BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan pentingnya hidup sehat. Pengetahuan masyarakat dengan pola hidup sehat masih sangat kurang, sehingga tingkat kejadian penyakit yang terjadi dimasyarakat semakin meningkat. Penyakit yang terjadi dimasyarakat dipengaruhi dengan faktor lingkungan yang tidak sehat, seperti polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan,asap pabrik,serta asap rokok. Polusi udara sangat mempengaruhi kesehatan seseorang karena udara yang dihirup telah terpapar, dengan menghirup udara yang tidak sehat, maka akan mengganggu fungsi saluran pernapasan. Gangguan pada saluran pernapasan masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. Hal ini dapat mengganggu tingkat kualitas hidup seseorang, sehingga berdampak pada aktivitas sehari-hari. Kualitas hidup adalah kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut. Menurunnya aktivitas dapat menjadi masalah dalam kehidupan, seperti kinerja yang buruk karena sesak nafas akibat lingkungan memiliki udara yang tercemar, serta menurunnya prestasi remaja saat sekolah dengan gangguan batuk dan sulit bernafas akibat lingkungan sekolah yang tidak sehat. Gangguan saluran pernapasan yang masih sering terjadi dimasyarakat adalah asma. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah 300 juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun. (GINA,2012) Menurut data WHO diperkirakan 100-150 juta penduduk dunia adalah penderita asma dan terus bertambah sekitar 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi asma ditemukan 3%-5% pada orang dewasa dan pada remaja memiliki prevalensi berkisar antara 2,1%-32,2%. (WHO,2010)
1
2
Hasil penelitian Internasional Study on Asthma and Alergies in Childhood, menunjukan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma meningkat dari 4,2% menjadi 5,4%. Adapun remaja usia 11-18 tahun yang mengalami asma diperkirakan berkisar antara 5%-10%. Asma termasuk sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. (Rosamarlina,2010) Asma merupakan penyakit kronik yang sering diderita remaja dengan adanya riwayat asma saat anak-anak. Serangan asma pada remaja masih menjadi penyebab utama untuk tidak dapat masuk sekolah, sehingga berdampak dengan menurunnya prestasi belajar, kehidupan sosial, aktivitas sehari-hari dan tingkah laku. Masa remaja yang menyenangkan menjadi kurang dinikmati dengan baik pada remaja yang menderita asma, sebab asma dapat membatasi mereka dalam melakukan kegiatan fisik yang dapat menyebabkan sesak nafas. Bahkan sebagian dari remaja yang menderita asma, mereka harus melewati masa remaja hanya di rumah sakit untuk proses penyembuhan. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial dengan ciri bronkospasme, yang memiliki gejala sesak nafas, batuk, dan wheezing (suara saat bernapas). Gambaran klinis penderita asma meliputi gambaran objektif dan gambaran subjektif. Gambaran objektif yaitu kondisi pasien sesak nafas parah dengan kesulitan melakukan ekspirasi yang disertai wheezing (suara saat bernafas), dapat disertai batuk dengan lendir yang kental dan sulit untuk dikeluarkan. Gambaran subjektif yaitu pasien mengeluhkan sesak nafas,dada terasa berat dan mual. (Irham,2007) Gangguan batuk dan sesak nafas yang biasa terjadi pada penderita asma biasanya karena angin malam yang dingin,flu,menghirup udara yang terpapar seperti asap rokok,asap kendaraan,dan polusi udara. Penyakit asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah, sedangkan pemberian obat-obatan pada penderita asma hanya dapat untuk menghilangkan gejala asma yang terjadi, dengan begitu perlunya pengetahuan bagi penderita asma untuk dapat mengontrol saat terjadinya serangan asma. Penanganan yang tidak tepat pada penyakit asma akan mengganggu kehidupan penderita dan cenderung mengalami peningakatan sesak nafas, sehingga
3
dapat menimbulkan komplikasi atau kematian. Penanganan asma dapat diberikan dengan layanan fisioterapi. Fisioterapi akan mengajarkan penderita asma cara bernapas yang benar saat terjadinya sesak nafas,membantu mengeluarkan lendir yang ada didalam saluran pernapasan dan mengontrol pernapasan. Pada pasien asma, untuk mengetahui hasil tes fungsi paru dapat dengan menggunakan peak flow meter. Sehingga dapat diketahui adanya obstruksi jalan nafas dengan nilai rasio APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 80% nilai prediksi. Hasil dari pengukuran peak flow meter untuk mengetahui laju aliran arus puncak ekspirasi dan untuk mengukur tingkat obstruksi jalan nafas. Pada pasien asma akan mengalami penurunan fungsi otot-otot pernapasan. Hal ini disebabkan karena terjadi sesak nafas dan adanya pembatasan ekspirasi saat aktivitas. Sehingga memerlukan latihan yang dapat meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan,mengurangi gangguan pernapasan,dan menurunkan terjadinya sesak nafas. Pada setiap penderita asma memiliki masalah sendiri dalam mengatasi dan mengontrol terjadinya serangan asma, sehingga latihan pernapasan sangat berpengaruh. Dengan begitu dapat diberikan penanganan berupa pursed lip breathing, postural drainage dan senam asma. Latihan tersebut dapat memperbaiki jalan napas, maka nilai arus puncak ekspirasi (APE) akan menjadi meningkat dan nilai respiratory rate akan menurun, sehingga terjadi penurunan sesak nafas pada asma. Pursed lip breathing merupakan latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara melalui bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekspirasi lebih di perpanjang. Pursed lip breathing dapat menurunkan sesak napas, sehingga penderita dapat toleransi terhadap aktivitas dan meningkatkan kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain menggunakan pursed lip breathing,diperlukan postural drainage untuk membantu mengeluarkan lendir, sehingga saluran pernapasan bersih dan pernapasan menjadi normal serta dapat mengurangi batuk. Postural drainage merupakan penanganan dengan cara mengalirkan sekresi lendir pada posisi khusus, yaitu mengalirkan lendir dari segmen yang kecil menuju segmen besar mengunakan bantuan gravitasi sehingga lendir dapat dikeluarkan.
4
Yayasan Asma Indonesia telah merancang senam bagi penderita asma yang disebut senam asma, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan,meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam proses pernapasan. Senam asma merupakan senam yang dilakukan secara teratur sehingga dapat meningkatkan volume oksigen maksimal, memperkuat otot-otot pernapasan dan dapat mempengaruhi daya kerja jantung serta otot-otot yang terlibat dapat menjadi lebih baik lagi dalam proses pemulihan penderita asma. (YAI,2008) Senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan,sehingga dapat menurunkan sesak nafas. Gerakan-gerakan senam asma dilakukan dalam posisi tubuh berdiri, mengoptimalkan gerakan tangan dan kaki yang divariasikan dengan gerakan kepala. B. Identifikasi Masalah Pada pasien asma sering mengalami rasa sesak nafas,dada terasa berat, nyeri dada, wheezing (bunyi saat bernafas), hipersekresi lendir dan batuk serta menurunnya nilai arus puncak ekspirasi (APE) yang disebabkan oleh faktor pencetus. Masalah yang sering terjadi pada pasien asma adalah saat ekspirasi,dengan keadaan patologis seperti ini mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi (APE) dari nilai normalnya, dimana nilai normal arus puncak ekspirasi yaitu pada laki-laki adalah 500 - 700 L/menit sedangkan perempuan 380 – 500 L/menit, yang dapat diukur dengan peak flow meter. Variasi nilai APE ditentukan oleh umur, jenis kelamin, dan tinggi badan. (Jain,2005) Pada penderita asma nilai arus puncak ekspirasi (APE) sangat berpengaruh untuk mengatahui obstruksi yang terjadi pada saluran pernapasan,hal ini terjadi karena penyempitan jalan napas yang disebabkan oleh spasme bronkus sehingga dapat menimbulan rasa sesak nafas. Nilai APE pada asma jika terjadi obstruksi yaitu < 80% nilai prediksi atau nilai terbaik yang telah di peroleh, setara dengan jumlah udara yang didapat berkisar kurang dari 200 L/menit dengan menggunakan peak flow meter. (Minaldi,2011) Dengan terjadinya peningkatan nilai arus puncak ekspirasi (APE) maka akan terjadi penurunan sesak nafas. Untuk dapat mengetahui tingkat sesak nafas
5
dapat diukur dengan nilai respiratory rate. Angka normal respiratory rate yaitu 16-24 kali per menit pada usia dewasa, jika nilai lebih dari itu termasuk indikator sesak nafas. Pada remaja rasa sesak nafas sangat mengganggu aktivitasnya, sehingga mempengaruhi proses belajar saat sekolah. Remaja yang menggalami asma akan sangat tidak nyaman ketika terjadi sesak nafas pada saat serangan asma,sehingga perlunya pendekatan penanganan asma yang tepat pada remaja. Penanganan yang diberikan untuk mengurangi gejala asma seperti sesak nafas dan nyeri dada dapat dilakukan dengan pursed lip breathing, dimana latihan ini mengajarkan cara yang baik untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi saat bernapas. Diperlukan juga penanganan postural drainage untuk membantu mengeluarkan hipersekresi lendir dan mengurangi batuk, sehingga memperlancar jalan pernapasan. Untuk meningatkan kemampuan otot-otot pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru dalam proses pernapasan dapat dilakuan menggunakan senam asma. Penanganan yang diberikan tersebut untuk menurunkan rasa sesak nafas, sehingga dapat mengontrol terjadinya serangan asma dan memperbaiki fungsi dari saluran pernapasan. Dengan demikian latihan-latihan tersebut memiliki manfaat masingmasing yang bertujuan untuk membantu dalam penanganan sesak nafas pada asma. C. Perumusan Masalah 1. Apakah latihan pursed lip breathing dan postural drainage dapat menurunkan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? 2. Apakah latihan senam asma dapat menurunkan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? 3. Apakah ada perbedaan efek antara latihan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma terhadap penurunan sesak nafas penderita asma pada remaja usia 11-17 tahun? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui
perbedaan
pengaruh
pemberian
latihan
pernapasan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas.
6
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan pernapasan pursed lip breathing dan postural drainage terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas. b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan senam asma terhadap penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir peneliti dalam proses pembelajaran terhadap penelitian mengenai pemberian metode penanganan penderita asma pada remaja dengan menggunakan pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma dalam menurunkan sesak nafas. 2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan pengetahuan secara umum kepada masyarakat dalam penanganan penderita asma pada remaja dalam menurunkan sesak nafas menggunakan metode pursed lip breathing dan postural drainage dengan senam asma. 3. Bagi Institusi Pendidikan Untuk digunakan sebagai bahan dalam proses pembelajaran ataupun informasi mengenangi penanganan terhadap penderita asma pada remaja dalam pelayanan kesehatan fisioterapi menggunakan metode pursed lip brathing dan postural drainage dengan senam asma dalam menurunkan sesak nafas.