BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220 penderita gejala abdomen akut, proporsi apendisitis akut memiliki jumlah terbanyak yaitu 21,4%. Insidensi apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya yaitu sekitar 32% dari jumlah populasi penduduk Indonesia (Depkes RI. 2009). Pada tahun 2009 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, apendisitis menempati urutan ke 4 dengan jumlah pasien sebanyak
186
orang.
Meskipun
pada
tahun
berikutnya
apendisitis menempati urutan ke 5, jumlah pasien apendiktomi tetap meningkat yakni
sebanyak 203 orang. Tahun 2011,
pasien apendisitis mengalami peningkatan yang lebih signifikan dengan menempati urutan ke-3 dengan kasus terbanyak yakni 283 orang (Medical Record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2012). Penelitian Sutriyani (2010), di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu, diperoleh data penderita apendisitis pada tahun 2008 adalah
sebanyak 128 kasus, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 153 kasus. Penelitian Martalena (2008) di RSU Kabanjahe kabupaten Karo, jumlah penderita apendisitis sebanyak 126 orang. Penelitian Ni Ketut Kusmarjathi (2009), di RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2006, terdapat sebanyak 94 kasus apendisitis dan tahun 2007 meningkat menjadi 103 kasus. Di NTT pada tahun 2009 jumlah kunjungan penderita apendisitis rawat jalan di rumah sakit adalah 2.904. Data Dinas Kesehatan Sumba Timur menunjukkan bahwa jumlah penderita apendisitis pada tahun 2009 sebanyak 408 orang dan tahun 2010 meningkat menjadi 864 orang (Dinkes Provinsi NTT, 2011). Data Medical Record RSUD Umbu Rara Meha, jumlah penderita apendisitis pada tahun 2009 sebanyak 89 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 95 orang, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 100 orang. Salah satu penanganan yang dilakukan untuk penderita apendisitis adalah operasi pengangkatan apendiks yang disebut apendiktomi. Dalam penanganan post apendiktomi harus mendapatkan tindakan yang serba steril. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Perawatan luka post apendiktomi
merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka apendiktomi adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi termasuk apendiktomi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (Potter & Perry, 1995). Berdasarkan
studi
pendahuluan
terhadap
tindakan
perawatan luka di ruang bedah RSUD Umbu Rara Meha Waingapu
ditemukan
pelaksanaan
di
kesenjangan
lapangan,
seperti
antara :
teori
perawat
dan
kurang
memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan perawatan luka pada pasien apendiktomi. Nurkusuma (2009) menyimpulkan bahwa prosedur perawatan luka apendiktomi yang tidak memenuhi standar menjadi penyebab terjadinya infeksi pada pasien post operasi. Selain itu, dalam melakukan perawatan luka apendiktomi alat-alat yang digunakan hanya satu set perawatan luka dan digunakan untuk beberapa pasien pada hari tersebut tanpa dilakukan sterilisasi ulang. Perawat juga kurang memperhatikan teknik aseptik,
misalnya
dalam
melakukan
perawatan
luka
apendiktomi perawat hanya menggunakan sarung tangan bersih tanpa mengganti dengan sarung tangan yang steril.
Bardasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian
tentang
gambaran
pelaksanaan
perawatan luka post apendiktomi di ruang rawat inap bogenvile RSUD Umbu Rara Meha Waingapu, kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana gambaran pelaksanaan perawatan luka apendiktomi di ruang rawat inap RSUD Umbu Rara Meha Waingapu? 1.3 Tujuan penelitian Mengetahui gambaran pelaksanaan perawatan luka oleh seluruh perawat pelaksana perawatan luka pasien post apendiktomi di ruang rawat inap Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha. 1.4 Manfaat penelitian a) Bagi peneliti sendiri Dapat
memberikan
pengalaman
dalam
mempersiapkan, melaksanakan proses penelitian dan penulisan skripsi. Demikian juga dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama proses belajar.
b) Institusi pendidikan keperawatan Sebagai
bahan
dasar/evidence
base
tentang
gambaran pelaksanaan perawatan luka pada pasien post apendiktomi di ruang rawat inap Bogenvile RSUD Umbu Rara Meha, Sumba Timur. c) Rumah Sakit Umum Umbu Rara Meha Sebagai informasi tambahan bagi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha Waingapu, dalam mengaplikasikan khususnya
pelaksanaan
apendiktomi
sesuai
perawatan dengan
luka standar
operasional prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. d) Peneliti selanjutnya Sebagai bahan informasi dan data tambahan bagi mahasiswa yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan lingkup yang sama.