1
BAB I PENDAHU LUA N A.Latar Belakang Kanker payudara merupakan masalah kesehatan pada wanita di seluruh dunia. Di Amerika, kanker payudara merupakan kanker dengan frekuensi paling banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan kematian (Burstein et al.,2008). Di Indonesia merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker leher rahim (Haryono, 2012). Tamoxifen termasuk golongan S elective Estrogen Receptor Modulator (SERM) yang pertama kali diperkenalkan untuk terapi hormon pada penderita kanker payudara, merupakan suatu competitive partial agonist inhibitor dari estradiol pada reseptor estrogen, suatu agen non-steroid yang diberikan oral (Katzung,
2004).
Berdasarkan
National
Institutes
of
Health
Consensus
Development Conference on Adjuvant Therapy For Breast Cancer tahun 2000 merekomendasikan penggunaan Tamoxifen selama 5 tahun sebagai terapi hormonal ajuvan untuk semua wanita dengan kanker payudara hormon reseptor positif terlepas dari
umur, status menopause, ukuran tumor dan status nodal
(Burstein et al., 2008). Tamoxifen signifikan menurunkan mortalitas dan rekurensi, 8% mengurangi mortalitas selama 10 tahun, mengurangi lokal rekurensi 20%, sedangkan untuk kanker invasif 50% (Cheng dan Rugo, 2004). Pemberian Tamoxifen sebagai terapi pada pasien kanker payudara dengan reseptor estrogen positif, terkadang memiliki efek sam ping yang melibatkan sistem genitalia pada wanita pre dan post menopause dan mempunyai peningkatan
1
2
resiko adanya perkembangan kista ovarium (Sandra dan Susan, 2008). Beberapa hasil dari suatu laporan kasus yang dipublikasikan melaporkan ada nya hubungan antara pemakaian Tamoxifen jangka panjang dengan perkembangan suatu kista ovarium atau peningkatan resiko kanker ovarium (Shushan et al., 1996). Untuk mendapatkan
mengevaluasi terapi
ovarium
Tamoxifen
dapat
penderita
ka nker
digunakan
payudara
modalitas
yang
pencitraan
ultrasonografi dimana modalitas ini merupakan standard awal pemeriksaan untuk mengevaluasi organ kavum pelvis wanita, dan memberikan informasi diagnostik dan memvisualisasikan dengan baik adanya gambaran abnormalitas ovarium . Sensitivitas modalitas pencitraan Ultrasonografi untuk mendeteksi adanya massa adneksa yang asimptomatik 92% dan memiliki spesifitas 60% (M iller dan Phi, 2007), sedangkan untuk membedakan massa di regio adneksa benign atau malignant dilaporkan sensitivitasnya 88% dan spesifisitasnya antara 62% dan 96% (Levi et al., 2008 ). B.Perumusan M asalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebu t, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1) Tamoxifen yang merupakan suatu obat antagonis reseptor estrogen jaringan payudara digunakan sebagai terapi hormonal ajuvan jangka panjang pada penderita kanker payudara dapat menimbulkan efek samping pada sistem genitalia yaitu terbentuknya kista ovarium. 2) Untuk mengevaluasi penemuan ini pemeriksaan Ultrasonografi merupakan modalitas pencitraan awal yang baik, non-invasif, mudah digunakan, tidak
3
menimbulkan exposure radiasi, dan dapat menggambarkan anatomi dan kelainannya, namun belum menjadi suatu pemeriksaan yang rutin sebagai metode deteksi dini. 3) Belum
adanya penelitian yang
dipublikasikan di Indonesia mengenai
hubungan efek pemberian Tamoxifen dengan terbentuknya kista ovarium. C. Pertanyaaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, memberikan dasar pemikiran bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan pengaruh Tamoksifen pada kejadian kista ovarium penderita kanker payudara ? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan pengaruh pemakaian Tamoxifen pada kejadian kista ovarium penderita kanker payudara E. M anfaat Penelitian 1.
Bagi Pelayanan Kesehatan: Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dokter di pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang Bedah Onkologi, Ginekologi dan Radiologi. Pemeriksaan Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang mudah, murah, tidak invasif dan ketersediaannya luas sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat membantu dalam proses diagnosis efek samping terhadap organ ginekologi khususnya ovarium pada penderita kanker payudara yang mendapat terapi Tamoxifen jangka panjang.
4
2.
Bagi penderita kanker payudara: Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penderita kanker payudara dalam menentukan pilihan pengobatan. Penderita diharapkan mendapatkan pelayanan kesehatan yang profesional, meminimalkan risiko dan komplikasi dengan kontrol secara teratur.
3.
Bagi Peneliti: Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam pemeriksaan ultrasonografi bidang ginekologi, sehingga peneliti dapat memahami teknik yang benar, parameter pemeriksaan USG, informasi yang diperlukan bagi teman sejawat lain dalam bidang bedah onkologi dan gineko logi.
4.
Bagi pendidikan dan pengembangan penelitian: Penelitian ini merupakan sarana proses pendidikan dan sebagai referensi serta hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya di bidang bedah onkologi, ginekologi dan radiologi khususnya pada pemeriksaan ultrasonografi. F. Keaslian Penelitian Penelitian yang membandingkan efek Tamoxifen terhadap ovarium pada
penderita
kanker
payudara
menurut
sepengetahuan
penulisbelum
pernah
dilakukan di RSUP Dr.Sardjito Y ogyaka rta dan sejauh penelusuran kami, penelitian serupa belum pernah dilakukan di Indonesia.Penulis menemuk an laporan penelitian (Tabel 1) yang berkaitan dengan efek pemberian Tamoxifen
5
terhadap pembentukan kista ovarium. Penelitian-penelitian tersebut juga menjadi bahan referensi pada penelitian ini diantaranya terlihat pada tabel 1.
6
Tabel 1. Penelitian-penelitian terkait penggunaan Tamoxifen dengan kista ovarium pada penderita kanker payudara Peneliti (tahun) M ouritz et al., 1998
Subyek
Topik
Hasil
Cross sectional study,142 pasien karsinoma payudara
Kista ovarium pada wanita yang menerima Tamoxifen pada kanker payudara
Seoud et al.,2001
wanita dengan Ca mamae yang menerima tamoxifen
Tamoxifen dan kista ovarium suatu studi prospektif
25 dari 142 pasien terdapat kista ovarium unilateral dan bilateral,17% pasien yang terdeteksi kista ovarium pada pasien yang diterapi dengan Tamoxifen, perkembangan kista baru di ovarium 41% . Tidak terdapat kista pada pasien usia > 50 thn 25% pasien yang menerima tamoxifen terdapat kista ovarium selama periode observasi.43% premenopause terdapat kista ovarium dan 10% post menopause. Semua kista yang ditemukan adalah kista simpel dan asimptomatik, 9 pasien dengan kista ovarium mengalami resolved spontan setelah Tamoxifen dihentikan
M ofrad et al., 2010
Studi prospektif, 35 pasien karsinoma payudara dengan Tamoxifen
Evaluasi kista ovarium pada kasus kanker payudara dengan Tamoxifen.
34,3% pasien dengan Tamoxifen terdapat kista ovarium selama periode observasi. Rata-rata usia wanita yang terdapat kista ovarium 34-53 tahun dan 29-65 tahun. Kista terdeteksi 64,3% wanita premenopause dan 14,3% post menopa use. M ayoritas kista unilateral (83,4% ), 16,6% bilateral. Kista mengalami perubahan setelah terapi GNRH. 17,1% dari 35 pasien menjalani pembedahan
Schwartz et al., 1998
W ilcoxon signed rank test
Perkembangan kista ovarium pada beberapa pasien mendukung adanya peranan dari efek Tamoxifen agonist.
Cohen et al., 2003
Linear regresi 332 wanita Kista ovarium simpel post menopause dengan kanker payudara yang diterapi dengan Tamoxifen.
Penggunaan USG transvaginal untuk monitor efek dari Tamoxifen pada ukuran uterus dan pembentukan leiomyoma dan kista ovarium Kista ovarium simpel pada pasien wanita post menopause dengan kanker payudara yang menerima Tamoxifen:suatu follow up jangka panjang
Swerdlow et al.,2007
Pasien premenopause, dengan kanker payudara
M embandingkan risiko kanker ovarium yang diobati dengan Tamoxifen
Tamoxifen menstimulasi steroidogenesis ovarium pada wanita premenopause, meningkatkan ovulasi dan meningkatkan insidens kista ovarium benigna, juga dapat meningkatkan risiko kanker ova rium pada wanita premenopause yang diobati.
Evaluasi histologi dari ovarium yang diangkat adalah simpel ovarium, karsinoma ovarium well diferensiasi, metastatik adenocarcinoma. 91% diteruskan dengan pemeriksaan reguler,34% tidak terdapat perubahan pada ukuran kista. 28% tedapat kista tambahan, menghilang, meningkat ukurannya, muncul kembali atau menurun dalam ukuran dalam 12% pasien. level serum CA 125 range nya normal