BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kesepakatan untuk menjadi bagian dari MEA atau masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya. Sangat jelas bahwa calon lulusan perguruan tinggi di Indonesia mendapat tantangan atau justru masalah baru, karena persaingan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan karena bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain seperti Thailand, Filipina dan lain lain. Pada dasarnya, MEA dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan
lapangan
pekerjaan
dan meningkatkan
kesejahteraan. Banyak pemuda di Indonesia yang belum menyadari kompetensi mereka, belum lagi penguasaan bahasa inggris yang di Indonesia sendiri terbilang rendah, tidak seperti Singapura maupun Filipina yang sebagian besar penduduk mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari sehingga dari segi kemampuan bahasa, kedua Negara ini lebih unggul dan akan menjadi suatu nilai tambah pada kemampuan kerja yang mereka miliki. Bali yang notabene merupakan daerah pariwisata tentu saja kedepannya membutuhkan tenaga kerja
1
yang mumpuni dari segi bahasa karena pada praktiknya akan berhadapan dengan orang asing, maka penguasaan bahasa setidaknya bahasa inggris mutlak diperlukan dalam menghadapi MEA. Pengangguran bisa dikatakan sebagai masalah yang cukup serius di Indonesia. Tingkat pengangguran di Indonesia per februari 2014 tercatat sebesar 5,7% atau sekitar 7.150.000 jiwa dari total keseluruhan penduduk di Indonesia. Hal ini tentu saja bisa dikurangi secara bertahap, namun tetap membutuhkan usaha dari semua pihak baik pemerintah maupun tenaga kerja itu sendiri. Tingkat pengangguran terbuka di Bali hanya sebesar 41.482 jiwa atau hanya sebesar 1,79% dari keseluruhan angkatan kerja. Berikut adalah data mengenai Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Provinsi Bali Tahun 2011-2013. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Provinsi Bali Tahun 2011-2013 (dalam %) Pendidikan yang Ditamatkan Tidak Pernah Menempuh Pendidikan Tidak Tamat Sd SD SLTP Umum/SMP SLTA Umum/SMA SLTA Kejuruan Diploma I/II/III Diploma IV/Universitas Program S2/S3 Jumlah
2011 1,75
2012 0,99
2013 0,10
0,59 0,65 2,60 2,85 4,67 4,69 4,21 3,11 2,32
0,71 1,18 1,83 2,66 3,82 3,53 2,81 0,00 2,04
0,04 1,23 1,30 2,78 3,08 3,38 2,64 0,00 1,79
Sumber: Sakernas Agustus 2011-2013. Badan Pusat Statistik
2
Untuk angka tingkat pengangguran tiap tahunnya memang fluktuatif, bisa dilihat dari perubahan angka TPT tiap tahunnya. Pengangguran dengan latar belakang tidak pernah menempuh pendidikan adalah sebesar 0,10% dari angkatan kerja yang sejumlah 150.019 atau TPT nya sebesar 150 orang. Untuk pengangguran dengan latar belakang pernah menempuh pendidikan tetapi tidak sampai tamat SD pada tahun 2013 adalah 0.04% dari 253.252 jiwa atau sebanyak 101 orang. Dan untuk TPT dengan latar belakang pendidikan SD pada tahun 2013 sebesar 1,23% dari 483.588 jiwa atau sebanyak 5948 jiwa. Untuk TPT dengan latar belakang pendidikan SMP pada tahun 2013 adalah 1,3% dari 345.180 atau sebanyak 4487 jiwa. Sedangkan TPT dengan latar belakang pendidika SMA pada tahun 2013 sebesar 2,78% dari 478.115 jiwa atau sebanyak 13.291 jiwa. Pada TPT dengan latar belakang pendidikan SMK sebesar 3,08% dari angkatan kerja sebanyak 273.651 atau sebanyak 8428 jiwa. Dan untuk jenjang perguruan tinggi jika digabungkan sebesar 6,02% dari 309.054 atau sebanyak 18.605 jiwa. Jika dicermati, ada hal menarik pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Provinsi Bali 2011-2013. Lulusan Perguruan
Tinggi
yakni
Diploma
I/II/III
dan
Diploma
IV/Universitas
menyumbang angka yang terbilang tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lain. Diploma menyumbang angka Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 3,38% sedangkan Universitas sebesar 2,64%, dan kedua tingkat pendidikan ini menyumbang angka total sebesar 6,02%. Tidak hanya dari segi persentase, dari segi jumlah juga lebih banyak dibandingkan TPT dengan latar belakang SMA sekalipun yaitu 18.605 jiwa berbanding 13.291 jiwa. Sebuah
3
angka yang mengejutkan mengingat perguruan tinggi sudah seyogyanya memberi bekal kepada mahasiswa mereka untuk bisa mandiri saat lulus nanti. Jika sudah begini, tentu saja terlihat bahwa pendidikan tinggi tidak menjadi jaminan bahwa seseorang tidak akan langsung bekerja ketika ia lulus nanti. Melihat hal tersebut, wirausaha bisa menjadi alternatif yang menjanjikan. Wirausahawan yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, dan nilai-nilai pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan (Harris dan Gibson, 2008). Banyak orang yang tidak mau berwirausaha mengeluhkan bahwa mereka kekurangan ide. Kreativitas sering muncul bahwa dalam bentuk ide untuk menghasilkan barang dan jasa baru, ide bukanlah peluang dan tidak akan muncul bila wirausahawan tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus menerus (Zimmerer, 1996). Tabel 1.2 Preferensi Pekerjaan Mahasiswa Saat Lulus Preferensi Pekerjaan Wirausaha Bukan Wirausaha Jumlah
Jumlah (orang) 6 9 15
Sumber: Survei pendahuluan
Tabel 1.2 adalah hasil survey pendahuluan yang telah peneliti lakukan sebelumnya. Survey sederhana tersebut penulis lakukan dengan cara menanyakan preferensi pekerjaan kepada mahasiswa, lebih jelasnya apakah mereka akan mendirikan usaha kelak saat lulus. Survey yang penulis lakukan menggunakan sampel 15 mahasiswa, dari 15 mahasiswa tersebut tidak sampai 50% ingin membuka usaha sendiri atau hanya 6 orang (40%). Sedangkan yang ingin bekerja
4
sebanyak 9 orang (60%). Hal ini tentu menjadi menarik karena yang penulis pakai sebagai sampel adalah mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah kewirausahaan. Penelitian oleh Gerald dan Saleh (2011) serta Amos dan Alex (2014) mendapatkan bahwa academic support berpengaruh positif dan signifiakn terhadap Niat berwirausaha, dalam hal ini pendidikan kewirausahaan atau pengetahuan yang memadai merupakan salah satu indikator dari Niat berwirausaha. Jika memang edukasi kewirausahaan bisa menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk menumbuhkan niat berwirausaha, maka sudah sepatutnya survey pendahuluan yang penulis lakukan menunjukkan hasil setidaknya 50% dari sampel preferensi pekerjaan saat mereka lulus adalah mendirikan usaha sendiri. Mahasiswa adalah sumber daya penting bagi wirausaha. Persepsi mereka mengenai wirausaha serta pendirian sebuah usaha baru akan memengaruhi pemilihan karir mereka kelak (Gurbuz dan Aykol, 2008). Menurut BPS, jumlah wirausaha meningkat per januari 2012 menjadi 3,75 juta atau 1,56 persen dari total keseluruhan penduduk di Indonesia. Namun, angka ini masih jauh dibaawah Negara di asia seperti Cina dan Jepang yang mempunyai wirausaha lebih dari 10% keseluruhan penduduk mereka. Bahkan di asia, Indonesia masih lebih kecil dibanding Malaysia (5%) atau bahkan malaysia (7%), dimana rasio ideal wirausaha adalah 1:200 atau 2% maka Indonesia belum memenuhinya (Aryanto, 2012). Wirausaha menjadi solusi dan penting pada era seperti ini. Mengapa wirausaha menjadi penting ? Secara makro, wirausaha berperan dalam ekonomi nasional sebagai penggerak, pengendali dan pemacu perekonomian suatu bangsa.
5
Para wirausahawan berfungsi menciptakan investasi baru, pembentuk modal baru, menghasilkan lapangan kerja baru, menciptakan produktivitas, meningkatkan ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan. Wirausaha berarti berani mengambil risiko, memimpin dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi dan dedikasi pengusaha, pembentukan investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak akan pernah terjadi. Menurut J.B. Say (dalam Suryana, 2013), wirausahawan adalah orang yang menggeser sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menuju pada produktivitas tertinggi. Menurutnya, para pengusahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik, namun justru melakukan hal dengan cara atau sesuatu yang berbeda. Secara mikro, wirausaha menjadi penting karena dalam
perusahaan
bertugas
menanggung
risiko
dan
ketidakpastian,
mengombinasikan sumber sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda, menciptakan nilai tambah, menciptakan usaha-usaha baru, dan pencipta peluangpeluang baru (Suryana,2013). Alma (2007:9) menyatakan terdapat 3 faktor kritis yang berperan dalam minat berwirausaha tersebut yaitu: (1) Personal yaitu menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang. David Mcceland dalam Alma (2007:13) dalam bukunya the achieving society menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha. (2) Sosiological, yaitu menyangkut masalah hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya. (3) Enviromental yaitu menyangkut
6
hubungan dengan lingkungan. Suryana (2013) menyatakan faktor yang berasal dari lingkungan di antaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu di pengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Penulis tertarik untuk melihat topik yang menjadi dasar dari bentuk usaha, bukanlah kewirausahaan melainkan niat dari kewirausahaan itu sendiri. Niat berwirausaha merupakan tendensi atau kecenderungan keinginan individu melakukan tindakan berwirausaha dengan menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko (Sarwoko, 2011). Niat berwirausaha juga diartikan sebagai refleksi tekad dari suatu individu dalam merintis usaha atau bisnis baru dan merupakan isu sentral yang menjadi konsentrasi utama dalam memahami proses kewirausahaan pendirian usaha baru (Krueger, 1993). maka dari itu penulis mendapati penelitian yang dilakukan oleh Gerald dan Saleh pada tahun 2011 yang berjudul “Impact of some contextual factors on entrepreneurial intention of university students”. Penelitian tersebut meneliti faktor kontekstual berupa academic support, structural support, formal serta informal network. Selain Niat berwirausaha, ada 3 variabel penting dalam penelitian ini yakni academic, structural
dan relational support. Yang dalam hal ini 3 variabel
tersebut bisa disebut juga dengan faktor kontekstual. Beberapa ahli menekankna pentingnya faktor kontekstual menunjukkan bahwa keputusan untuk menjadi wirausaha berdasarkan pada faktor lain selain kepribadian seseorang serta ciri psikologis. Dalam pandangan penelitian tersebut, banyak penelitian memasukkan faktor kontekstual pada penelitian yang menyangkut Niat berwirausaha (Amos dan Alex, 2014). Lingkungan universitas yang mendukung sangatlah penting
7
dalam mengembangkan niat berwirausaha di kalangan mahasiswa (Negash dan Amentie, 2013). Konteks wirausaha saat ini utamanya dibentuk oleh mekanisme ekonomi dan politik, yang diatur oleh pelaku di sektor negeri, swasta dan non pemerintahan (Turker dan Selcuk, 2008). Jika seseorang mengetahui bahwa akan ada bantuan berupa dukungan saat ia mulai bisnis, dia mungkin akan terdorong untuk memilih karir berwirausaha, maka dukungan dari keluarga serta kerabat akan memengaruhi pemilihan karir seseorang (Denanyoh et al., 2015). Faktor kontekstual penulis nilai memegang peranan penting dan patut diterapkan khususnya di bali, mengingat faktor kontekstual berasal dari eksternal suatu individu tidak seperti faktor psikologikal dan tingkah laku. Penulis melakukan penelitian ini di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana karena Universitas Udayana merupakan institusi pendidikan negeri pelopor di bali serta pemilihan Fakultas Ekonomi dan Bisnis karena merupakan fakultas yang paling potensial dalam mencetak wirausaha wirausaha muda handal. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah didapat dan didasarkan atas fenomena tingginya pengangguran yang berasal dari lulusan pengangguran tinggi serta penelitian terdahulu yang meneliti Niat berwirausaha khususnya yang berasal dari Faktorfaktor Kontekstual. Berdasarkan pemaparan masalah serta penelitian terhadahulu pada latar belakang , maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah pengaruh academic support terhadap niat berwirausaha mahasiswa?
8
2) Bagaimanakah pengaruh structural support terhadap niat berwirausaha mahasiswa ? 3) Bagaimanakah pengaruh relational support Terhadap Niat berwirausaha Mahasiswa ? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh academic support terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 2) Untuk mengetahui pengaruh structural support terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 3) Untuk mengetahui pengaruh relational support terhadap niat berwirausaha mahasiswa. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dijabarkan sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperkuat
teori
teori
intensi
kewirausahaan serta faktor faktor yang memengaruhinya, khususnya dalam penelitian ini yaitu faktor kontekstual yang berupa academic support, structural suppot dan relational support.
9
2) Kegunaan Praktis Penelitian ini nantinya diharapkan menjadi acuan bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan kurikulum agar menumbuhkan sejak dini Niat berwirausaha khususnya pada mahasiswa. Juga bagi bisnis dan perusahaan sebagai bahan pertimbangan kualifikasi calon pekerja agar bisa menyesuaikan dengan iklim serta kondisi dari lulusan perguruan tinggi yang akan melamar pekerjaan. 1.5 Sistematika Penulisan Bagian ini akan menguraikan isi dari skripsi ini yang cara penyajiannya disusun bab demi bab agar memudahkan penulisan serta pembahasan yang masing masing babnya adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Merupakan bab yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan dengan variabel-variabel penelitian yang dalam hal ini academic support, structural support dan relational support terhadap Niat berwirausaha. Selain itu, pada bab ini juga dicantumkan penelitian-penelitian terdahulu sebagai pedoman dalam perumusan hipotesis . BAB III METODE PENELITIAN Merupakan bab yang menguraikan serta menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi
10
variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Merupakan bab yang meliputi analisis dari data yang diperoleh dari responden yang diuraikan dalam pengumpulan dan tabulasi data, deskripsi hasil penelitian dari pengujian dan pengujian hipotesis serta pembahasan yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab yang berisi simpulan dan saran yang dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pembaca maupun bagi peneliti selanjutnya.
11