitu untuk memberikan kesempatan kepada para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan. Dengan demikian masyarakat di Kalimantan Tengah dalam studi Carollina (2013) menyebutkan bahwa anggota dari Credit Union dapat menggunakan kredit yang diambilnya sebagai modal usaha (80%), membeli barang produksi (10%), dan membeli barang konsumsi (10%). Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Zulkarnain Lubis (2007), di mana dia membandingkan kehidupan petani anggota Credit Union dengan petani bukan anggota di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ternyata petani anggota Credit Union memiliki modal pertanian dan belanja sehari-hari yang lebih besar, dibandingkan dengan petani bukan anggota. Penghasilan anggota yang bergabung 4
dengan Credit Union cenderung lebih besar dari pada non anggota. Pendapatan yang besar tersebut sebagian disisihkan sebagai tabungan. Tetapi Lubis tidak menerangkan mengapa anggota Credit Union berpenghasilan besar. Terdapat banyak lembaga keuangan yang saling bersaing menawarkan kredit kepada masyarakat, terlebih masyarakat pedesaan. Namun masyarakat memiliki berbagai pertimbangan dalam mengambil kredit tersebut, salah satunya yaitu adanya kemudahan memperoleh pinjaman, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Monica Carollina (2013) di Kalimantan Tengah terhadap ketertarik masyarakat mengikuti Credit Union. Faktor-faktor lain dalam pertimbanagan masyarakat mengakses kredit juga di jelaskan oleh Hudi Sartono, dkk (2010: 41), yaitu: mata pencaharian dan status ekonomi, kedekatan dengan pengelola kredit, kebijakan pengelola kredit, jaringan kerja/usaha, aktivitas dalam suatu kelompok, dan informasi. Berperan atau tidaknya lembaga keuangan dalam kehidupan masyarakat bergantung kepada bagaimana masyarakat tersebut memanfaatkan kredit yang ia ambil. Karena tidak sedikit dari masyarakat mengambil kredit hanya untuk ‘gali lubang tutup lubang’, atau mengambil kredit untuk menutup kredit yang lainnya. Sehingga benar adanya jika masyarakat dalam penelitian Hudi Sartono, dkk (2010: 41) diatas menempatkan mata pencaharian, yang juga secara tidak langsung menyebutkan pendapatan di dalamnya, sebagai faktor pertama dalam pertimbangan mengambil kredit.
5
C. Rumusan Masalah Melihat sekilas dari gambaran umum diatas yang terjadi di masyarakat Dayak dan sosial-ekonomi yang ada di pedesaan Indonesia, menuntun penulis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kehidupan sosial-ekonomi dan budaya yang ada pada masyarakat Nek Sawak, dilihat dari peran masyarakat dan lingkungan serta lembaga keuangan Credit Union disana. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lapangan, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Siapa masyarakat Nek Sawak yang mengikuti Credit Union, dan siapa yang tidak mengikutinya? Mengapa mereka mengikuti Credit Union dan mengapa pula mereka ada yang tidak mengikuti?
D. Kerangka Pemikiran Credit Union merupakan koperasi kredit yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota-anggotanya yang memerlukan bantuan modal (Baswir, 1997), dengan mudah dan ongkos (bunga) yang ringan (Anoraga dan Widiyanti, 1993). Lembaga keuangan yang diadobsi dari Jerman tersebut, di Indonesia sudah menjadi gerakan ekonomi karena besar dan luasnya dampak yang dihasilkannya, bahkan hampir seluruh pedalaman Kalimantan Barat yang notabene sangat sulit dijangkau lembaga keuangan lainnya, sudah terdapat pelayanan Credit Union (Carollina, 2013: 2). Dampak yang juga dirasakan oleh masyarakat Nek Sawak, khususnya mereka yang mengikuti keanggotaan Credit Union tersebut. Selain itu adanya sifat terbuka dalam keanggotaan Credit Union, menjadikan lembaga 6
tersebut sudah banyak merambah ke daerah terpencil, dimana anggotanya juga berasal dari kelas menengah kebawah yang berprofesi sebagai buruh ataupun petani karet dan/atau petani kelapa sawit (Jatiku agustus 2014). Bagi anggota Credit Union di Nek Sawak, mengikuti keanggotaan Credit Union tersebut merupakan upaya mereka untuk berubah dari masyarakat tradisional menjadi modern. Dimana hal tersebut kemudian menjadi perhatian dalam penelitian ini. Berangkat dari pemahaman mengenai masyarakat tradisional dan modern itu sendiri melalui tulisan Nawir (2013: 77), yang menjelaskan bahwa: “Masyarakat tradisional selalu diidentikkan dengan dengan masyarakat desa, meskipun tidak semua masyarakat desa bersifat tradisional. Yang mana mereka masih kental dengan adat istiadat setempat yang dianut secara turun temurun. Dalam masyarakat tradisional individu tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Mereka berhubungan dengan alam secara langsung dan terbuka. Serta masyarakat modern disebutkan sebagai masyarakat yang lebih mengedepankan rasionalitas dan lebih terbuka akan hal-hal baru. Masyarakat modern (futurist, developmentalis) berusaha agar anggota masyarakat mempunyai pendidikan yang cukup tinggi-akademis. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat Nek Sawak tersebut didorong oleh keinginan mereka sebagai masyarakat tradisional untuk menjadi masyarakat yang maju dan berkembang seiring dengan perubahan zaman masyarakat tradisional (Narwi, 2013: 78). Dimana masyarakat Nek Sawak dengan berpendudukkan masyarakat Dayak, yang pada umumnya, hanya mampu mengandalkan perekonomian mereka dari praktik pertanian atau perladangan berpindah-pindah (Lebar, 1972; King, 1985; Conley, 1973, dsb) dan berburu (Nihin, 1994: 141).
7
Selain itu, pendapatan dari masyarakat yang bersifat bulanan atau setelah hasil panen dijual kepada tokeh atau tengkulak tersebut menyebabkan manajemen pendistribusian pendapatan rumah tangga petani kurang baik. Tidak ada upaya saving money (menabung) untuk keberlanjutan hidup petani (Astri, 2013: 9). Hal tersebut dikarenakan pengertian menabung sebagai penyimpanan untuk masa depan dengan mempertahankan atau menambah nilai ekonomis simpanan yang masyarakat pedesaan miliki, belum menjadi kebiasaan mereka (Florus, 1994: 225). Sehingga keadaan yang demikian digambarkan oleh A. Dj. Nihin sebagai kondisi kehidupan masyarakat dengan keterbatasan sarana, prasarana, arus informasi, dana, transformasi maupun jenis barang-barang kebutuhan, yang kemudian melahirkan keterpencilan, tingkat kehidupan yang relatif rendah dan lemah (Nihin, 1994: 239). Untuk melihat perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat Nek Sawak, maka digunakan teori Selo Soemardjan yang mana menjelaskan bahwa perubahan
sosial
merupakan
segala
perubahan
pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat (dalam Soekanto, 1990 : 337). Pernyataan tersebut kemudian dikuatkan dengan penjelasan Narwi yang mana menyebutkan perkembangan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern tersebut ditandai dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Narwi, 2013: 78). Sedangkan di dalam Credit Union juga terdapat pendidikan yang ditujukan pada perubahan mental dan sikap masyarakat untuk memecahkan
8
masalah-masalah keuangan yang mereka hadapi (Bamba, 2001: 108) dan pendidikan yang bertujuan untuk memiliki sifat hemat dan gemar menabung serta untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 1997).
E. Metode Penelitian Penelitian yang dimaksudkan sebagai pencarian data untuk penyusunan tulisan ini, dilakukan oleh penulis di sebuah dusun yang berada di pedesaan Kalimantan Barat, yaitu Dusun Nek Sawak. Pada tanggal 3 Juli 2014 – 25 Agustus 2014, penulis melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di dusun tersebut. Untuk memanfaatkan waktu senggang ketika KKN, penulis mencoba untuk belajar dan memahami mengenai Credit Union. Saat itu, penelitian yang penulis lakukan sekedar wawancara dengan beberapa warga saja, seperti perangkat desa, kolektor Credit Union, dan beberapa masyarakat Nek Sawak pada umumnya. Pertanyaan wawancara yang diajukan oleh penulis kepada informan pun masih sederhana dan belum mencakup tema penulisan ini. Respon yang begitu baik dan informasi yang menarik dari informan, membuat penulis bertekad untuk melanjutkan penelitian tersebut sebagai bahan penulisan skripsi ini. Pada tanggal 26 Desember 2014 – 14 Maret 2015, penulis melanjutkan penelitiannya mengenai Credit Union di tempat yang sama, yaitu Dusun Nek Sawak, namun dengan lingkup penelitian yang lebih kecil lagi yaitu RT 2. Hal tersebut dikarenakan tempat tinggal penulis selama masa penelitian yang berada
9
di RT 2 Nek Sawak, sehingga dengan demikian penulis dapat dengan mudah melakukan observasi partisipan yang dilakukan oleh penulis dengan melihat, mengamati dan ikut serta dalam aktivitas informan, dengan tujuan untuk membangun interaksi yang dimaksudkan memperoleh timbal balik dari informan, yang mana menjadi salah satu metode pengambilan data dalam penelitian tersebut. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara yang dilakukan dengan memilih informan secara sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan Credit Union serta perubahan sosial-ekonomi dari anggota sebagai dampak dari Credit Union tersebut. Dari 43 KK yang menduduki RT 2 Nek Sawak, penulis menempatkan 11 KK anggota Credit Union dan 5 KK bukan anggota Credit Union sebagai informan. Serta untuk mendapatkan data mengenai Credit Union dalam masyarakat Nek Sawak, penulis menambahkan 3 kolektor Credit Union serta 5 perangkat desa dan tokoh masyarakat sebagai informan. Dan untuk kelancaran penelitian, penulis menggunakan bantuan alat perekam, kamera serta alat tulis sebagai pencatat data. Pemilihan informan dan pengambilan sampel oleh penulis yang berdasarkan KK ini dikarenakan sebutan anggota Credit Union dalam tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mampu membayar biaya, baik biaya administrasi maupun setoran setiap bulannya. Karena pada kenyataannya terdapat remaja maupun anakanak yang juga mengikuti Credit Union, namun pembayaran biaya serta angsuran Credit Union mereka ditanggung oleh orang tua mereka. Sehingga dalam tulisan
10
ini penulis tidak dapat menjadikan remaja atau anak-anak anggota Credit Union tersebut sebagai sampel penelitian. Penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian campuran, dimana penulis melakukan analisis data dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam metode kualitatif, penulis melakukan deskripsi yang menggambarkan kondisi dan kenyataan tentang keanggotaan Credit Union di dalam masyarakat Nek Sawak, berdasarkan fakta dan data sebagaimana adanya dilapangan. Disamping itu, penulis juga melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian untuk analisis data tersebut. Selain itu, dengan berbekal data penduduk tahun 2015 yang didapat dari ketua RT 2 Nek Sawak dan kemudian dilanjutkan dengan sensus penduduk RT 2, penulis melakukan pembuatan wealth ranking dengan bantuan salah satu perangkat desa. Wealth ranking dibuat untuk mengetahui seberapa banyak aset (ladang, karet, dan sawit) yang dimiliki oleh masyarakat. Data tersebut kemudian penulis olah dan analisis dengan uji anova dan crosstabs (chi square) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa aspek sosial-ekonomi dalam masyarakat Nek Sawak tersebut dengan keanggotaan dalam Credit Union.
11