BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang ditunjukkan dengan z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar World Health Organization (WHO, 2010). Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang. Project Officer Health, Delegation of the European Union to Indonesia, Brunei Darussalam and ASEAN melaporkan bahwa 30-50% balita di Indonesia tergolong dalam anak stunting atau bertubuh pendek. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 35,6% dengan kejadian yang tinggi pada balita usia 24-36 bulan (41,4%). Prevalensi stunting tersebut lebih tinggi dibandingkan angka prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (17,9%), balita kurus (13,3%) serta balita gemuk (14%). Dengan demikian, masalah stunting ini merupakan salah satu masalah penting yang perlu diatasi dengan cepat. Karena masalah ini juga merupakan salah satu target yang harus dikejar dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s). Kondisi stunting yang parah pada seseorang akan berdampak pada kondisi mental seseorang (McGregor et al., 1996). Kondisi stunting juga sangat
erat
kaitannya
dengan
kejadian
underweight,
wasting,
dan
malnutrition. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka dapat menyebabkan rentan terhadap sakit dan penyakit yang dapat mengantarkannya kepada kematian.
1
2
Data penelitian juga menunjukkan bahwa kondisi malnutrisi yang terjadi sejak kecil yang tidak mendapatkan intervensi sama sekali akan dapat menjadi manifestasi penyakit di masa depan, menjadi double burden yang ditanggung oleh sebuah negara dan dapat meningkatkan pembiayaan terkait asuhan kesehatannya (Caulfield et al., 2009). Tidak hanya itu, kondisi stunting pada masa awal kehidupan mempunyai dampak yang jelek seperti kemampuan kognitif yang jelek dan performa pendidikan yang kurang, produktifitas menurun, rentan terhadap penyakit kronis, serta anak tersebut cenderung terjadi peningkatan berat badan yang berlebihan pada masa remaja (Onis et al., 2011). Zat besi (Fe) dan seng (Zn) merupakan dua mikronutrien yang penting selama masa pertumbuhan. Zat besi sebagai transpor oksigen, pengaturan dalam metabolisme energi, fungsi otot, sebagai komponen enzim dalam tubuh serta untuk mengatasi masalah anemia merupakan fungsi esensial zat besi. Sedangkan fungsi dari seng adalah sebagai komponen enzim dalam tubuh, berperan dalam proses diferensiasi sel, dalam proses imun tubuh serta sebagai antioksidan yang penting dalam tubuh. Dengan berbagai fungsi di atas, dua mikronutrien ini menjadi penting selama masa pertumbuhan. Karena banyak penelitian menyebutkan jika tubuh mengalami defisisensi Zn maka akan mengalami kegagalan pertumbuhan (Zimmerman, 2001). Susu fermentasi merupakan salah satu makanan fungsional, karena kandungan probiotik yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu, susu sendiri juga mengandung
zat-zat
bioaktif. Terlebih lagi jika susu fermentasi ini
ditambahkan probiotik dan prebiotik kedalamnya maka hal tersebut telah memenuhi kategori dalam makanan fungsional (McIntosh, 1998). Begitu juga
3
susu merupakan pangan yang tepat untuk dilakukannya fortifikasi mineralmineral penting yang diperlukan oleh tubuh. Karena kandungan dari prebiotik dan probiotik pada susu fermentasi sangat bermanfaat, maka susu fermentasi mempunyai fungsi yang sangat beragam yaitu peningkatan zat gizi (terutama kandungan asam folat, niasin, dan riboflavin), mengkontrol penyakit pada usus seperti diare, kolitis, lactose intolerance, dll serta dapat digunakan sebagai treatment pada orang yang mempunyai alergi (Saran et al., 2002). Dengan berbagai manfaat yang dimiliki oleh susu sinbiotik ini, banyak peneliti menggunakan susu sinbiotik untuk keperluan penelitiannya. Salah satunya adalah penggunaan susu fermentasi oleh Saran et al. (2002) untuk mengatasi masalah stunting dan gagal tumbuh yang ada di komunitas miskin India. Dalam penelitian ini ingin diketahui manfaat dari susu fermentasi sinbiotik dengan Lactobacillus plantarum Dad 13 dan Frukto-oligosakarida (FOS) yang difortifikasi dengan Fe dan Zn terhadap pertumbuhan tikus. Dimana fortifikasi banyak digunakan di berbagai negara untuk mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro yang ada di negara tersebut serta fortifikasi merupakan cara yang efektif digunakan daripada suplementasi zat gizi mikro tertentu. Untuk mengetahui efek dari pemberian susu fermentasi ini, digunakan tikus sebagai hewan percobaan. Tikus juga termasuk hewan mamalia, sehingga dampak terhadap suatu perlakuan tidak terlalu berbeda dibanding dengan jenis mamalia lainnya (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). Tikus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tikus putih. Keunggulan tikus putih
4
dibandingkan dengan tikus liar antara lain lebih cepat dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih cepat berkembang biak. Kelebihan lainnya sebagai hewan laboratorium adalah sangat mudah untuk ditangani, dapat ditinggal sendirian dalam kandang asalkan masih dapat mendengar
suara
tikus
lain
dan
berukuran
cukup
besar
sehingga
memudahkan pengamatan (Smith & Mangkoewidjojo, 1988). Berangkat dari sini diharapkan nantinya efek pemberian susu fermentasi ini dapat menggambarkan outcome yang sesuai dengan latar belakang dan tujuan dari penelitian ini. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian susu fermentasi sinbiotik
(Lactobacillus
plantarum
Dad-13-Fruktooligosakarida)
yang
difortifikasi Fe dan Zn terhadap panjang ekor, panjang tulang humerus (lengan atas) dan femur (paha) tikus. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui
pengaruh
pemberian
susu
fermentasi
sinbiotik
(Lactobacillus plantarum Dad 13-Fruktooligosakarida) dengan fortifikasi ganda Fe dan Zn terhadap pertumbuhan tikus.
5
2. Tujuan khusus a. Mengetahui panjang ekor tikus awal dan akhir setelah penelitian pada kelompok kontrol (susu fermentasi), susu fermentasi + NaFeEDTA-Zn asetat dan susu fermentasi Fe Glukonat-Zn asetat b. Mengetahui perubahan panjang ekor selama penelitian pada kelompok kontrol (susu fermentasi), susu fermentasi + NaFeEDTA-Zn asetat dan susu fermentasi Fe Glukonat-Zn asetat c. Mengetahui panjang humerus tikus setelah penelitian pada kelompok kontrol (susu fermentasi), susu fermentasi + NaFeEDTA-Zn asetat dan susu fermentasi Fe Glukonat-Zn asetat d. Mengetahui panjang femur tikus setelah penelitian pada kelompok kontrol (susu fermentasi), susu fermentasi + NaFeEDTA-Zn asetat dan susu fermentasi Fe Glukonat-Zn asetat D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat susu
fermentasi
sinbiotik
(Lactobacillus
plantarum
Dad
13-
Fruktooligosakarida) dengan fortifikasi ganda Fe dan Zn terhadap pertumbuhan. 2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memberikan penanganan anak stunting yang angka kejadian di Indonesia tergolong tinggi.
6
E. Keaslian Penelitian 1. Saran et al. (2002) dengan judul Use of Fermented Foods to Combat Stunting and Failure to Thrive. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui efektifitas penggunaan dahi unntuk mengatasi masalah stunting dan gagal tumbuh di komunitas miskin di India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah enam bulan penggunaan dahi ini bermanfaat untuk menurunkan angka kematian akibat diare serta dapat meningkatkan pertumbuhan pada grup eksperimen. Penelitian ini berbeda karena pada penelitian ini tidak dilakukan fortifikasi zat besi dan zink. 2. Fahmida et al. (2007) dengan judul Zinc-iron, but not zinc-alone supplementation, increased linear growth of stunted infants with low haemoglobin. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui efek suplementasi dari zink yang diberikan sendirian atau dengan zat besi dan vitamin A terhadap status mikronutrien pada balita dan pertumbuhan linearnya di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
pemberian
Zn+Fe
dan
Zn+Fe+Vit
A
dapat
memperbaiki statuz Fe dan Zn. Sedangkan pada suplementasi Zn status hemoglobin dan besi rendah pada subjek. Untuk pertumbuhan linear nampak perbedaan 1.1-1.5 cm lebih tinggi pada subjek yang diberikan suplementasi Zn+Fe dan Zn+Fe+Vit A dibandingkan dengan plasebo. Penelitian ini berbeda karena menggunakan suplementasi saja, tidak difortifikasi ke produk makanan.